Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 179 Mirip Yang Zilan (1)

Sudah berusia sembilan belas tahun dan keluar bekerja, masih mengatakan anak kecil, dan melemparkan semua kesalahan putrinya pada orang lain, ibu ini benar-benar tidak ada yang lain lagi.

Aku benar-benar tak berdaya menghadapi Nyonya ini, “Nyonya, sekarang adalah waktunya kerja, kalau kamu tidak ada urusan lain, aku akan pergi kerja dulu.”

Aku tidak memiliki waktu, juga tidak ingin berdebat dengan wanita ini lagi, berbalik akan pergi, namun ibunya Aisha mulai kesal, “Hey, bagaimana kamu bisa pergi? Perkataanku belum selesai!”

Aku tidak melayaninya, langsung pergi meninggalkan ruangan VIP.

Ibunya Aisha mengejar keluar, “Hey, kamu tunggu sebentar!”

Dia terus berjalan mendekatiku, langsung menarik lenganku, “Kamu tunggu sebentar, aku belum selesai berkata, kamu langsung pergi, terlalu tidak menghormati orang!”

Nyonya ini benar-benar orang yang paling pandai berdebat sedunia, aku memutar kepala, ingin memberitahunya aku harus kerja, tidak memiliki waktu untuk mendengarnya mengomel sembarangan, namun disaat ketika aku memutar kepala, aku terlihat sesuatu di belakang telinganya.

Tinggi badan ibu Aisha lebih rendah dariku, sekitar satu meter enam, aku satu meter tujuh, dari posisiku cukup sedikit menundukkan kepala, langsung terlihat tahi lalat di belakang telinganya.

Rambutnya terikat di belakang, bagian telinga dan leher terpapar di luar, jadi tahi lalat dapat terlihat dengan mudah.

Pada saat itu aku langsung tertegun.

Begitu kebetulan, belakang telinganya juga ada tahi lalat.

“Kamu kembali ke sini, dengarkan perkataanku.”

Ibu Aisha menarikku kembali.

Dia kembali duduk di sofa, dan mengomel padaku: “kamu anak ini, benar-benar tidak tahu peraturan, bagaimanapun aku juga lebih tua darimu kan? Menghormati orang tua dan menyayangi yang muda, apakah kamu tidak mengerti? Ketika orang tua berbicara, apakah anak muda boleh sembarang pergi? Bagaimanapun kamu harus mendengar habis perkataanku?

Aisha dia hanya berusia sembilan belas tahun, kamu sudah penuh tiga puluh tahun kan? Aisha lebih mudah begitu banyak tahun daripadamu, kamu seharusnya menganggapnya sebagai adik, harus lebih bertoleransi padanya, dan harus lebih memberi perhatian padanya, kenapa kamu malah merebut pacarnya, dan membuat laporan kecil pada ayahnya? Berbuat hal seperti ini terlalu salah......”

Ibu Aisha tidak berhenti mengomel, aku benar-benar tidak tahu bos kami yang terhitung bijak itu bagaimana menahan wanita ini, sudah hampir seperti Pendeta Tong dalam kisah cerita Perjalanan ke Barat.

********(Perjalanan Ke Barat adalah Kera Sakti, Pendeta Tong adalah Guru Sun Gokong Dewa Kera)*********

Aisha di sebelahnya, berdiri dengan dua lengan memeluk dadanya, mengangkat sudut bibir tersenyum, Ibunya begitu mengomeliku, dia sama sekali tidak merasa ada yang salah, malah sangat bangga.

Aku mendengar hingga telingaku terasa gatal, benar-benar ingin meminta Tuhan cepat-cepat mengantar wanita ini pergi. Untungnya, atasanku datang menyelamatkanku.

“Maaf Nyonya, ada seorang tamu ingin menemui Pengacara Lin.”

Ibu Aisha barulah berhenti, melambaikan tangannya padaku, “Pergilah kamu, lain kali lebih memperhatikannya.”

Aku ingin pingsan, yang tidak perhatian sebenarnya adalah putrinya, sekarang malah menjadi aku.

Keluar dari ruangan VIP, aku menghela nafas kuat-kuat, perasaan kalau masih tetap berada di dalam ruangan itu, aku bisa-bisa langsung gila di tempat.

Atasan menggelengkan kepalanya, juga merasa tak berdaya, mengulurkan tangannya menepuk bahuku, “Lin Xiao, maaf menyusahkanmu.”

Apa yang bisa kukatakan? Aku hanya bisa mengaku sial.

Kembali ke kantor, setelah menenangkan diri, aku tiba-tiba teringat tahi lalat di belakang telinga Ibu Aisha, pertama kali aku melihat wanita ini, aku memiliki perasaan familiar, sekarang baru teringat bahwa dirinya lumayan mirip dengan Yang Zilan.