Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 86 Kebakaran Besar
Mo Ziqian menggendong Qiang Qiang diluar setengah harian baru masuk ke rumah, senyuman di wajah anak itu terlihat lebih bersinar dari matahari, bisa dibilang dia adalah anak matahari.
Selesai sarapan pagi, Mo Ziqian membawa Qiang Qiang pergi main ke halaman belakang, mungkin karena halaman belakang tersebut berhadapan dengan pegunungan, jadi tidak mudah ditemukan orang, waktu aku pertama kali kesini, Mo Ziqian juga sedang di halaman belakang bermain dengan Qiang Qiang.
Di halaman belakang ada sebuah sungai kecil, Mo Ziqian bertelanjang kaki lalu melangkah ke dalam air, menangkap ikan sambil menggendong Qiang Qiang. Aku berjongkok di tangga batu dan diam-diam memandang dari kejauhan, hanya berharap supaya waktu berhenti sebentar saja, sehingga Qiang Qiang bisa bermandikan sinar matahari yang lembut dan hangat ini selamanya.
Tapi ini cuma angan-anganku saja, Bibi Li berlari tergopoh-gopoh sambil membawa handphonenya Mo Ziqian, “Tuan, Nona Sisi jatuh dari tangga.”
Mo Ziqian yang tadinya wajahnya sedang gembira, seketika raut wajahnya berubah.
Dia langsung menggendong Qiang Qiang keluar dari sungai, melangkah dengan cepat kesampingku, langsung menyerahkan Qiang Qiang kepadaku, dan mengambil handphone yang dibawakan oleh Bibi Li, lalu terburu-buru pergi.
“Kapan kau akan pulang? Nanti Qiang Qiang mencarimu.”
Hatiku berdesir, dan tak tahan untuk bertanya.
“Tidak tahu, Qiang Qiang biar kamu yang urus dulu.” Mo Ziqian sudah tidak ada waktu untuk menghiraukan mereka.
Tiba-tiba aku tertawa sendiri, apanya yang waktu bisa berhenti sebentar, itu hanyalah pikiran pada saat Sisi tidak ada.
”
“Tante, nanti paman kembali lagi?”
Sepasang mata Qiang Qiang yang bening seperti bintang terlihat kesepian.
”
“Iya, jangan khawatir.”
Aku menggandeng tangan Qiang Qiang, “Tante bawa kamu pergi tangkap ikan yuk.”
Kami ibu dan anak saling bergandengan tangan, lalu bertelanjang kaki berjalan ke tepi sungai kecil, di tepi sungai ada sebuah ember kecil, didalamnya ada ikan kecil yang tadi ditangkap oleh Mo Ziqian.
。
Qiang Qiang berjongkok di tepi sungai, melihat aku yang membungkuk dan menangkap ikan.
Aku memegang jaring serokan yang ukurannya sebesar mangkok dan gagangnya panjang, melihat ada ikan yang lewat aku langsung berusaha menangkapnya, setelah beberapa kali gagal akhirnya dapat juga beberapa ekor ikan kecil.
Qiang Qiang bertepuk tangan dengan gembira, “Mama hebat!”
Anak kecil itu bahkan tidak menyadari kalau dia sudah salah memanggil orang, hanya terpaku pada kegembiraan yang sederhana, wajah kecil itu berkilau cemerlang seperti emas.
Aku tersenyum menatap anakku, setiap kali aku tidak bisa menahan diri mendengarnya memanggilku mama, aku malah senang.
Anakku, Mama akan menunggumu, benar-benar menunggu sampai suatu hari nanti aku menjadi mama.
Sekejap mata, seharian sudah berlalu, matahari sudah mulai terbenam, tapi Mo Ziqian malah belum muncul.
Qiang Qiang mulai merasa bosan dan kesepian, kedua tangannya mengepal sambil duduk di bangku kecil, wajahnya kesepian, “Kenapa paman masih belum kembali? Qiang Qiang kangen paman.”
Beberapa hari ini, Mo Ziqian yang mengurus Qiang Qiang, anak kecil itu sudah memiliki ikatan yang mendalam terhadap Mo Ziqian, bahkan di alam bawah sadarnya, dia sudah dianggap ayahnya.
Tapi, bagaimana dengan Mo Ziqian? Dia berada disamping anak perempuannya.
Aku membelai kepala Qiang Qiang, lalu berkata dengan lembut : “Qiang Qiang, paman sedang ada urusan, dia juga kangen sama Qiang Qiang, tapi dia harus selesaikan urusannya dulu baru bisa pulang, ngerti kan?”
“Aku tahu, Kak Sisi terluka jadi paman harus merawatnya, jadi aku akan menunggu paman kembali.”
Anak kecil ini ingat kalau dia punya seorang kakak perempuan yang bernama Sisi, sekali panggil juga langsung panggil kakak, hatiku terasa sedih, anak yang begitu polos, dia tidak tahu kalau kakaknya yang bernama Sisi itu, bisa jadi sama sekali tidak akan mengalah pada adiknya itu.
Langit sudah gelap, Mo Ziqian masih belum pulang juga, lalu aku membawa Qiang Qiang pergi tidur, saat dia sudah tertidur, aku berpikir, kalau Mo Ziqian sampai besok juga masih belum pulang, bagaimana aku bisa pergi kerja, aku kan tidak bisa meninggalkan Qiang Qiang sendirian disini.
Tidak tahu sudah berapa lama aku berada dalam posisi setengah sadar, napasku sesak, seakan-akan ada yang mencekik leherku, aku bahkan tidak bisa bernapas, tanganku menggapai-gapai, yang tak bisa dibayangkan ternyata aku telah menyentuh sepasang tangan, tangan itu mencekik erat leherku. Aku membuka mata dan melihat Bibi Li tepat berada di hadapanku, kedua tangannya mencekik tenggorokanku.
“kau… ughhhhh….”
Aku sama sekali tidak menyangka Bibi Li ingin mencelakaiku, aku hanya bisa berusaha bagaimana caranya supaya bisa bersuara, kedua tanganku berusaha melepaskan cengkeraman tangan Bibi Li yang kuat, hari yang penuh kebaikan ini, bahkan berurai air mata dan bersimpati demi Qiang Qiang, dia malah ingin membunuhku.
“Kau jangan berontak lagi, hari ini kalau bukan kau yang mati, maka keluargaku yang akan mati, orang bermarga Chen itu telah menangkap putra dan putriku, aku tidak bisa membiarkan putriku mati, jadi aku harus membunuhmu!”
Bibi Li berkata sendiri sambil mencekik leherku.
Hatiku terhenyak, ternyata Chen Liyan. Dia mulai lagi, pantas saja wanita yang tadi siang begitu ramah dan penuh kasih sayang sekarang malah ingin membunuhku.
“Mama!”
Qiang Qiang tiba-tiba memanggil, ternyata anak itu terbangun.
Begitu dia melihan wajah Bibi Li yang tegang dan penuh emosi, sedangkan tangannya mencekik erat leherku, Qiang Qiang langsung mendekatiku, kedua tangannya yang kecil berusaha memukul Bibi Li, “jangan bunuh mamaku! Jangan bunuh mamaku!”
“Bibi!”
Bibi Li mengangkat tangannya lalu mendorong Qiang Qiang dengan kasar, “pergi sana!”
Saat itu, seorang perempuan yang pernah begitu sayang dan baik hati kepada Qiang Qiang, hari ini hilang seketika. Yang ada hanyalah perempuan yang penuh rasa benci dan ingin membunuhku.
Qiang Qiang didorong hingga badannya yang kecil jatuh berguling ke atas lantai. Tidak tahu apakah ada terbentur, Qiang Qiang menjerit dengan keras lalu suaranya tak terdengar lagi.
Pemandangan ini seperti memecut hatiku, mataku merah membara, dan sekuat tenaga dengan sekali tarikan napas, tanganku meraih ke bawah bantal, disana tersimpan sebilah pisau. Tanganku sudah menemukan pisau tersebut, lalu tanpa ragu-ragu aku menikam dadanya.
aku langsung memeluk Qiang Qiang dan bersembunyi di ruangan yang gelap, Sejak hari itu ketika Hu Yeming tiba-tiba menerjang masuk, disatu sisi juga khawatir Hu Yeming akan datang lagi, lalu aku ke dapur dan mengambil sebilah pisau lalu menyimpannya di bawah bantal, untuk jaga-jaga, tidak disangka hari ini, pisau itu malah menyelamatkanku dan Qiang Qiang.
Pisaunya menusuk ke dalam dada Bibi Li, dia mengeluarkan suara terhenyak lalu pegangan tangannya terlepas, badannya jatuh ke samping.
Aku tidak pedului apakah aku telah membunuh orang, aku melompat turun dari ranjang, antara merangkak dan berguling ke sudut ranjang yang lain, kulihat Qiang Qiang sudah pingsan, di keningnya ada benjolan besar tapi tidak berdarah.
Aku meraih Qiang Qiang, dan mengambil handphone, lalu secepat kilat menelepon Mo Ziqian.
Diseberang sana tidak ada yang menjawab telepon.
Aku menggendong Qiang Qiang dan berlari keluar, di belakangku terdengar suara Bibi Li yang terputus-putus, “kau tidak akan bisa lari, rumah ini sudah aku siram. Aku mencelakakan kalian jadi aku juga tidak bisa terus hidup, jadi aku telah menyalakan api.”
Otakku bergeming, hatiku diselimuti bongkahan es.
Ternyata dari awal Bibi Li sudah berniat untuk mati, dia tahu dengan mencelakakan kami dia juga tidak ada jalan untuk hidup, jadi dia memilih api untuk mengakhiri hidupnya.
Saat itu, aku berdiri di depan pintu kamar, aku melihat kobaran api yang membara, semua perabot dari kayu di ruang tamu sudah habis dilalap api, kobaran api tersebut bahkan mulai merembet kemari, api dan asap bergulung-gulung ke arah kami bagaikan cakar setan yang menggapai.
Aku memeluk Qiang Qiang, batuk-batuk karena tersedak oleh asap, buru-buru menutup pintu kamar. Telepon yang dari tadi belum ditutup akhirnya ada yang menjawab
Seketika aku tersadar, lalu meraih telepon dan mengucapkan sesuatu yang konyol : “Mo Ziqian, hari ini aku dan Qiang Qiang mati itu semua karena dirimu!”
Handphoneku jatuh ke lantai dan api yang berkobar seperti setan telah mencapai pintu kamar, aku bisa mendengar suara pintu kayu yang terbakar, sambil berlari dan agak tergelincir aku menggendong Qiang Qiang yang masih pingsan ke samping kasur, aku meletakkan Qiang Qiang di kasur lalu aku menarik sprei dan mengigit hingga sprei berlubang, lalu aku terus merobeknya, akhirnya sprei itu sudah dirobek menjadi beberapa lembar kain.
Aku mengikat ujung kain-kain tersebut menjadi simpul mati, kemudian mengikat salah satu ujungnya ke badan Qiang Qiang, aku menggendongnya ke pinggir jendela, kemudian menurunkan badannya yang kecil dari atas jendela, pelan-pelan turun ke bawah.
Dari atas sini sampai permukaan tanah, sekitar 5 meter tingginya, dengan hati-hati aku mengatur tali kain ditanganku, sementara itu sambil memperhatikan kondisi Qiang Qiang yang pelan-pelan turun, sampai akhirnya badannya menyentuh tanah dengan selamat, barulah aku melonggarkan pegangan kain itu, satu kaki menapak di tepi jendela, bersiap-siap untuk turun kebawah.
Brakkkkk, saat mendarat di tanah, aku mendengar suara patah dari kaki kiriku, ternyata tulang kakiku patah. Tapi aku tidak bisa berdiam diri, aku berusaha merangkak kearah Qiang Qiang, kemudian melepaskan ikatan kain di badannya, lalu mendekap erat bocah yang tidak sadar tersebut dalam pelukanku.
Terdengar suara sirene mobil pemadam kebakaran yang memecah keheningan malam di gunung itu, tidak tahu siapa yang menelepon pemadam kebakaran, tempat ini, terkecuali orang yang terkadang datang kesini untuk berlibur, sedangkan yang sering menetap disini tidak banyak. Sedangkan keamanan yang diutus oleh Mo Ziqian untuk menjaga keamanan tempat ini malah tidak kelihatan batang hidungnya sama sekali.
Seluruh bangunan vila tersebut habis ditelan api, sedangkan di jendela kamarku dan Qiang Qiang, asap yang tebal bergulung keluar. Aku tersedak dan mengeluarkan air mata, sambil menutup hidung dan mulut Qiang Qiang, kemudian berjalan tertatih-tatih ke arah pintu depan villa.
Sirene mobil polisi dan pemadam kebakaran saling meraung, saat melihat polisi yang bergerak ke arahku, aku tidak tahan lagi, aku terjatuh ke tanah sambil menggendong Qiang Qiang.
Aku berkata : “ di dalam rumah masih ada orang.”
Selesai bicara sudah tidak ada tenaga lagi. Salah seorang polisi tersebut menggendongku di punggungnya, lalu meletakkanku di mobil polisi, dan Qiang Qiang digendong oleh polisi yang lain, aku mendengar polisi tersebut berbicara di telepon, “Disini ada orang terluka, cepat panggil ambulans!”
Tak lama aku dan Qiang Qiang sudah dibawa ke rumah sakit, luka Qiang Qiang sudah diurus tapi masih belum sadar, sedangkan lutut kiri dan pergelangan kaki kiriku mengalami patah tulang. Aku menahan sakit sampai keluar keringat dingin, tapi sangat bersyukur aku dan Qiang Qiang masih selamat.
Saat aku dan Qiang Qiang didorong masuk ke ruang IGD, Mo Ziqian terburu-buru menghampiri. Pembawaannya dingin dan khawatir disaat yang bersamaan, jelas terlihat dalam matanya ada kekhawatiran yang mendalam, di depan pintu kamar rumah sakit dia langsung mencengkeram dokter, “dokter, apa yang terjadi dengan anak dan istriku!”
“Istri anda mengalami patah tulang di 2 tempat, sedangkan anak anda mengalami gegar otak ringan.”
Dokter mengira aku adalah istri Mo Ziqian.
Mo Ziqian menghembus napas lega, tapi tetap masuk dengan langkah lebar.
Saat ini, Qiang Qiang terbaring di samping ranjangku, ini karena aku memohon kepada dokter supaya dia tidak dipisah ke kamar lain.
Mo Ziqian melihat dan menghampiriku lalu berkata, “Xiao Xiao?”
Novel Terkait
Demanding Husband
MarshallThe True Identity of My Hubby
Sweety GirlAir Mata Cinta
Bella CiaoSuami Misterius
LauraCintaku Yang Dipenuhi Dendam×
- Bab 1 Dua Keluarga
- Bab 2 Kelembutan Terakhir
- Bab 3 Masuk Penjara
- Bab 4 Tingkah Pelacur
- Bab 5 Memberikan Anaknya Kepada Yang Lain
- Bab 6 Seseorang Yang Kaya Dan Misterius
- Bab 7 Tak Terduga
- Bab 8 Begitu Membencimu
- Bab 9 Di Peternakan Kuda
- Bab 10 Campur Tangan Tuan Kelima
- Bab 11 Main Ganda
- Bab 12 Cinta Satu-Satunya
- Bab 13 Anakku
- Bab 14 Belajar Menyenangkanku
- Bab 15 Peran Yang Memalukan
- Bab 16 Penyesalan
- Bab 17 Penuh Keraguan
- Bab 18 Terperangkap
- Bab 19 Penuh dengan Akal Buruk
- Bab 20 Pasangan Serasi
- Bab 21 Memiliki Kesempatan
- Bab 22 Konferensi Pers
- Bab 23 Sangat Memalukan
- Bab 24 Tidak Ada Seorang Pun
- Bab 25 Ciuman Di Luar Kendali
- Bab 26 Membahayakan Dirinya Sendiri
- Bab 27 Paling Menyesal Pernah Mencintaimu
- Bab 28 Suatu Ancaman
- Bab 29 Orang-Orang Malang
- Bab 30 Antara Cinta Dan Benci
- Bab 31 Pembalasan Li Li
- Bab 32 Keterlaluan Bodohnya
- Bab 33 Bersedia Cuci Tangan dan Membuat Sup
- Bab 34 Gangguan Kepribadian
- Bab 35 Dia Mengidap Penyakit Kotor
- Bab 36 Kamu Hanya Bisa Menjadi Milikku
- Bab 37 Orang-Orang Munafik
- Bab 38 Skandal dan Gosip Melanda
- Bab 39 Dikurung
- Bab 40 Proposal Lamaran
- Bab 41 Sifat Tuan Muda
- Bab 42 Memanggil Wartawan
- Bab 43 Tidak Memahami
- Bab 44 Penyergapan Dimana-mana
- Bab 45 Ayah dan Putra yang Berpapasan
- Bab 46 Insting Ibu Dan Anak
- Bab 47 Permainan Mengerikan
- Bab 48 Godaan
- Bab 49 Keracunan Alkohol
- Bab 50 Dirimu Yang Kejam
- Bab 51 Seekor Rubah
- Bab 52 Marah Setengah Mati
- Bab 53 Sudah Di Jalur Yang Benar
- Bab 54 Dikacaukan Dua Kali
- Bab 55 Pria-Pria Brengsek
- Bab 56 Pemesan Kue Misterius
- Bab 57 Identitas Hu Yeming, Pimpinan Kejahatan
- Bab 58 Pandangan Cinta
- Bab 59 Balasan Jahat Untuk Orang Jahat
- Bab 60 Muntah
- Bab 61 Kekasih Lain
- Bab 62 Bantuan
- Bab 63 Bersama Di Mobil Mogok
- Bab 64 Waktu Itu Sangat Indah
- Bab 65 Menjijikan
- Bab 66 Gempa Bumi
- Bab 67 Menyerang Membabi Buta
- Bab 68 Golongan Darah Panda
- Bab 69 Dia Adalah Putramu !
- Bab 70 Ganti Rumah Sakit
- Bab 71 Siapa Yang Berbohong
- Bab 72 Kejutan
- Bab 73 Mengakui Pencuri Sebagai Ibunya
- Bab 74 Kembali Ke Tempat Semula
- Bab 75 Sudah Pergi
- Bab 76 Kesedihan Di Hati
- Bab 77 Ayah Angkat
- Bab 78 Membersihkan Pistol Keluar Api
- Bab 79 Gelang
- Bab 80 Merendahkan
- Bab 81 Membawa Pergi
- Bab 82 Seperti Seorang Kakak
- Bab 83 Kacau Balau
- Bab 84 Bersembunyi di Ruang Rahasia
- Bab 85 Istri Teman
- Bab 86 Kebakaran Besar
- Bab 87 Menyangkal
- Bab 88 Sinis
- Bab 89 Sedikit Trik
- Bab 90 Membayar Dengan Tubuh
- Bab 91 Seperti Mimpi
- Bab 92 Wanita Cantik Yang Kehilangan Kaki
- Bab 93 Potong Perutnya
- Bab 94 Chen Liyan Ditampar
- Bab 95 Pesta Topeng
- Bab 96 Langit Malam
- Bab 97 Pergi Jauh
- Bab 98 Menangkap Basah
- Bab 99 Aku Akan Tanggung Untukmu
- Bab 100 Rela Diselingkuhi
- Bab 101 Selalu Mencintainya
- Bab 102 Itu Dia
- Bab 103 Menjaganya
- Bab 104 Kejam
- Bab 105 Manusia Yang Tidak Memiliki Hati Nurani
- Bab 106 Membantu Dia Mengugurkan Anaknya
- Bab 107 Dia Menyukaimu
- Bab 108 Memaksa
- Bab 109 Tidak Masuk Akal
- Bab 110 Siapa Itu
- Bab 111 Hukuman Yang Mesra
- Bab 112 Malu Dan Marah
- Bab 113 Menyukai Orang Yang Memasak Mie
- Bab 114 Menikmati
- Bab 115 Aneh
- Bab 116 Kesedihan Hati di Kanada (1)
- Bab 116 Kesedihan Di Kanada (2)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (1)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (2)
- Bab 118 Masuk Perangkap (1)
- Bab 118 Masuk Perangkap (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (1)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (3)
- Bab 120 Jebakan (1)
- Bab 120 Jebakan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (1)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (3)
- Bab 122 Koma (1)
- Bab 122 Koma (2)
- Bab 123 Melepaskan (1)
- Bab 123 Melepaskan (2)
- Bab 123 Melepaskan (3)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (1)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (2)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (1)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (2)
- Bab 126 Sulit Dipercaya
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (1)
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (2)
- Bab 128 Relaks (1)
- Bab 128 Relaks (2)
- Bab 128 Relaks (3)
- Bab 129 Dirampok (1)
- Bab 129 Dirampok (2)
- Bab 129 Dirampok (3)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (1)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (2)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (1)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (2)
- Bab 132 Perangkap (1)
- Bab 132 Perangkap (2)
- Bab 133 Meninggikan (1)
- Bab 133 Meninggikan (2)
- Bab 134 Mempermalukan (1)
- Bab 134 Mempermalukan (2)
- Bab 135 Wanita Murahan (1)
- Bab 135 Wanita Murahan (2)
- Bab 136 Cadangan (1)
- Bab 136 Cadangan (2)
- Bab 137 Konflik (1)
- Bab 137 Konflik (2)
- Bab 138 Dinyatakan (1)
- Bab 138 Dinyatakan (2)
- Bab 139 Perubahan (1)
- Bab 139 Perubahan (2)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (1)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (2)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (1)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (2)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (1)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (2)
- Bab 143 Mengkhianati (1)
- Bab 143 Mengkhianati (2)
- Bab 144 Anak Siapa (1)
- Bab 144 Anak Siapa (2)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (1)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (2)
- Bab 146 Perencanaan (1)
- Bab 146 Perencanaan (2)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (1)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (2)
- Bab 148 Bajingan (1)
- Bab 148 Bajingan (2)
- Bab 149 Apakah Kamu Merasa Puas? (1)
- Bab 149 Apa Kamu Merasa Puas ? (2)
- Bab 150 Gila (1)
- Bab 150 Gila (2)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (1)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (2)
- Bab 153 Menyogok (1)
- Bab 152 Menyogok (2)
- Bab 153 Identitas (1)
- Bab 153 Identitas (2)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (1)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 155 Jatuh Cinta (1)
- Bab 155 Jatuh Cinta (2)
- Bab 156 Berciuman (1)
- Bab 156 Berciuman (2)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (1)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (2)
- Bab158 PindahTempat (1)
- Bab 158 Pindah Tempat (2)
- Bab 159 Serba Salah (1)
- Bab 159 Serba Salah (2)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (1)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (2)
- Bab 161 Bodoh Sekali (1)
- Bab 161 Bodoh Sekali (2)
- Bab 162 Tidak Tega (1)
- Bab 162 Tidak Tega (2)
- Bab 163 Jantung Berdebar (1)
- Bab 163 Jantung Berdebar (2)
- Bab 164 Pengkhianatan (1)
- Bab 164 Pengkhianatan (2)
- Bab 165 Wajah Memerah (1)
- Bab 165 Wajah Memerah (2)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (1)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (2)
- Bab 167 Pacar (1)
- Bab 167 Pacar (2)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 169 Mengusir (1)
- Bab 169 Mengusir (2)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (2)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (1)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (2)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (1)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (2)
- Bab 174 Sepupu (1)
- Bab 174 Sepupu (2)
- Bab 175 Mata-mata (1)
- Bab 175 Mata-Mata (2)
- Bab 176 Memeluk (1)
- Bab 176 Memeluk (2)
- Bab 177 Hantu Di Pemakaman
- Bab 177 Ketakutan Hantu Di Pemakaman
- Bab 178 Memihak Kesalahan (1)
- Bab 178 Memihak Kesalahan (2)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (1)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (2)
- Bab 180 Istri (1)
- Bab 180 Istri (2)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (1)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (2)
- Bab 182 Hati Dingin (1)
- Bab 182 Hati Dingin (2)
- Bab 183 Masuk Perangkap (1)
- Bab 183 Masuk Perangkap (2)
- Bab 184 Wanita Bodoh (1)
- Bab 184 Wanita Bodoh (2)
- Bab 185 Rela (1)
- BAB 185 Rela (2)
- Bab 186 Sembahyang (1)
- Bab 186 Sembahyang (2)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (1)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (2)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (1)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (2)
- Bab 189 Pukul (1)
- Bab 189 Pukul (2)
- bab 190 Bersikap Imut (1)
- bab 190 Bersikap Imut (2)
- Bab 191 Tipuan (1)
- bab 191 Tipuan (2)
- Bab 192 Pesta (1)
- Bab 192 Pesta (2)
- Bab 193 Muntah Darah (1)
- Bab 193 Muntah Darah (2)
- Bab 194 Pacar Baru (1)
- Bab 194 Pacar Baru (2)
- Bab 195 Panggil Mama (1)
- Bab 195 Panggil Mama (2)
- Bab 196 Tidur Bersama (1)
- Bab 196 Tidur Bersama (2)
- Bab 197 Panda (1)
- Bab 197 Panda (2)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (1)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (2)
- Bab 199 Menyalahkan (1)
- Bab 199 Menyalahkan (2)
- Bab 200 Penuaan Dini (1)
- Bab 200 Penuaan Dini (2)
- Bab 201 Suka atau Tidak Suka (1)
- Bab 201 Sama Tidak Sama
- Bab 202 Ganti Pasangan (1)
- Bab 202 Ganti Pasangan (2)
- Bab 203 Bodoh (1)
- Bab 203 Bodoh (2)
- Bab 204 Pelajaran (1)
- Bab 204 Pelajaran (2)
- Bab 205 Peduli (1)
- Bab 205 Peduli (2)
- Bab 206 Pertunangan (1)
- Bab 206 Pertunangan (2)
- Bab 207 Tuduhan (1)
- Bab 207 Tuduhan (2)
- Bab 208 Identitas (1)
- Bab 208 Identitas (2)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (1)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (2)
- Bab 210 Mimpi (1)
- Bab 210 Mimpi (2)
- Bab 211 Merindukanmu (1)
- Bab 211 Merindukanmu (2)
- Bab 212 Jarum Berdarah (1)
- Bab 212 Jarum Berdarah (2)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiri (1)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiiri (2)
- Bab 214 Tembakan (1)
- Bab 214 Tembakan (2)
- Bab 215 Keguguran (1)
- Bab 215 Keguguran (2)
- Bab 216 Harta Warisan (1)
- Bab 216 Harta Warisan (2)
- Bab 217 Perjalanan Bisnis (1)
- Bab 217 Perjalanan (2)
- Bab 218 Anak Kandung (1)
- Bab 218 Anak Kandung (2)
- Bab 219 Ayah (1)
- Bab 219 Ayah (2)
- Bab 220 Kejam (1)
- Bab 220 Kejam (2)
- Bab 221 Mandul (1)
- Bab 221 Mandul (2)
- Bab 222 Egois (1)
- Bab 222 Egois (2)
- Bab 232 Memberikan Pelukan (1)
- bab 232 Memberikan Pelukan (2)
- Bab 224 Menikah Denganmu (1)
- Bab 224 Menikah Denganmu (2)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (1)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (2)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (1)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (2)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (3)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (4)
- Bab 228 Garis Merah (1)
- Bab 228 Garis Merah (2)
- Bab 229 Dalam Masalah (1)
- Bab 229 Dalam Masalah (2)
- Bab 230 Muntah (1)
- Bab 230 Mual (2)
- Bab 231 Berbahaya (1)
- Bab 231 Berbahaya (2)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (1)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (2)
- Bab 233 Kecurigaan (1)
- Bab 233 Kecurigaan (2)
- Bab 234 Bantuan (1)
- Bab 234 Bantuan (2)
- Bab 235 Marah
- Bab 236 Dibebaskan (1)
- Bab 236 Dibebaskan (2)
- Bab 237 Pernikahan (1)
- Bab 237 Pernikahan (2)
- Bab 238 Munafik (1)
- Bab 238 Munafik (2)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (1)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (2)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (1)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (2)
- Bab 241 Gangguan (1)
- Bab 241 Gangguan (2)
- Bab 242 HIV (1)
- Bab 242 HIV(2)
- Bab 243 Pendarahan Otak (1)
- Bab 243 Pendarahan Otak (2)
- Bab 244 Tamparan (1)
- Bab 244 Tamparan (2)
- Bab 245 Keracunan Makanan (1)
- Bab 245 Keracunan Makanan (2)
- Bab 246 Selingkuh (1)
- Bab 246 Selingkuh (2)
- Bab 247 Vasektomi (1)
- Bab 247 Vasektomi (2)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (1)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (2)
- Bab 249 Canggung
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (1)
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (2)
- Bab 251 (Episode Terakhir) Kekerasan Tuan Muda
- Bab 252(Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (1)
- Bab 252 (Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (2)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (1)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (2)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (3)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (4)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (1)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (2)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (3)