Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 161 Bodoh Sekali (1)
Aisha mengangguk: “Aku akan pergi mencobanya, kamu tidak boleh membohongiku.” Selesai berkata Aisha membalik badan dan pergi.
Dalam perjalanan pulang, aku menerima panggilan dari Tuan kelima dan berkata dengan marah: “Lin Xiao, kamu segera datang, cepat!”
Alisku melonjak dan tidak tahu apa yang ingin dilakukan Tuan muda itu, begitu marah, siapa yang telah menyinggungnya.
Aku mengendarai mobil langsung ke rumah Tuan kelima, di luar pintu terparkir dua mobil sport merah, tidak tahu siapa yang datang. Sebelum memasuki rumah, langsung terdengar teriakan Tuan kelima: “Bawa pergi, bawa pergi, siapa ingin makan makanan yang kamu buat, aku tidak lapar!”
Alisku berkerut, Tuan kelima sedang marah dengan siapa?
“Aku tidak lapar, apakah kamu tidak mendengarnya! Keluar!” Ketika aku memasuki rumah, aku melihat adegan seperti ini, Aisha membawa semangkuk mie di tangannya, sepertinya ada saus daging cincang di atasnya, dan Tuan kelima sedang berteriak padanya.
Seluruh tubuh Aisha bergetar ketakutan, mangkuk yang dipegang di tangannya jatuh ke lantai, mienya juga tertumpah ke lantai, meninggalkan setumpuk saus.
“Kamu.... bukannya kamu suka makan mie? Pengasuh Lin yang mengatakan itu.” Aisha berkata dengan ekspresi ketakutan.
Tuan kelima marah dan bergetar, tangannya menunjuk pada Aisha dan berkata: “Kamu dengarkan, satu, aku tidak lapar; kedua, aku suka makan mie, tapi bukan mie yang kamu masak, sekarang segera pergi!”
Tuan kelima memberi perintah mengusir tamu, air mata Aisha berlinang, menghentakkan kaki bergegas marah keluar dari pintu.
“Hey.....” Aku ingin menghentikannya, gadis kecil itu menangis dan berlari keluar seperti ini, apa yang harus dilakukan jika diluar sana dia dalam bahaya.
Tetapi Aisha mendorongku dan berlari keluar.
Aku memelototi Tuan kelima dan berkata, "Kalau tidak ingin ya tidak usah makan, untuk apa kamu begitu sombong terhadap gadis kecil?” Tuan kelima memelototiku dengan kejam: “Bagus ya yang kamu lakukan !.”
Aku tidak memiliki waktu untuk melayaninya, aku mengejar keluar menuju Aisha.
Aisha datang mengendarai mobil sport kecil, gadis kecil menangis mengendarai mobil keluar, bagaimana kalau keluar terjadi sesuatu?
“Aisha!” Aku mengejar gadis yang menangis dan berlari keluar, aku menariknya ketika dia membuka pintu mobil dan akan duduk ke dalam.
“Apa yang kamu lakukan, lepaskan!” Aisha ingin melepaskan dirinya dariku, tapi aku tidak melepaskannya pergi.
“Kamu jangan marah pada Tuan kelima, orang itu memang temperamen begitu. Dia belum lapar sekarang, nanti kalau dia lapar, dia mungkin akan memakannya.”
Meskipun aku merasa luar biasa Aisha tiba-tiba datang membuat mie untuk Tuan kelima, bagaimanapun ini adalah kebaikan dari seorang gadis kecil, kamu, Tuan kelima, sangat bersalah, sendiri tidak ingin memakannya, malah begitu kasar, mengusir orang pergi.
“Benarkah?” Aisha mengedipkan matanya, wajahnya yang polos, air matanya masih berlinang, tetapi pada akhirnya dia tidak menangis lagi.
Aku menghela nafas lega, “Tentu saja benar. Tuan kelima paling suka makan mie. Dia suka makan mie pangsit, mie pasta, dan mie spaghetti, semuanya dia suka.”
Aisha mengangguk, menyeka air matanya dan berkata, “Ya, aku tahu, dia tidak lapar sekarang, aku karena menawarinya makan mie, dia malah merasa kesal padaku. Tunggu dia lapar, mungkin dia akan memakannya.”
Aisha tersenyum, langsung menarik tanganku dan berkata, “Kalau dia memakannya, kamu ingat memberitahuku, aku minta ayahku memberimu bonus.”
“Ok, tidak masalah.” Aku segera menjawabnya.
Aisha pergi dengan senang hati, aku menghela napas lega, namun suhu di sekeliling tiba-tiba turun, punggungku terasa dingin, kedinginan yang mendadak membuat punggungku menegang, aku memutarkan leherku dengan kaku, aku melihat Tuan kelima sedang memelototiku dengan pandangan yang bisa membunuh orang.
“Siapa yang suka makan mie, kamu benar-benar bodoh sekali! Kamu makan saja sendiri, jangan memintaku makan!”
Tuan kelima terlalu marah hingga berteriak bahasa kasar, dengan kata “Kamu benar-benar bodoh sekali” membuatku langsung tertegun.
“Kamu.....” Aku menunjuk ke pria tampan di depan mataku ini, aku benar-benar tidak dapat berkata.
“Kamu.... mulutmu itu benar-benar seperti pantat!”
Tuan kelima memelototiku, bagaimanapun tidak akan terduga, aku akan menggunakan pantat untuk menggambarkan mulutnya! Pada saat itu, dia membuka mulut dan tertegun, dia juga tidak dapat berkata.
Aku mendengus marah, aku tidak ingin melihat lagi pada pria yang memarahiku bodoh, langsung pergi dengan marah.
Karena aku hanya melakukan prosedur masuk hari ini, dan mengenal lingkungan kantor hukum, belum masuk kerja secara resmi, aku masih memiliki banyak waktu untuk melakukan apapun. Aku pergi membeli beberapa kebutuhan sehari-hari, dan ketika sampai waktu Qiang-Qiang pulang sekolah, aku pergi untuk menjemput Qiang-Qiang.
Apa yang tidak bisa kusangka adalah Mo Ziqian juga datang.
Masih harus menunggu sepuluh menit kemudian baru tiba waktu taman kanak-kanak pulang, Mo Ziqian seperti orang tua dari anak-anak lainnya, menunggu di samping mobil. Dia menundukkan kepalanya dan merokok, sosok ramping itu sedikit mengagumkan. Namun, alisnya yang panjang terangkat lagi, wajahnya yang tampan itu tertulis penuh pikiran dan keberatan.
Ketika aku turun dari mobil, dia melihatku, dan pandangannya yang mendalam itu langsung tertuju padaku.
Lalu, dia mendatangiku, “Semalam aku telah mencarinya, aku tidak tahu bahwa dia selalu mempersulit dirimu di dalam kantor hukum, apakah pekerjaanmu sekarang baik-baik saja?”
“Lumayan bagus.” Aku berkata dengan nada biasa, mataku melihat ke arah taman kanak-kanak. Anak-anak di kelas kecil sudah selesai, dan ada anak-anak yang perlahan-lahan keluar.
Mo Ziqian: “Pekerjaan baru, lingkungan baru, dan kamu membawa Qiang-Qiang, pasti sangat susah, kalau kamu membutuhkan bantuan, silakan hubungi aku dan kalau aku tidak berada di Kanada….” dia berhenti sejenak, “Aku tahu Tuan kelima akan membantumu.”
Ketika dia mengatakan ini, terlihat sangat tenang, ini membuatku agak terkejut, mungkin setelah dia menenangkan dirinya, dia akan bersiap-siap untuk bercerai denganku.
Mo Ziqian berhenti sejenak dan melanjutkan: “Masalah perceraian ditunda dulu, mari kita semua memikirkannya baik-baik, oke?”
“Oke.” Mo Ziqian hari ini telah mengejutkanku, aku juga tidak ingin memaksanya. Berdoa selama sepuluh tahun mendapatkan kesempatan menaiki kapal yang sama, berharap selama seratus tahun mendapatkan kesempatan tidur di ranjang yang sama. Melihat kembali sebanyak seribu kali pada kehidupan masa lalu barulah mendapatkan kesempatan saling mencintai di kehidupan ini, meskipun sudah tidak berjodoh bersama, juga harus berpisah dengan baik.
Qiang-Qiang keluar dari taman kanak-kanak, dia berteriak Mama, ketika dia melihat Mo Ziqian, matanya mengedip, tangannya merangkuk tanganku, dan lalu memanggil: “Papa.”
Mo Ziqian membungkukkan tubuhnya, jari-jarinya ramping menyentuh di pipinya Qiang-Qiang, matanya penuh dengan sakit hati, “Papa minta maaf padamu, aku selalu mengabaikanmu, tetapi Papa mencintaimu.”
Dia memeluk Qiang-Qiang ke dalam pelukannya, dan ada air mata berlinang di matanya, “Dengarkan baik-baik kata-kata Mamamu dan ketika kamu kangen sama Papa, langsung saja menelepon Papa.”
“Ya.” Qiang-Qiang mengangguk.
Mo Ziqian melepaskan Qiang-Qiang dan berdiri, membalikkan badan dan pergi.
Ketika aku melihatnya masuk ke dalam mobil, dia mengulurkan tangan dan menyeka di matanya, dia meneteskan air matanya.
Mo Ziqian memiliki harga dirinya, aku pikir dia tidak akan datang untuk membawa aku dan Qiang-Qiang lagi, melihat kepergian mobilnya, aku juga membawa Qiang-Qiang pergi.
Pada malam hari, aku menemani Qiang-Qiang di meja belajar untuk mengerjakan soal matematika yang sederhana, Nyonya si pemilik rumah mengetuk pintu, “Nona Lin, pacarmu membeli rumah keluarga Yina di seberang, dengan harga tiga kali lipat untuk membuat keluarga Yina pindah, pacarmu terlihat sangat kaya.”
Aku: “Otaknya berlubang”
Orang itu bodoh dan banyak uang, orang yang bodoh. Aku teringat Tuan kelima memarahi aku bodoh sekali. Aku memakinya lagi di dalam hatiku.
Nyonya pemilik rumah: “......”
Bel pintu berbunyi, Nyonya pemilik rumah turun ke bawah untuk membuka pintu. Tidak lama kemudian, aku mendengar suara Nyonya pemilik rumah berkata, “Thank you! Thank you!” Aku keluar dan melihat ke bawah, terlihat Tuan kelima membeli sekantong kain sutra sebagai hadiah, menyerahkannya pada Nyonya pemilik rumah.
Novel Terkait
The Great Guy
Vivi HuangPernikahan Kontrak
JennyLove Is A War Zone
Qing QingIstri Pengkhianat
SubardiMy Secret Love
Fang FangMy Goddes
Riski saputroCintaku Yang Dipenuhi Dendam×
- Bab 1 Dua Keluarga
- Bab 2 Kelembutan Terakhir
- Bab 3 Masuk Penjara
- Bab 4 Tingkah Pelacur
- Bab 5 Memberikan Anaknya Kepada Yang Lain
- Bab 6 Seseorang Yang Kaya Dan Misterius
- Bab 7 Tak Terduga
- Bab 8 Begitu Membencimu
- Bab 9 Di Peternakan Kuda
- Bab 10 Campur Tangan Tuan Kelima
- Bab 11 Main Ganda
- Bab 12 Cinta Satu-Satunya
- Bab 13 Anakku
- Bab 14 Belajar Menyenangkanku
- Bab 15 Peran Yang Memalukan
- Bab 16 Penyesalan
- Bab 17 Penuh Keraguan
- Bab 18 Terperangkap
- Bab 19 Penuh dengan Akal Buruk
- Bab 20 Pasangan Serasi
- Bab 21 Memiliki Kesempatan
- Bab 22 Konferensi Pers
- Bab 23 Sangat Memalukan
- Bab 24 Tidak Ada Seorang Pun
- Bab 25 Ciuman Di Luar Kendali
- Bab 26 Membahayakan Dirinya Sendiri
- Bab 27 Paling Menyesal Pernah Mencintaimu
- Bab 28 Suatu Ancaman
- Bab 29 Orang-Orang Malang
- Bab 30 Antara Cinta Dan Benci
- Bab 31 Pembalasan Li Li
- Bab 32 Keterlaluan Bodohnya
- Bab 33 Bersedia Cuci Tangan dan Membuat Sup
- Bab 34 Gangguan Kepribadian
- Bab 35 Dia Mengidap Penyakit Kotor
- Bab 36 Kamu Hanya Bisa Menjadi Milikku
- Bab 37 Orang-Orang Munafik
- Bab 38 Skandal dan Gosip Melanda
- Bab 39 Dikurung
- Bab 40 Proposal Lamaran
- Bab 41 Sifat Tuan Muda
- Bab 42 Memanggil Wartawan
- Bab 43 Tidak Memahami
- Bab 44 Penyergapan Dimana-mana
- Bab 45 Ayah dan Putra yang Berpapasan
- Bab 46 Insting Ibu Dan Anak
- Bab 47 Permainan Mengerikan
- Bab 48 Godaan
- Bab 49 Keracunan Alkohol
- Bab 50 Dirimu Yang Kejam
- Bab 51 Seekor Rubah
- Bab 52 Marah Setengah Mati
- Bab 53 Sudah Di Jalur Yang Benar
- Bab 54 Dikacaukan Dua Kali
- Bab 55 Pria-Pria Brengsek
- Bab 56 Pemesan Kue Misterius
- Bab 57 Identitas Hu Yeming, Pimpinan Kejahatan
- Bab 58 Pandangan Cinta
- Bab 59 Balasan Jahat Untuk Orang Jahat
- Bab 60 Muntah
- Bab 61 Kekasih Lain
- Bab 62 Bantuan
- Bab 63 Bersama Di Mobil Mogok
- Bab 64 Waktu Itu Sangat Indah
- Bab 65 Menjijikan
- Bab 66 Gempa Bumi
- Bab 67 Menyerang Membabi Buta
- Bab 68 Golongan Darah Panda
- Bab 69 Dia Adalah Putramu !
- Bab 70 Ganti Rumah Sakit
- Bab 71 Siapa Yang Berbohong
- Bab 72 Kejutan
- Bab 73 Mengakui Pencuri Sebagai Ibunya
- Bab 74 Kembali Ke Tempat Semula
- Bab 75 Sudah Pergi
- Bab 76 Kesedihan Di Hati
- Bab 77 Ayah Angkat
- Bab 78 Membersihkan Pistol Keluar Api
- Bab 79 Gelang
- Bab 80 Merendahkan
- Bab 81 Membawa Pergi
- Bab 82 Seperti Seorang Kakak
- Bab 83 Kacau Balau
- Bab 84 Bersembunyi di Ruang Rahasia
- Bab 85 Istri Teman
- Bab 86 Kebakaran Besar
- Bab 87 Menyangkal
- Bab 88 Sinis
- Bab 89 Sedikit Trik
- Bab 90 Membayar Dengan Tubuh
- Bab 91 Seperti Mimpi
- Bab 92 Wanita Cantik Yang Kehilangan Kaki
- Bab 93 Potong Perutnya
- Bab 94 Chen Liyan Ditampar
- Bab 95 Pesta Topeng
- Bab 96 Langit Malam
- Bab 97 Pergi Jauh
- Bab 98 Menangkap Basah
- Bab 99 Aku Akan Tanggung Untukmu
- Bab 100 Rela Diselingkuhi
- Bab 101 Selalu Mencintainya
- Bab 102 Itu Dia
- Bab 103 Menjaganya
- Bab 104 Kejam
- Bab 105 Manusia Yang Tidak Memiliki Hati Nurani
- Bab 106 Membantu Dia Mengugurkan Anaknya
- Bab 107 Dia Menyukaimu
- Bab 108 Memaksa
- Bab 109 Tidak Masuk Akal
- Bab 110 Siapa Itu
- Bab 111 Hukuman Yang Mesra
- Bab 112 Malu Dan Marah
- Bab 113 Menyukai Orang Yang Memasak Mie
- Bab 114 Menikmati
- Bab 115 Aneh
- Bab 116 Kesedihan Hati di Kanada (1)
- Bab 116 Kesedihan Di Kanada (2)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (1)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (2)
- Bab 118 Masuk Perangkap (1)
- Bab 118 Masuk Perangkap (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (1)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (3)
- Bab 120 Jebakan (1)
- Bab 120 Jebakan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (1)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (3)
- Bab 122 Koma (1)
- Bab 122 Koma (2)
- Bab 123 Melepaskan (1)
- Bab 123 Melepaskan (2)
- Bab 123 Melepaskan (3)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (1)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (2)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (1)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (2)
- Bab 126 Sulit Dipercaya
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (1)
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (2)
- Bab 128 Relaks (1)
- Bab 128 Relaks (2)
- Bab 128 Relaks (3)
- Bab 129 Dirampok (1)
- Bab 129 Dirampok (2)
- Bab 129 Dirampok (3)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (1)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (2)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (1)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (2)
- Bab 132 Perangkap (1)
- Bab 132 Perangkap (2)
- Bab 133 Meninggikan (1)
- Bab 133 Meninggikan (2)
- Bab 134 Mempermalukan (1)
- Bab 134 Mempermalukan (2)
- Bab 135 Wanita Murahan (1)
- Bab 135 Wanita Murahan (2)
- Bab 136 Cadangan (1)
- Bab 136 Cadangan (2)
- Bab 137 Konflik (1)
- Bab 137 Konflik (2)
- Bab 138 Dinyatakan (1)
- Bab 138 Dinyatakan (2)
- Bab 139 Perubahan (1)
- Bab 139 Perubahan (2)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (1)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (2)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (1)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (2)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (1)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (2)
- Bab 143 Mengkhianati (1)
- Bab 143 Mengkhianati (2)
- Bab 144 Anak Siapa (1)
- Bab 144 Anak Siapa (2)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (1)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (2)
- Bab 146 Perencanaan (1)
- Bab 146 Perencanaan (2)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (1)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (2)
- Bab 148 Bajingan (1)
- Bab 148 Bajingan (2)
- Bab 149 Apakah Kamu Merasa Puas? (1)
- Bab 149 Apa Kamu Merasa Puas ? (2)
- Bab 150 Gila (1)
- Bab 150 Gila (2)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (1)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (2)
- Bab 153 Menyogok (1)
- Bab 152 Menyogok (2)
- Bab 153 Identitas (1)
- Bab 153 Identitas (2)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (1)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 155 Jatuh Cinta (1)
- Bab 155 Jatuh Cinta (2)
- Bab 156 Berciuman (1)
- Bab 156 Berciuman (2)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (1)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (2)
- Bab158 PindahTempat (1)
- Bab 158 Pindah Tempat (2)
- Bab 159 Serba Salah (1)
- Bab 159 Serba Salah (2)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (1)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (2)
- Bab 161 Bodoh Sekali (1)
- Bab 161 Bodoh Sekali (2)
- Bab 162 Tidak Tega (1)
- Bab 162 Tidak Tega (2)
- Bab 163 Jantung Berdebar (1)
- Bab 163 Jantung Berdebar (2)
- Bab 164 Pengkhianatan (1)
- Bab 164 Pengkhianatan (2)
- Bab 165 Wajah Memerah (1)
- Bab 165 Wajah Memerah (2)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (1)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (2)
- Bab 167 Pacar (1)
- Bab 167 Pacar (2)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 169 Mengusir (1)
- Bab 169 Mengusir (2)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (2)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (1)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (2)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (1)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (2)
- Bab 174 Sepupu (1)
- Bab 174 Sepupu (2)
- Bab 175 Mata-mata (1)
- Bab 175 Mata-Mata (2)
- Bab 176 Memeluk (1)
- Bab 176 Memeluk (2)
- Bab 177 Hantu Di Pemakaman
- Bab 177 Ketakutan Hantu Di Pemakaman
- Bab 178 Memihak Kesalahan (1)
- Bab 178 Memihak Kesalahan (2)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (1)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (2)
- Bab 180 Istri (1)
- Bab 180 Istri (2)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (1)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (2)
- Bab 182 Hati Dingin (1)
- Bab 182 Hati Dingin (2)
- Bab 183 Masuk Perangkap (1)
- Bab 183 Masuk Perangkap (2)
- Bab 184 Wanita Bodoh (1)
- Bab 184 Wanita Bodoh (2)
- Bab 185 Rela (1)
- BAB 185 Rela (2)
- Bab 186 Sembahyang (1)
- Bab 186 Sembahyang (2)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (1)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (2)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (1)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (2)
- Bab 189 Pukul (1)
- Bab 189 Pukul (2)
- bab 190 Bersikap Imut (1)
- bab 190 Bersikap Imut (2)
- Bab 191 Tipuan (1)
- bab 191 Tipuan (2)
- Bab 192 Pesta (1)
- Bab 192 Pesta (2)
- Bab 193 Muntah Darah (1)
- Bab 193 Muntah Darah (2)
- Bab 194 Pacar Baru (1)
- Bab 194 Pacar Baru (2)
- Bab 195 Panggil Mama (1)
- Bab 195 Panggil Mama (2)
- Bab 196 Tidur Bersama (1)
- Bab 196 Tidur Bersama (2)
- Bab 197 Panda (1)
- Bab 197 Panda (2)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (1)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (2)
- Bab 199 Menyalahkan (1)
- Bab 199 Menyalahkan (2)
- Bab 200 Penuaan Dini (1)
- Bab 200 Penuaan Dini (2)
- Bab 201 Suka atau Tidak Suka (1)
- Bab 201 Sama Tidak Sama
- Bab 202 Ganti Pasangan (1)
- Bab 202 Ganti Pasangan (2)
- Bab 203 Bodoh (1)
- Bab 203 Bodoh (2)
- Bab 204 Pelajaran (1)
- Bab 204 Pelajaran (2)
- Bab 205 Peduli (1)
- Bab 205 Peduli (2)
- Bab 206 Pertunangan (1)
- Bab 206 Pertunangan (2)
- Bab 207 Tuduhan (1)
- Bab 207 Tuduhan (2)
- Bab 208 Identitas (1)
- Bab 208 Identitas (2)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (1)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (2)
- Bab 210 Mimpi (1)
- Bab 210 Mimpi (2)
- Bab 211 Merindukanmu (1)
- Bab 211 Merindukanmu (2)
- Bab 212 Jarum Berdarah (1)
- Bab 212 Jarum Berdarah (2)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiri (1)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiiri (2)
- Bab 214 Tembakan (1)
- Bab 214 Tembakan (2)
- Bab 215 Keguguran (1)
- Bab 215 Keguguran (2)
- Bab 216 Harta Warisan (1)
- Bab 216 Harta Warisan (2)
- Bab 217 Perjalanan Bisnis (1)
- Bab 217 Perjalanan (2)
- Bab 218 Anak Kandung (1)
- Bab 218 Anak Kandung (2)
- Bab 219 Ayah (1)
- Bab 219 Ayah (2)
- Bab 220 Kejam (1)
- Bab 220 Kejam (2)
- Bab 221 Mandul (1)
- Bab 221 Mandul (2)
- Bab 222 Egois (1)
- Bab 222 Egois (2)
- Bab 232 Memberikan Pelukan (1)
- bab 232 Memberikan Pelukan (2)
- Bab 224 Menikah Denganmu (1)
- Bab 224 Menikah Denganmu (2)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (1)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (2)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (1)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (2)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (3)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (4)
- Bab 228 Garis Merah (1)
- Bab 228 Garis Merah (2)
- Bab 229 Dalam Masalah (1)
- Bab 229 Dalam Masalah (2)
- Bab 230 Muntah (1)
- Bab 230 Mual (2)
- Bab 231 Berbahaya (1)
- Bab 231 Berbahaya (2)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (1)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (2)
- Bab 233 Kecurigaan (1)
- Bab 233 Kecurigaan (2)
- Bab 234 Bantuan (1)
- Bab 234 Bantuan (2)
- Bab 235 Marah
- Bab 236 Dibebaskan (1)
- Bab 236 Dibebaskan (2)
- Bab 237 Pernikahan (1)
- Bab 237 Pernikahan (2)
- Bab 238 Munafik (1)
- Bab 238 Munafik (2)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (1)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (2)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (1)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (2)
- Bab 241 Gangguan (1)
- Bab 241 Gangguan (2)
- Bab 242 HIV (1)
- Bab 242 HIV(2)
- Bab 243 Pendarahan Otak (1)
- Bab 243 Pendarahan Otak (2)
- Bab 244 Tamparan (1)
- Bab 244 Tamparan (2)
- Bab 245 Keracunan Makanan (1)
- Bab 245 Keracunan Makanan (2)
- Bab 246 Selingkuh (1)
- Bab 246 Selingkuh (2)
- Bab 247 Vasektomi (1)
- Bab 247 Vasektomi (2)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (1)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (2)
- Bab 249 Canggung
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (1)
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (2)
- Bab 251 (Episode Terakhir) Kekerasan Tuan Muda
- Bab 252(Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (1)
- Bab 252 (Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (2)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (1)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (2)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (3)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (4)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (1)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (2)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (3)