Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 92 Wanita Cantik Yang Kehilangan Kaki
Tuan Kelima membuka pintu, dia mengenakan baju kasual yang bermotif kotak-kotak, seluruh orangnya terlihat malas, tetapi wajahnya terlihat suram, tuan muda ini pasti masih ingat aku mendorongnya ke bawah ranjang semalam.
“Aku lapar, pergi masak.”
Wajah Tuan Kelima yang suram membalikkan badan masuk ke dalam.
Aku berdiri di pintu, “Apa yang ingin kamu makan?”
“Mie.”
“Ohh.”
Aku membalikkan badan ingin pergi membeli bahan, dalam ingatanku, rumah Tuan muda ini, tidak pernah memiliki bahan.
“Sudah beli semua.”
Tuan Kelima melihat aku akan pergi, langsung berkata.
Aku memutarkan kepala melihat wajahnya yang hitam, sayangnya Tuhan memberinya wajah yang begitu tampan, wajahnya ditarik panjang bagai wajah kuda.
Aku berjalan dengan tongkat, kakiku sangat tidak lincah pergi ke dapurnya, setelah memetik dan menyuci, memotong bahan-bahan, tentu saja ketika mengerjakan ini, tidak mungkin aku bisa berdiri dengan tongkat, semuanya berdiri dengan gaya bangau berdiri dengan satu kaki, bahkan ketika memasak sup juga seperti itu. Penderitaan itu dapat dibayangkan.
Tuan Kelima berdiri di pintu dapur, bahunya yang lebar bersandar di kusen pintu, sambil melihat aku sibuk, sambil tidak tahu memikirkan apa.
Mie sudah selesai, aku berjuang untuk mengeluarkan mie, Alasanku mengatakan itu susah karena aku harus mengambil sumpit di satu tangan dan memegang mangkuk di satu tangannya lagi. Tuhan tahu bahwa kakiku yang baik itu sangat pegal. Aku sudah hampir tidak tahan lagi.
Melihat aku lelah dan bergetar, Tuan Kelima mendekati, dan mengambil pergi mangkok di tanganku, dan sambil membawa pergi lauknya yang sudah dimasak.
Aku mengangkat tangan menyeka keringat di dahiku, dalam hati berkata, benar-benar berhutang pada Tuan muda ini, kalau tidak, aku tidak akan menyiapkan makanan dalam situasi ketika kakiku tidak dapat berdiri.
Harus diketahui, selera Tuan Kelima sangat pemilih, setiap makan makanan yang aku siapkan, tidak akan lupa menghinaku.
Ini memberiku tekanan yang tak terlihat, sehingga aku ingin membuat makanan lebih.
Meskipun selera Tuan muda ini memang suka pilih-pilih.
Tuan Kelima duduk di meja makan, dia mengambil beberapa lauk dan meletakkannya ke dalam sup, kemudian makan beberapa sup, alisnya berkerut.
“Benar-benar semakin makan semakin tidak enak, bagai makan kayu.”
Aku cemberut, selera Tuan muda ini bukan hanya pemilih, tetapi sangat pemilih. Aku meletakkan begitu banyak perhatian memasak sup, dia malah mengatakan seperti makan kayu.
Meskipun hatiku tidak puas, tetapi aku berhutang pada Tuan muda ini, bagaimanapun tidak puas, aku juga tidak boleh mengatakannya keluar. Aku hanya boleh meliriknya dengan mata pisauku.
“Ayo makanlah, siapa suruh ibuku mati muda, dalam hidup ini aku tidak dapat makan masakan dari ibuku lagi.”
Tuan muda ini sambil merendahkanku sambil makan, dengan cepat telah memasukkan mie dan lauk-lauk ke dalam perutnya.
Dia meletakkan mangkok dan sumpit, bangun berdiri, seperti tidak terjadi apapun berjalan ke ruang tamu.
Aku mencibirkan bibirku, setelah diremehkan aku dengan enggan mengemas mangkok-mangkok dan sumpit.
Setelah aku menyuci semua peralatan makan, berjalan dengan tongkat, dengan kakiku yang lemas aku datang ke ruang tamu, Tuan Kelima menatapku dan tertawa.
Tawaan ini membuat semua apiku tiba-tiba terbakar, dan aku membanting tongkat, “Apa yang kamu tertawakan! Tidak pernah melihat kaki orang yang tidak nyaman!”
Tetapi Tuan Kelima tidak marah padaku, hanya tersenyum licik, matanya yang menarik menatap kaki kiriku yang tak berdaya “Ternyata wanita cantik kalau kehilangan kakinya, begitu jelek.”
Dasar.
Mata pisau yang tak terhitung jumlahnya melirik ke Tuan Kelima.
Tuan Kelima tidak mempedulikannya, dia tersenyum licik, aku mendengus, malas melayaninya, “Tuan muda, kalau tidak ada apa-apa, aku harus pergi dulu.”
Aku mengambil tas, bersiap-siap akan pergi.
Tuan Kelima berhenti tertawa, berjalan kearahku dengan penuh senyuman, mendekatkan wajah tampannya padaku, “kamu belum membayar dengan tubuhmu, bagaimana boleh pergi?”
Perkataannya membuat wajahku menjadi hangat dan merah.
Ingin membayar dengan tubuh, juga harus memiliki mood, tolonglah, “Aku sedang tidak mood”
Aku mendengus, menarik pintu akan pergi, hampir saja menabrak dengan orang yang kebetulan ingin melangkah masuk.
Chen Hui, dia datang.
Chen Hui melihatku, dia mengerutkan alisnya, “Bagaimana kamu berada disini?”
“Mengapa dia tidak boleh berada disini?”
Tuan Kelima berjalan mendekat dengan santai, mengulurkan lengan panjangnya merangkul pinggangku, punggungku menempel di pelukannya. Otot dadanya sangat kencang, otot perutnya yang keras, dan lengannya yang merangkul pinggangku menjadi erat. Dengan begini, aku berdiri dengan gaya mesra di depan Chen Hui.
Aku sangat malu, akan tetapi tidak boleh mendorong Tuan Kelima, emosi Tuan Kelima ini sangat aneh, kamu semakin tidak ingin, dia semakin membiarkanmu begitu.
Dan akan membuatmu dan orang yang sedang melihat semakin memalukan.
Chen Hui mengerutkan alisnya, kulitnya yang awalnya agak kecoklatan, sekarang karena kemarahan wajahnya menjadi merah, tangannya mengepal, aku sepertinya terdengar suara jarinya yang digemeretakkan, tetapi dia berusaha menahannya, “Adik Kelima, wanita lain kamu boleh memainkannya sesuka hatimu, tetapi dia tidak boleh!”
Tuan Kelima menggerutkan alisnya, ekspresinya semakin tidak senang, “Apa maksud dari wanita lain aku boleh memainkannya sesuka hati, tetapi tidak boleh dengannya, dia adalah wanitaku, apakah kamu lupa? Atau kamu masih memiliki perasaan dengannya? Ingin merebut istri adikmu?”
Perkataan Tuan Kelima membuat wajah Chen Hui semakin hitam, kemarahan yang mendalam akan segera di keluarkan, kalau orang yang mengatakan ini adalah Mo Ziqian, tinjuan Chen Hui sudah dikeluarkan daritadi, tetapi orang ini adalah Tuan Kelima, satu-satunya anak dari ayah angkatnya, jadi Chen Hui menahan keemosiannya.
“Adik Kelima, kamu kalau bukan anak satu-satunya dari ayah, aku sudah membantingmu daritadi.”
Tuan Kelima tertawa terbahak-bahak, tawaannya yang licik dan jahat, “Jadi, kamu masih memiliki perasaan dengannya?”
Kemarahan di wajah Chen Hui semakin terlihat, tangannya yang mengepal, sepertinya di detik kemudian akan meninju ke wajah Tuan Kelima, aku sangat panik, tidak boleh membiarkan keduanya bertengkar. Dan aku juga tidak suka mendengar Tuan Kelima selalu berkata “Masih memiliki perasaan dengannya”.
Chen Hui adalah temanku, dan juga sebagai kakak Tuan Kelima, mereka adalah adik beradik, aku tidak boleh melihat mereka bertengkar.
Aku langsung mendorong melepaskan lengan Tuan Kelima, “Tuan Kelima, Direktur Chen, Kalian adik beradik kalau memiliki perselisihan, silakan kalian menyelesaikanya, tetapi kumohon jangan menjepit aku di tengah.”
Aku sangat marah, aku tidak ingin menjadi alasan mereka bertengkar, aku menarik membuka pintu dan keluar.
Namun, aku baru saja melangkah keluar dari pintu rumah Tuan Kelima, Chen Hui juga membalikkan badannya mengikutiku keluar.
“Kamu berjalan tidak nyaman, ayo aku menggendongmu.”
“Tidak perlu!”
Aku sangat marah dan mengabaikan lengan yang baru saja diulurkan Chen Hui.
Chen Hui mengikutiku, “Aku menganggapmu sebagai adik, aku tidak memiliki maksud lain.”
Aku berkata dengan suara keras: “Sudah cukup, aku bukan adikmu, aku sangat berterimakasih kamu begitu merawatku, tetapi aku adalah orang dewasa, aku tahu apa yang sedang aku lakukan, tolong jangan terlalu mempedulikan apa yang aku lakukan, aku mengetahui apa seharusnya yang aku lakukan.”
Chen Hui tertegun oleh perkataanku, untuk waktu yang lama dia tidak melangkah, seluruh tubuhnya bagai tersambar petir, berdiri tegang di sana, dan aku sudah menekan tombol lift, disaat pintu lift membuka, aku berjalan masuk dengan tongkat.
Namun Chen Hui juga keluar dari lift yang satu lagi ketika aku keluar dari dalam lift.
“Kamu tunggu sebentar, aku mengantarmu.”
Langkahnya sangat besar dan cepat, menunggu aku keluar, dia sudah datang mengendarai mobilnya, dan berhenti di depanku.
“Ayo naik, aku mengantarmu ke sana.”
“Tidak perlu, terima kasih.”
Aku berkata dengan dingin, rasa kepedulian Chen Hui padaku sudah membuatku terasa aneh, ini tidak seharusnya terjadi dalam hubungan teman biasa.
Chen Hui turun dari mobil, dia berjalan ke depanku, dengan sabar dan penuh kelembutan berkata: “Tolong percaya padaku, aku benar-benar menganggap kamu sebagai adik perempuanku.”
Aku melihat pada pria di depanku ini, dia memiliki fitur wajah yang sangat ramah, dia juga sangat baik, dan perkataannya juga sangat tulus.
“Baik, tetapi tolong jangan campur tangan pada masalahku lagi di masa depan.”
“Aku tidak akan.”
Chen Hui tersenyum, seluruh wajahnya terlihat gembira, dia membantuku membuka pintu mobil belakang, membantu mengangkatku masuk, dan sekalian membantu menyimpankan tongkatku, dan meletakkannya ke bagasi belakang.
Chen Hui dengan begitu mengantarku ke apartemen, dia ingin mengantarku ke atas, aku menolak, “Aku dapat melakukannya sendiri.”
Dia kelihatanmya masih khawatir, tetapi sikapku sangat tegas, jadi dia tidak memaksa.
Ketika aku masuk kerumah, Jiayu sudah kembali, jarang kembali begitu awal.
Dia duduk di sofa, seperti biasanya sedang minum secangkir kopi, mengangkat kelopak matanya menatap padaku, “Pergi bertemu dengan Tuan Kelima lagi? Kaki tidak nyaman, masih saja tidak berhenti.”
Jiayu paling tidak suka aku bersama Tuan Kelima, jadi perkataan yang mengkhawatirkan menjadi sindiran.
Aku meletakkan tongkatku di sudut pintu, melompat ke sofa dengan satu kaki, dan duduk di sebelah Jiayu. “Kamu jangan khawatir, aku tidak terjadi apapun dengan dia.”
Jiayu mendengus, “Bagaimana semalam? Jika aku tidak kembali pas saat itu, bukankah kalian sudah berada di air yang dalam atau api yang panas?”
Aku tersenyum, Jiayu menggunakan kata air yang dalam atau api yang panas untuk mengungkapkan aku dan Tuan Kelima.
Jiayu berkata: “Aku hanya tidak ingin kamu membiarkan dirimu sendiri, Tuan Kelima dia sangat moody, dia tidak akan menjadi sandaranmu. Xiaoxiao, pikiranmu harus lebih jernih.”
Ketika Jiayu berkata, dia menunjuk dahiku dengan jarinya. Jiayu adalah orang yang sangat pintar, dia juga sangat pandai melihat orang, kecuali ketika bersama Wu Zhihai, dia dibutakan oleh cinta.
“Oke Oke, aku tahu.”
Aku tidak ingin Jiayu mengkhawatirkanku, hanya bisa berjanji padanya terlebih dahulu.
Jiayu berkata: “Aku akan keluar kota untuk bekerja, akan kembali dua minggu kemudian, Bisakah kamu menjaga dirimu sendiri selama ini? Jika tidak, bagaimana kalau kamu pergi menginap di tempat Wen Yiru selama beberapa hari?”
Aku mengerutkan kening, agak sulit untuk mengurus diriku sendiri. Banyak hal, aku cukup tidak kompeten dalam melakukannya sendiri, tapi aku tidak ingin merepotkan Wen Yiru. Aku tersenyum dan berkata kepada Jiayu: “Jangan khawatir, siapa aku? Aku adalah Lin Xiao yang memiliki tiga kepala dan enam lengan, aku tinggal sendiri selama beberapa hari, itu tidak akan bermasalah, yakinlah.”
*****tiga kepala enam lengan = Dewi******
Jiayu mengangguk.
Pada pagi hari berikutnya, Jiayu pergi ke bandara. Aku melihatnya pergi dari jendela dan menyiapkan sarapan untuk diriku sendiri. Aku melihat berbagai makanan memenuhi lemari es.
Jiayu, Jiayu yang baik, bagaimana aku bisa membalasmu dalam hidup ini? Betapa indahnya kalau aku memiliki kakak laki-laki, kamu akan menjadi kakak iparku, aku sembarang berpikir di dalam otakku, jika Jiayu menjadi kakak iparku, biarkan kakakku datang merawatnya untukku, sehingga hatiku akan terasa tenang.
Novel Terkait
Cinta Yang Terlarang
MinnieMy Lifetime
DevinaInnocent Kid
FellaCantik Terlihat Jelek
SherinVillain's Giving Up
Axe AshciellyThe True Identity of My Hubby
Sweety GirlCintaku Yang Dipenuhi Dendam×
- Bab 1 Dua Keluarga
- Bab 2 Kelembutan Terakhir
- Bab 3 Masuk Penjara
- Bab 4 Tingkah Pelacur
- Bab 5 Memberikan Anaknya Kepada Yang Lain
- Bab 6 Seseorang Yang Kaya Dan Misterius
- Bab 7 Tak Terduga
- Bab 8 Begitu Membencimu
- Bab 9 Di Peternakan Kuda
- Bab 10 Campur Tangan Tuan Kelima
- Bab 11 Main Ganda
- Bab 12 Cinta Satu-Satunya
- Bab 13 Anakku
- Bab 14 Belajar Menyenangkanku
- Bab 15 Peran Yang Memalukan
- Bab 16 Penyesalan
- Bab 17 Penuh Keraguan
- Bab 18 Terperangkap
- Bab 19 Penuh dengan Akal Buruk
- Bab 20 Pasangan Serasi
- Bab 21 Memiliki Kesempatan
- Bab 22 Konferensi Pers
- Bab 23 Sangat Memalukan
- Bab 24 Tidak Ada Seorang Pun
- Bab 25 Ciuman Di Luar Kendali
- Bab 26 Membahayakan Dirinya Sendiri
- Bab 27 Paling Menyesal Pernah Mencintaimu
- Bab 28 Suatu Ancaman
- Bab 29 Orang-Orang Malang
- Bab 30 Antara Cinta Dan Benci
- Bab 31 Pembalasan Li Li
- Bab 32 Keterlaluan Bodohnya
- Bab 33 Bersedia Cuci Tangan dan Membuat Sup
- Bab 34 Gangguan Kepribadian
- Bab 35 Dia Mengidap Penyakit Kotor
- Bab 36 Kamu Hanya Bisa Menjadi Milikku
- Bab 37 Orang-Orang Munafik
- Bab 38 Skandal dan Gosip Melanda
- Bab 39 Dikurung
- Bab 40 Proposal Lamaran
- Bab 41 Sifat Tuan Muda
- Bab 42 Memanggil Wartawan
- Bab 43 Tidak Memahami
- Bab 44 Penyergapan Dimana-mana
- Bab 45 Ayah dan Putra yang Berpapasan
- Bab 46 Insting Ibu Dan Anak
- Bab 47 Permainan Mengerikan
- Bab 48 Godaan
- Bab 49 Keracunan Alkohol
- Bab 50 Dirimu Yang Kejam
- Bab 51 Seekor Rubah
- Bab 52 Marah Setengah Mati
- Bab 53 Sudah Di Jalur Yang Benar
- Bab 54 Dikacaukan Dua Kali
- Bab 55 Pria-Pria Brengsek
- Bab 56 Pemesan Kue Misterius
- Bab 57 Identitas Hu Yeming, Pimpinan Kejahatan
- Bab 58 Pandangan Cinta
- Bab 59 Balasan Jahat Untuk Orang Jahat
- Bab 60 Muntah
- Bab 61 Kekasih Lain
- Bab 62 Bantuan
- Bab 63 Bersama Di Mobil Mogok
- Bab 64 Waktu Itu Sangat Indah
- Bab 65 Menjijikan
- Bab 66 Gempa Bumi
- Bab 67 Menyerang Membabi Buta
- Bab 68 Golongan Darah Panda
- Bab 69 Dia Adalah Putramu !
- Bab 70 Ganti Rumah Sakit
- Bab 71 Siapa Yang Berbohong
- Bab 72 Kejutan
- Bab 73 Mengakui Pencuri Sebagai Ibunya
- Bab 74 Kembali Ke Tempat Semula
- Bab 75 Sudah Pergi
- Bab 76 Kesedihan Di Hati
- Bab 77 Ayah Angkat
- Bab 78 Membersihkan Pistol Keluar Api
- Bab 79 Gelang
- Bab 80 Merendahkan
- Bab 81 Membawa Pergi
- Bab 82 Seperti Seorang Kakak
- Bab 83 Kacau Balau
- Bab 84 Bersembunyi di Ruang Rahasia
- Bab 85 Istri Teman
- Bab 86 Kebakaran Besar
- Bab 87 Menyangkal
- Bab 88 Sinis
- Bab 89 Sedikit Trik
- Bab 90 Membayar Dengan Tubuh
- Bab 91 Seperti Mimpi
- Bab 92 Wanita Cantik Yang Kehilangan Kaki
- Bab 93 Potong Perutnya
- Bab 94 Chen Liyan Ditampar
- Bab 95 Pesta Topeng
- Bab 96 Langit Malam
- Bab 97 Pergi Jauh
- Bab 98 Menangkap Basah
- Bab 99 Aku Akan Tanggung Untukmu
- Bab 100 Rela Diselingkuhi
- Bab 101 Selalu Mencintainya
- Bab 102 Itu Dia
- Bab 103 Menjaganya
- Bab 104 Kejam
- Bab 105 Manusia Yang Tidak Memiliki Hati Nurani
- Bab 106 Membantu Dia Mengugurkan Anaknya
- Bab 107 Dia Menyukaimu
- Bab 108 Memaksa
- Bab 109 Tidak Masuk Akal
- Bab 110 Siapa Itu
- Bab 111 Hukuman Yang Mesra
- Bab 112 Malu Dan Marah
- Bab 113 Menyukai Orang Yang Memasak Mie
- Bab 114 Menikmati
- Bab 115 Aneh
- Bab 116 Kesedihan Hati di Kanada (1)
- Bab 116 Kesedihan Di Kanada (2)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (1)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (2)
- Bab 118 Masuk Perangkap (1)
- Bab 118 Masuk Perangkap (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (1)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (3)
- Bab 120 Jebakan (1)
- Bab 120 Jebakan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (1)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (3)
- Bab 122 Koma (1)
- Bab 122 Koma (2)
- Bab 123 Melepaskan (1)
- Bab 123 Melepaskan (2)
- Bab 123 Melepaskan (3)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (1)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (2)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (1)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (2)
- Bab 126 Sulit Dipercaya
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (1)
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (2)
- Bab 128 Relaks (1)
- Bab 128 Relaks (2)
- Bab 128 Relaks (3)
- Bab 129 Dirampok (1)
- Bab 129 Dirampok (2)
- Bab 129 Dirampok (3)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (1)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (2)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (1)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (2)
- Bab 132 Perangkap (1)
- Bab 132 Perangkap (2)
- Bab 133 Meninggikan (1)
- Bab 133 Meninggikan (2)
- Bab 134 Mempermalukan (1)
- Bab 134 Mempermalukan (2)
- Bab 135 Wanita Murahan (1)
- Bab 135 Wanita Murahan (2)
- Bab 136 Cadangan (1)
- Bab 136 Cadangan (2)
- Bab 137 Konflik (1)
- Bab 137 Konflik (2)
- Bab 138 Dinyatakan (1)
- Bab 138 Dinyatakan (2)
- Bab 139 Perubahan (1)
- Bab 139 Perubahan (2)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (1)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (2)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (1)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (2)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (1)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (2)
- Bab 143 Mengkhianati (1)
- Bab 143 Mengkhianati (2)
- Bab 144 Anak Siapa (1)
- Bab 144 Anak Siapa (2)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (1)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (2)
- Bab 146 Perencanaan (1)
- Bab 146 Perencanaan (2)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (1)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (2)
- Bab 148 Bajingan (1)
- Bab 148 Bajingan (2)
- Bab 149 Apakah Kamu Merasa Puas? (1)
- Bab 149 Apa Kamu Merasa Puas ? (2)
- Bab 150 Gila (1)
- Bab 150 Gila (2)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (1)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (2)
- Bab 153 Menyogok (1)
- Bab 152 Menyogok (2)
- Bab 153 Identitas (1)
- Bab 153 Identitas (2)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (1)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 155 Jatuh Cinta (1)
- Bab 155 Jatuh Cinta (2)
- Bab 156 Berciuman (1)
- Bab 156 Berciuman (2)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (1)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (2)
- Bab158 PindahTempat (1)
- Bab 158 Pindah Tempat (2)
- Bab 159 Serba Salah (1)
- Bab 159 Serba Salah (2)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (1)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (2)
- Bab 161 Bodoh Sekali (1)
- Bab 161 Bodoh Sekali (2)
- Bab 162 Tidak Tega (1)
- Bab 162 Tidak Tega (2)
- Bab 163 Jantung Berdebar (1)
- Bab 163 Jantung Berdebar (2)
- Bab 164 Pengkhianatan (1)
- Bab 164 Pengkhianatan (2)
- Bab 165 Wajah Memerah (1)
- Bab 165 Wajah Memerah (2)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (1)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (2)
- Bab 167 Pacar (1)
- Bab 167 Pacar (2)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 169 Mengusir (1)
- Bab 169 Mengusir (2)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (2)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (1)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (2)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (1)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (2)
- Bab 174 Sepupu (1)
- Bab 174 Sepupu (2)
- Bab 175 Mata-mata (1)
- Bab 175 Mata-Mata (2)
- Bab 176 Memeluk (1)
- Bab 176 Memeluk (2)
- Bab 177 Hantu Di Pemakaman
- Bab 177 Ketakutan Hantu Di Pemakaman
- Bab 178 Memihak Kesalahan (1)
- Bab 178 Memihak Kesalahan (2)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (1)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (2)
- Bab 180 Istri (1)
- Bab 180 Istri (2)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (1)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (2)
- Bab 182 Hati Dingin (1)
- Bab 182 Hati Dingin (2)
- Bab 183 Masuk Perangkap (1)
- Bab 183 Masuk Perangkap (2)
- Bab 184 Wanita Bodoh (1)
- Bab 184 Wanita Bodoh (2)
- Bab 185 Rela (1)
- BAB 185 Rela (2)
- Bab 186 Sembahyang (1)
- Bab 186 Sembahyang (2)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (1)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (2)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (1)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (2)
- Bab 189 Pukul (1)
- Bab 189 Pukul (2)
- bab 190 Bersikap Imut (1)
- bab 190 Bersikap Imut (2)
- Bab 191 Tipuan (1)
- bab 191 Tipuan (2)
- Bab 192 Pesta (1)
- Bab 192 Pesta (2)
- Bab 193 Muntah Darah (1)
- Bab 193 Muntah Darah (2)
- Bab 194 Pacar Baru (1)
- Bab 194 Pacar Baru (2)
- Bab 195 Panggil Mama (1)
- Bab 195 Panggil Mama (2)
- Bab 196 Tidur Bersama (1)
- Bab 196 Tidur Bersama (2)
- Bab 197 Panda (1)
- Bab 197 Panda (2)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (1)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (2)
- Bab 199 Menyalahkan (1)
- Bab 199 Menyalahkan (2)
- Bab 200 Penuaan Dini (1)
- Bab 200 Penuaan Dini (2)
- Bab 201 Suka atau Tidak Suka (1)
- Bab 201 Sama Tidak Sama
- Bab 202 Ganti Pasangan (1)
- Bab 202 Ganti Pasangan (2)
- Bab 203 Bodoh (1)
- Bab 203 Bodoh (2)
- Bab 204 Pelajaran (1)
- Bab 204 Pelajaran (2)
- Bab 205 Peduli (1)
- Bab 205 Peduli (2)
- Bab 206 Pertunangan (1)
- Bab 206 Pertunangan (2)
- Bab 207 Tuduhan (1)
- Bab 207 Tuduhan (2)
- Bab 208 Identitas (1)
- Bab 208 Identitas (2)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (1)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (2)
- Bab 210 Mimpi (1)
- Bab 210 Mimpi (2)
- Bab 211 Merindukanmu (1)
- Bab 211 Merindukanmu (2)
- Bab 212 Jarum Berdarah (1)
- Bab 212 Jarum Berdarah (2)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiri (1)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiiri (2)
- Bab 214 Tembakan (1)
- Bab 214 Tembakan (2)
- Bab 215 Keguguran (1)
- Bab 215 Keguguran (2)
- Bab 216 Harta Warisan (1)
- Bab 216 Harta Warisan (2)
- Bab 217 Perjalanan Bisnis (1)
- Bab 217 Perjalanan (2)
- Bab 218 Anak Kandung (1)
- Bab 218 Anak Kandung (2)
- Bab 219 Ayah (1)
- Bab 219 Ayah (2)
- Bab 220 Kejam (1)
- Bab 220 Kejam (2)
- Bab 221 Mandul (1)
- Bab 221 Mandul (2)
- Bab 222 Egois (1)
- Bab 222 Egois (2)
- Bab 232 Memberikan Pelukan (1)
- bab 232 Memberikan Pelukan (2)
- Bab 224 Menikah Denganmu (1)
- Bab 224 Menikah Denganmu (2)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (1)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (2)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (1)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (2)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (3)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (4)
- Bab 228 Garis Merah (1)
- Bab 228 Garis Merah (2)
- Bab 229 Dalam Masalah (1)
- Bab 229 Dalam Masalah (2)
- Bab 230 Muntah (1)
- Bab 230 Mual (2)
- Bab 231 Berbahaya (1)
- Bab 231 Berbahaya (2)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (1)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (2)
- Bab 233 Kecurigaan (1)
- Bab 233 Kecurigaan (2)
- Bab 234 Bantuan (1)
- Bab 234 Bantuan (2)
- Bab 235 Marah
- Bab 236 Dibebaskan (1)
- Bab 236 Dibebaskan (2)
- Bab 237 Pernikahan (1)
- Bab 237 Pernikahan (2)
- Bab 238 Munafik (1)
- Bab 238 Munafik (2)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (1)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (2)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (1)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (2)
- Bab 241 Gangguan (1)
- Bab 241 Gangguan (2)
- Bab 242 HIV (1)
- Bab 242 HIV(2)
- Bab 243 Pendarahan Otak (1)
- Bab 243 Pendarahan Otak (2)
- Bab 244 Tamparan (1)
- Bab 244 Tamparan (2)
- Bab 245 Keracunan Makanan (1)
- Bab 245 Keracunan Makanan (2)
- Bab 246 Selingkuh (1)
- Bab 246 Selingkuh (2)
- Bab 247 Vasektomi (1)
- Bab 247 Vasektomi (2)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (1)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (2)
- Bab 249 Canggung
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (1)
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (2)
- Bab 251 (Episode Terakhir) Kekerasan Tuan Muda
- Bab 252(Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (1)
- Bab 252 (Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (2)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (1)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (2)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (3)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (4)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (1)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (2)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (3)