Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 86 Kebakaran Besar

Mo Ziqian menggendong Qiang Qiang diluar setengah harian baru masuk ke rumah, senyuman di wajah anak itu terlihat lebih bersinar dari matahari, bisa dibilang dia adalah anak matahari.

Selesai sarapan pagi, Mo Ziqian membawa Qiang Qiang pergi main ke halaman belakang, mungkin karena halaman belakang tersebut berhadapan dengan pegunungan, jadi tidak mudah ditemukan orang, waktu aku pertama kali kesini, Mo Ziqian juga sedang di halaman belakang bermain dengan Qiang Qiang.

Di halaman belakang ada sebuah sungai kecil, Mo Ziqian bertelanjang kaki lalu melangkah ke dalam air, menangkap ikan sambil menggendong Qiang Qiang. Aku berjongkok di tangga batu dan diam-diam memandang dari kejauhan, hanya berharap supaya waktu berhenti sebentar saja, sehingga Qiang Qiang bisa bermandikan sinar matahari yang lembut dan hangat ini selamanya.

Tapi ini cuma angan-anganku saja, Bibi Li berlari tergopoh-gopoh sambil membawa handphonenya Mo Ziqian, “Tuan, Nona Sisi jatuh dari tangga.”

Mo Ziqian yang tadinya wajahnya sedang gembira, seketika raut wajahnya berubah.

Dia langsung menggendong Qiang Qiang keluar dari sungai, melangkah dengan cepat kesampingku, langsung menyerahkan Qiang Qiang kepadaku, dan mengambil handphone yang dibawakan oleh Bibi Li, lalu terburu-buru pergi.

“Kapan kau akan pulang? Nanti Qiang Qiang mencarimu.”

Hatiku berdesir, dan tak tahan untuk bertanya.

“Tidak tahu, Qiang Qiang biar kamu yang urus dulu.” Mo Ziqian sudah tidak ada waktu untuk menghiraukan mereka.

Tiba-tiba aku tertawa sendiri, apanya yang waktu bisa berhenti sebentar, itu hanyalah pikiran pada saat Sisi tidak ada.

“Tante, nanti paman kembali lagi?”

Sepasang mata Qiang Qiang yang bening seperti bintang terlihat kesepian.

“Iya, jangan khawatir.”

Aku menggandeng tangan Qiang Qiang, “Tante bawa kamu pergi tangkap ikan yuk.”

Kami ibu dan anak saling bergandengan tangan, lalu bertelanjang kaki berjalan ke tepi sungai kecil, di tepi sungai ada sebuah ember kecil, didalamnya ada ikan kecil yang tadi ditangkap oleh Mo Ziqian.

Qiang Qiang berjongkok di tepi sungai, melihat aku yang membungkuk dan menangkap ikan.

Aku memegang jaring serokan yang ukurannya sebesar mangkok dan gagangnya panjang, melihat ada ikan yang lewat aku langsung berusaha menangkapnya, setelah beberapa kali gagal akhirnya dapat juga beberapa ekor ikan kecil.

Qiang Qiang bertepuk tangan dengan gembira, “Mama hebat!”

Anak kecil itu bahkan tidak menyadari kalau dia sudah salah memanggil orang, hanya terpaku pada kegembiraan yang sederhana, wajah kecil itu berkilau cemerlang seperti emas.

Aku tersenyum menatap anakku, setiap kali aku tidak bisa menahan diri mendengarnya memanggilku mama, aku malah senang.

Anakku, Mama akan menunggumu, benar-benar menunggu sampai suatu hari nanti aku menjadi mama.

Sekejap mata, seharian sudah berlalu, matahari sudah mulai terbenam, tapi Mo Ziqian malah belum muncul.

Qiang Qiang mulai merasa bosan dan kesepian, kedua tangannya mengepal sambil duduk di bangku kecil, wajahnya kesepian, “Kenapa paman masih belum kembali? Qiang Qiang kangen paman.”

Beberapa hari ini, Mo Ziqian yang mengurus Qiang Qiang, anak kecil itu sudah memiliki ikatan yang mendalam terhadap Mo Ziqian, bahkan di alam bawah sadarnya, dia sudah dianggap ayahnya.

Tapi, bagaimana dengan Mo Ziqian? Dia berada disamping anak perempuannya.

Aku membelai kepala Qiang Qiang, lalu berkata dengan lembut : “Qiang Qiang, paman sedang ada urusan, dia juga kangen sama Qiang Qiang, tapi dia harus selesaikan urusannya dulu baru bisa pulang, ngerti kan?”

“Aku tahu, Kak Sisi terluka jadi paman harus merawatnya, jadi aku akan menunggu paman kembali.”

Anak kecil ini ingat kalau dia punya seorang kakak perempuan yang bernama Sisi, sekali panggil juga langsung panggil kakak, hatiku terasa sedih, anak yang begitu polos, dia tidak tahu kalau kakaknya yang bernama Sisi itu, bisa jadi sama sekali tidak akan mengalah pada adiknya itu.

Langit sudah gelap, Mo Ziqian masih belum pulang juga, lalu aku membawa Qiang Qiang pergi tidur, saat dia sudah tertidur, aku berpikir, kalau Mo Ziqian sampai besok juga masih belum pulang, bagaimana aku bisa pergi kerja, aku kan tidak bisa meninggalkan Qiang Qiang sendirian disini.

Tidak tahu sudah berapa lama aku berada dalam posisi setengah sadar, napasku sesak, seakan-akan ada yang mencekik leherku, aku bahkan tidak bisa bernapas, tanganku menggapai-gapai, yang tak bisa dibayangkan ternyata aku telah menyentuh sepasang tangan, tangan itu mencekik erat leherku. Aku membuka mata dan melihat Bibi Li tepat berada di hadapanku, kedua tangannya mencekik tenggorokanku.

“kau… ughhhhh….”

Aku sama sekali tidak menyangka Bibi Li ingin mencelakaiku, aku hanya bisa berusaha bagaimana caranya supaya bisa bersuara, kedua tanganku berusaha melepaskan cengkeraman tangan Bibi Li yang kuat, hari yang penuh kebaikan ini, bahkan berurai air mata dan bersimpati demi Qiang Qiang, dia malah ingin membunuhku.

“Kau jangan berontak lagi, hari ini kalau bukan kau yang mati, maka keluargaku yang akan mati, orang bermarga Chen itu telah menangkap putra dan putriku, aku tidak bisa membiarkan putriku mati, jadi aku harus membunuhmu!”

Bibi Li berkata sendiri sambil mencekik leherku.

Hatiku terhenyak, ternyata Chen Liyan. Dia mulai lagi, pantas saja wanita yang tadi siang begitu ramah dan penuh kasih sayang sekarang malah ingin membunuhku.

“Mama!”

Qiang Qiang tiba-tiba memanggil, ternyata anak itu terbangun.

Begitu dia melihan wajah Bibi Li yang tegang dan penuh emosi, sedangkan tangannya mencekik erat leherku, Qiang Qiang langsung mendekatiku, kedua tangannya yang kecil berusaha memukul Bibi Li, “jangan bunuh mamaku! Jangan bunuh mamaku!”

“Bibi!”

Bibi Li mengangkat tangannya lalu mendorong Qiang Qiang dengan kasar, “pergi sana!”

Saat itu, seorang perempuan yang pernah begitu sayang dan baik hati kepada Qiang Qiang, hari ini hilang seketika. Yang ada hanyalah perempuan yang penuh rasa benci dan ingin membunuhku.

Qiang Qiang didorong hingga badannya yang kecil jatuh berguling ke atas lantai. Tidak tahu apakah ada terbentur, Qiang Qiang menjerit dengan keras lalu suaranya tak terdengar lagi.

Pemandangan ini seperti memecut hatiku, mataku merah membara, dan sekuat tenaga dengan sekali tarikan napas, tanganku meraih ke bawah bantal, disana tersimpan sebilah pisau. Tanganku sudah menemukan pisau tersebut, lalu tanpa ragu-ragu aku menikam dadanya.

aku langsung memeluk Qiang Qiang dan bersembunyi di ruangan yang gelap, Sejak hari itu ketika Hu Yeming tiba-tiba menerjang masuk, disatu sisi juga khawatir Hu Yeming akan datang lagi, lalu aku ke dapur dan mengambil sebilah pisau lalu menyimpannya di bawah bantal, untuk jaga-jaga, tidak disangka hari ini, pisau itu malah menyelamatkanku dan Qiang Qiang.

Pisaunya menusuk ke dalam dada Bibi Li, dia mengeluarkan suara terhenyak lalu pegangan tangannya terlepas, badannya jatuh ke samping.

Aku tidak pedului apakah aku telah membunuh orang, aku melompat turun dari ranjang, antara merangkak dan berguling ke sudut ranjang yang lain, kulihat Qiang Qiang sudah pingsan, di keningnya ada benjolan besar tapi tidak berdarah.

Aku meraih Qiang Qiang, dan mengambil handphone, lalu secepat kilat menelepon Mo Ziqian.

Diseberang sana tidak ada yang menjawab telepon.

Aku menggendong Qiang Qiang dan berlari keluar, di belakangku terdengar suara Bibi Li yang terputus-putus, “kau tidak akan bisa lari, rumah ini sudah aku siram. Aku mencelakakan kalian jadi aku juga tidak bisa terus hidup, jadi aku telah menyalakan api.”

Otakku bergeming, hatiku diselimuti bongkahan es.

Ternyata dari awal Bibi Li sudah berniat untuk mati, dia tahu dengan mencelakakan kami dia juga tidak ada jalan untuk hidup, jadi dia memilih api untuk mengakhiri hidupnya.

Saat itu, aku berdiri di depan pintu kamar, aku melihat kobaran api yang membara, semua perabot dari kayu di ruang tamu sudah habis dilalap api, kobaran api tersebut bahkan mulai merembet kemari, api dan asap bergulung-gulung ke arah kami bagaikan cakar setan yang menggapai.

Aku memeluk Qiang Qiang, batuk-batuk karena tersedak oleh asap, buru-buru menutup pintu kamar. Telepon yang dari tadi belum ditutup akhirnya ada yang menjawab

Seketika aku tersadar, lalu meraih telepon dan mengucapkan sesuatu yang konyol : “Mo Ziqian, hari ini aku dan Qiang Qiang mati itu semua karena dirimu!”

Handphoneku jatuh ke lantai dan api yang berkobar seperti setan telah mencapai pintu kamar, aku bisa mendengar suara pintu kayu yang terbakar, sambil berlari dan agak tergelincir aku menggendong Qiang Qiang yang masih pingsan ke samping kasur, aku meletakkan Qiang Qiang di kasur lalu aku menarik sprei dan mengigit hingga sprei berlubang, lalu aku terus merobeknya, akhirnya sprei itu sudah dirobek menjadi beberapa lembar kain.

Aku mengikat ujung kain-kain tersebut menjadi simpul mati, kemudian mengikat salah satu ujungnya ke badan Qiang Qiang, aku menggendongnya ke pinggir jendela, kemudian menurunkan badannya yang kecil dari atas jendela, pelan-pelan turun ke bawah.

Dari atas sini sampai permukaan tanah, sekitar 5 meter tingginya, dengan hati-hati aku mengatur tali kain ditanganku, sementara itu sambil memperhatikan kondisi Qiang Qiang yang pelan-pelan turun, sampai akhirnya badannya menyentuh tanah dengan selamat, barulah aku melonggarkan pegangan kain itu, satu kaki menapak di tepi jendela, bersiap-siap untuk turun kebawah.

Brakkkkk, saat mendarat di tanah, aku mendengar suara patah dari kaki kiriku, ternyata tulang kakiku patah. Tapi aku tidak bisa berdiam diri, aku berusaha merangkak kearah Qiang Qiang, kemudian melepaskan ikatan kain di badannya, lalu mendekap erat bocah yang tidak sadar tersebut dalam pelukanku.

Terdengar suara sirene mobil pemadam kebakaran yang memecah keheningan malam di gunung itu, tidak tahu siapa yang menelepon pemadam kebakaran, tempat ini, terkecuali orang yang terkadang datang kesini untuk berlibur, sedangkan yang sering menetap disini tidak banyak. Sedangkan keamanan yang diutus oleh Mo Ziqian untuk menjaga keamanan tempat ini malah tidak kelihatan batang hidungnya sama sekali.

Seluruh bangunan vila tersebut habis ditelan api, sedangkan di jendela kamarku dan Qiang Qiang, asap yang tebal bergulung keluar. Aku tersedak dan mengeluarkan air mata, sambil menutup hidung dan mulut Qiang Qiang, kemudian berjalan tertatih-tatih ke arah pintu depan villa.

Sirene mobil polisi dan pemadam kebakaran saling meraung, saat melihat polisi yang bergerak ke arahku, aku tidak tahan lagi, aku terjatuh ke tanah sambil menggendong Qiang Qiang.

Aku berkata : “ di dalam rumah masih ada orang.”

Selesai bicara sudah tidak ada tenaga lagi. Salah seorang polisi tersebut menggendongku di punggungnya, lalu meletakkanku di mobil polisi, dan Qiang Qiang digendong oleh polisi yang lain, aku mendengar polisi tersebut berbicara di telepon, “Disini ada orang terluka, cepat panggil ambulans!”

Tak lama aku dan Qiang Qiang sudah dibawa ke rumah sakit, luka Qiang Qiang sudah diurus tapi masih belum sadar, sedangkan lutut kiri dan pergelangan kaki kiriku mengalami patah tulang. Aku menahan sakit sampai keluar keringat dingin, tapi sangat bersyukur aku dan Qiang Qiang masih selamat.

Saat aku dan Qiang Qiang didorong masuk ke ruang IGD, Mo Ziqian terburu-buru menghampiri. Pembawaannya dingin dan khawatir disaat yang bersamaan, jelas terlihat dalam matanya ada kekhawatiran yang mendalam, di depan pintu kamar rumah sakit dia langsung mencengkeram dokter, “dokter, apa yang terjadi dengan anak dan istriku!”

“Istri anda mengalami patah tulang di 2 tempat, sedangkan anak anda mengalami gegar otak ringan.”

Dokter mengira aku adalah istri Mo Ziqian.

Mo Ziqian menghembus napas lega, tapi tetap masuk dengan langkah lebar.

Saat ini, Qiang Qiang terbaring di samping ranjangku, ini karena aku memohon kepada dokter supaya dia tidak dipisah ke kamar lain.

Mo Ziqian melihat dan menghampiriku lalu berkata, “Xiao Xiao?”

Novel Terkait

Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu