Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 67 Menyerang Membabi Buta
Bab 67 Menyerang Membabi Buta
Kemudian dia melepaskan tangannya yang menggandeng tanganku, dia berjalan beberapa langkah, suaranya terdengar cemas, “Jangan nangis, ayah segera pulang, Sisi, ayo jangan nangis lagi.”
Mo Ziqian membalikkan badannya, melihat pandanganku yang mendalam dan kesal, Tatapan Mo Ziqian menjadi sedikit tertegun, “Sisi terluka, aku ingin segera pulang, kamu juga pulanglah, malam ini tidur di luar saja, jangan memasuki rumah.”
Setelah selesai berkata, Mo Ziqian langsung pergi.
Aku melihat dia masuk ke dalam mobil mewah hitam, hatiku yang tadinya menjadi lembut sejenak karena telah menyelamatkanku dengan tubuhnya sendiri, sekarang kembali membeku.
Meskipun dia bersama Chen Liyan adalah terpaksa, tetapi Sisi adalah keprihatinannya yang tidak dapat diputuskan, dan aku, sebagai apa diriku?
Dan anakku yang malang itu, apakah dia terluka karena gempa bumi? Pikiran ayahnya hanyalah gadis itu.
Pikiranku bingung, tetapi tidak lupa menelepon Jiayu, untungnya dari sana tidak terjadi apa-apa, ketika terjadi gempa bumi, Jiayu berada di dalam taksi, dan sekarang dia sudah masuk ke dalam komplek, tetapi belum berani masuk kerumah, hanya berdiri melihat di luar bersama orang-orang komplek.
Untungnya sekarang masih ada bus, aku terburu-buru kembali ke apartemen.
Ketika tiba di komplek, aku melihat bahwa tanah kosong di komplek penuh dengan orang yang berdiri disana. Ketika aku menemukan Jiayu, dia juga sedang menatap ke arahku, Ketika dia melihat aku datang, langsung menyambutku dengan senyuman, Kami semua dengan aman melewati gempa dan tidak ada yang terluka, Ini adalah hal yang sungguh bahagia.
Kami berpelukan, aku berkata: “aduh, kuenya hangus lagi.”
Jiayu berpura-pura sedih, “Oh Tuhan, aku hanya ingin makan sebuah kue, perlukah kamu seperti gitu mempersulitkan diriku?”
Sudah tengah malam, orang-orang masih belum berani masuk kerumah, aku dan Jiayu memberanikan diri naik keatas untuk mengambil selimut dan air, kemudian turun berada di ruangan terbuka komplek dan tidur seperti pemilik rumah lainnya.
Pada hari berikutnya, semua orang yang pergi bekerja terlihat buruk tetapi untungnya lumayan bersemangat.
Tiba waktu pulang kerja, Wen Yiru kembali pulang dari Kanada, dia disana terdengar berita tentang gempa bumi di China, dia segera menaiki pesawat yang paling awal kembali pulang.
Melihat semua orang aman dan sehat, Wen Yiru merasa lega. “Dalam beberapa hari ini, setiap orang harus melepaskan pekerjaan, meluangkan waktu untuk beristirahat, menangani masalah di rumah, barulah kemudian datang bekerja.”
Setelah gempa bumi, banyak rumah orang yang memiliki tingkat kerusakan yang berbeda-beda. Wen Yiru sangat manusiawi membiarkan setiap orang untuk menangani hal-hal di rumah terlebih dahulu, ini membuat setiap orang merasa kagum padanya.
Kemudian, Wen Yiru berjalan ke arahku. Matanya yang tenang dipenuhi senyuman, “Bagaimana dengan pembelajaranmu?”
“Lumayan baik.”
Aku menjawab.
Wen Yiru berkata: “Ayo, semangat.”
“Ya.”
Tidak harus pergi bekerja, aku pergi ke kantor polisi pada hari berikutnya, meskipun gempa tidak menimbulkan korban jiwa, tetapi aku masih khawatir pada anakku.
Tiba di kantor polisi, membawa lukisan putraku yang kulukis, meminta staf untuk membantuku mencari anak laki-laki ini yang bernama Xu Qiangqiang.
Aku sudah mengingat nama ini ketika aku membayar biaya perawatan untuk putraku kemarin.
Namun, setelah staf memasukkan kata "Xu Qiangqiang" di komputer, mereka dengan cepat memberitahuku bahwa ada puluhan Xu Qiangqiang di dalam kota, tetapi tidak mendapatkan Xu Qiangqiang yang kucari.
Aku langsung tertegun.
Apakah ibu angkat memberitahuku nama yang palsu? Atau Qiangqiang sama sekali belum di daftarkan?
Aku meninggalkan kantor polisi dengan penuh keraguan dan kekhawatiran, dan naik bus antar-jemput ke pinggiran barat. Aku akan mencoba keberuntunganku. Mana tahu Tuhan mengasihani aku, dan membiarkanku menemukan anakku?
Namun, aku telah bertanya di semua desa yang bisa ku jangkau di pinggiran barat, dan masih belum ada kabar tentang putraku.
Aku dengan penuh kesedihan berjalan perlahan di sepanjang jalan di pinggiran kota. Aku dipenuhi perasaan yang rumit. Tuhan pasti sedang menghukumku, menghukum diriku tidak seharusnya memberikan anakku kepada yang lain.
Tanpa sadar, aku tiba di sebuah tanah kosong, di sini tidak ada rumah, rumput tumbuh di mana-mana, dan di tengah rumput liar terlihat satu per satu kuburan.
Aku secara tidak sengaja masuk ke dalam kuburan, dan tiba-tiba seluruh tubuhku merasakan suatu kedinginan, dan suatu perasaan yang menyeramkan.
Tetapi di kuburan ini, aku terlihat sosok seseorang yang kukenal. Dia mengenakan pakaian berwarna putih, seperti orang yang bijak dan berbakti, dia sedang menggunakan tongkat kayu dan menundukkan kepalanya menyentuh pada kertas doa yang terbakar di lantai.
Aku melihatnya dengan jelas, dan memastikan bahwa aku tidak salah melihat, orang ini, dia adalah Chen Bo yaitu Tuan kelima.
Kuburan siapa yang dia datangi?
Tuan kelima yang di dalam ingatanku, bersikap bebas, memiliki wanita cantik, mobil mewah, sombong, bangga, kejam, tetapi aku tidak pernah berpikir, dia juga akan begitu sedih berada di depan kuburan, membungkuk badannya dan membakar kertas doa.
Abu kertas melayang dan berubah menjadi lingkaran di udara, dan Tuan kelima bersujud beberapa kali di depan kuburan itu dan kemudian berjalan menurun ke arah sini.
Aku melihat dia berjalan mendekati.
Dia selalu menundukkan kepalanya, Mata Tuan kelima yang indah bagai batu amber dipenuhi kesedihan yang mendalam, sepertinya baru saja menangis. Tuan kelima melihatku, dia mengerutkan alis tebalnya, dan ekspresinya yang tidak senang, berkata: “Kenapa kamu berada di sini!”
Terlihat dari tatapannya, sepertinya dia mencurigai bahwa aku mengikutinya ke sini.
“Aku tidak mengikutimu, aku hanya dengan tidak sengaja berjalan kesini.”
Tuan kelima menatapku dengan penuh curiga, sepertinya ingin mencari jejak kebohongan dari wajahku. Tetapi mataku memberitahunya bahwa aku tidak berbohong.
“Jadi Apa yang kamu lakukan di sini? Ini adalah kuburan, apakah kamu tidak takut pada hantu?”
Tuan kelima berkata sambil berjalan melewatiku.
Perkataannya membuatku merinding, meskipun sekarang adalah siang hari, tetapi tempat ini adalah kuburan, dan terlihat menyeramkan, aku tidak mungkin tidak takut.
Aku berjalan beberapa langkah, mengikuti langkahnya, aku terasa gugup, “Hey, tunggu aku.”
Tuan kelima memutarkan kepalanya, “Kamu belum memberitahuku, mengapa kamu bisa datang ke sini?”
“Datang mencari orang.”
Terpikir anakku yang tidak memiliki jejak, aku menghela nafas.
“Mencari siapa?”
Tuan kelima tiba-tiba menghentikan langkahnya, menatapku dengan tatapan tajam.
“Mencari putraku.”
Aku menundukkan kepala, suatu perasaan sedih membangkit di hatiku.
“hahaha.......”
Tuan kelima tertawa, setelah itu dia memiringkan kepalanya melihatku, “Kamu memiliki putra?”
Aku: “Ada, tetapi aku kehilangan dirinya. Aku tahu bahwa dia mungkin berada di area ini, jadi aku datang mencarinya, tetapi tidak menemukan apa-apa.”
“Punya Mo Ziqian?”
Aku diam, tetapi ini sudah cukup, Tuan kelima mengalihkan tatapannya, terus berjalan menuju ke arah depan, “Benar-benar tidak kusangka.”
Aku mempercepat langkahku, mengejarnya, “Tuan kelima!”
Aku berdiri di depannya, “Bisakah kamu menyimpan rahasia ini untukku? Aku tidak ingin diketahui oleh Mo Ziqian dan keluarganya. Bahwa aku melahirkan putranya.”
Tuan kelima menyipitkan matanya, “Imbalannya?”
Aku........
Aku sedikit marah saat ini, orang ini malah mengancamku.
Tuan kelima melihat tatapanku yang bersinar tidak menjawab, dia langsung terus melangkah ke depan, “Mo Ziqian memiliki seorang putra, ini adalah berita yang lumayan seru, ini kalau disebarkan ke internet.........”
“Jangan!”
Aku bisa membayangkan akibat berita ini tersebar, aku tidak hanya tidak ingin diketahui Mo Ziqian tentang anak itu, aku bahkan harus mewaspadai Chen Liyan dan Hu Yeming menyakiti anak itu, aku ingin melindungi keselamatan anakku.
“Aku bisa menjanjikan apapun padamu, selama kamu tidak mengatakannya!”
Tuan kelima barulah mengangkat bibirnya, melangkah kearah jalan raya. Masuk ke dalam mobil, aku bertanya: “Kuburan siapa yang kamu datangi tadi?”
Tuan kelima mengendarai mobil sambil menjawab dengan nada dingin: “Ibuku, hari ini adalah hari dia meninggal dunia.”
Aku: ........
Aku memandangi Tuan kelima dengan tatapan heran, pria tampan dan kejam ini, dalam hatinya juga memiliki sudut yang menyembunyikan masa lalu yang tidak diketahui orang lain.
Setelah mobil melaju di jalan raya, aku melihat dari arah berlawanan ada mobil yang datang, ketika kedua mobil berpapasan, aku terdengar mobil itu menekan klakson.
Tetapi Tuan kelima tidak peduli, dia menancap gas, dan terus melaju.
Ketika aku melihat ke belakang, aku hanya terlihat bahwa mobil itu berhenti di tempat di mana tadi Tuan kelima memarkirkan mobilnya, sosok seseorang yang memiliki punggung yang lebar turun dari mobil, dan terlihat seperti Chen Hui.
Mungkin, dia juga datang untuk melayat kuburan ibu Tuan kelima, aku berpikir.
Tuan kelima berwajah dingin di sepanjang jalan, aku tidak tahu apakah karena dia sedih atas kematian ibunya atau sedang memikirkan yang lain. Aku melihat matanya yang indah, kadang-kadang memancarkan cahaya dingin.
Ketika aku menyadari, mobil tidak kembali ke kota, aku langsung panik, “Hey, kemana kamu pergi?”
Tuan kelima tidak mengatakan apa-apa, dua tangannya yang indah, diwarnai dengan kertas abu-abu hitam, menggenggam sterling mobil dengan erat, mobil membelok di jalan di pinggiran kota, seperti bermain melayang, dan aku hampir muntah karena guncangan mobil.
Aku berkata: “Uhh.......”
Perkataan belum sempat kukatakan, aku sudah tidak tahan, sehelai handuk putih tiba-tiba menutup di mulutku, aku memegang handuk itu, dan terus muntah.
Aku tidak tahu, ternyata sudah masuk ke area militer.
Setelah Tuan kelima menekan handuk di mulutku, aku mendengar suara keras, mobil menabrak bagian depan palang, dan kedua tentara yang bertugas mencoba menghentikan mobil. Tuan kelima tidak mempedulikannya, langsung menyerang dengan membabi buta menuju ke arah depan sebuah bangunan kecil.
Aku melihat prajurit yang melewati, satu per satu berekspresi yang mengerikan.
Mobil Tuan kelima yang melayang berhenti di depan gedung bata merah. Aku terkejut dan melihat keluar. Aku terpikir bahwa aku pernah datang ke gedung kecil ini. Ini adalah tempat di mana ayah Tuan kelima tinggal.
Tuan kelima tidak mempedulikan aku yang masih berada di dalam mobil, berjalan masuk ke dalam rumah.
Melihat situasi Tuan kelima, aku khawatir akan ada pertempuran sengit hari ini. Aku tidak tahu mengapa, aku mulai khawatir pada Tuan kelima, ayah dan ibunya bukan orang yang dapat disinggung. Ayahnya tidak terlalu sayang pada putranya, dan ibu tirinya, Xu Jingya, mungkin dia paling senang kalau melihat ayah dan putranya bertengkar.
Aku membuka pintu mobil, dan mengejar masuk ke dalam gedung.
Beberapa orang di dalam gedung kecil itu sedang berlatih piano, dan suara piano berselang, dengan nadanya yang berantakan. Tapi setelah ledakan keras, suara piano berakhir tiba-tiba, dan kemudian terdengar suara tangisan.
“Tuan kelima!”
Ketika aku mengejar ke gedung kecil itu, meja antik jatuh ke lantai, dan Tuan kelima sedang mengangkat vas porselen besar dan melemparkannya ke lantai.
Seorang gadis berusia sekitar sepuluh tahun mengenakan gaun putih merangkul pinggang Xu Jingya dan sedang menangis dengan keras, “Bu, kakak ingin membunuh orang!”
Xu Jingya mengenakan cheongsam biru, terkejut dan takut, wajahnya pucat, tangannya memeluk erat putrinya, dan memelototi pada pria yang marah. Di sebelahnya, berdiri seorang gadis sepertinya seorang guru piano, seluruh tubuh gadis itu sedang bergetar.
Novel Terkait
Loving Handsome
Glen ValoraMy Lifetime
DevinaHabis Cerai Nikah Lagi
GibranTen Years
VivianCinta Yang Berpaling
NajokurataHidden Son-in-Law
Andy LeeCintaku Yang Dipenuhi Dendam×
- Bab 1 Dua Keluarga
- Bab 2 Kelembutan Terakhir
- Bab 3 Masuk Penjara
- Bab 4 Tingkah Pelacur
- Bab 5 Memberikan Anaknya Kepada Yang Lain
- Bab 6 Seseorang Yang Kaya Dan Misterius
- Bab 7 Tak Terduga
- Bab 8 Begitu Membencimu
- Bab 9 Di Peternakan Kuda
- Bab 10 Campur Tangan Tuan Kelima
- Bab 11 Main Ganda
- Bab 12 Cinta Satu-Satunya
- Bab 13 Anakku
- Bab 14 Belajar Menyenangkanku
- Bab 15 Peran Yang Memalukan
- Bab 16 Penyesalan
- Bab 17 Penuh Keraguan
- Bab 18 Terperangkap
- Bab 19 Penuh dengan Akal Buruk
- Bab 20 Pasangan Serasi
- Bab 21 Memiliki Kesempatan
- Bab 22 Konferensi Pers
- Bab 23 Sangat Memalukan
- Bab 24 Tidak Ada Seorang Pun
- Bab 25 Ciuman Di Luar Kendali
- Bab 26 Membahayakan Dirinya Sendiri
- Bab 27 Paling Menyesal Pernah Mencintaimu
- Bab 28 Suatu Ancaman
- Bab 29 Orang-Orang Malang
- Bab 30 Antara Cinta Dan Benci
- Bab 31 Pembalasan Li Li
- Bab 32 Keterlaluan Bodohnya
- Bab 33 Bersedia Cuci Tangan dan Membuat Sup
- Bab 34 Gangguan Kepribadian
- Bab 35 Dia Mengidap Penyakit Kotor
- Bab 36 Kamu Hanya Bisa Menjadi Milikku
- Bab 37 Orang-Orang Munafik
- Bab 38 Skandal dan Gosip Melanda
- Bab 39 Dikurung
- Bab 40 Proposal Lamaran
- Bab 41 Sifat Tuan Muda
- Bab 42 Memanggil Wartawan
- Bab 43 Tidak Memahami
- Bab 44 Penyergapan Dimana-mana
- Bab 45 Ayah dan Putra yang Berpapasan
- Bab 46 Insting Ibu Dan Anak
- Bab 47 Permainan Mengerikan
- Bab 48 Godaan
- Bab 49 Keracunan Alkohol
- Bab 50 Dirimu Yang Kejam
- Bab 51 Seekor Rubah
- Bab 52 Marah Setengah Mati
- Bab 53 Sudah Di Jalur Yang Benar
- Bab 54 Dikacaukan Dua Kali
- Bab 55 Pria-Pria Brengsek
- Bab 56 Pemesan Kue Misterius
- Bab 57 Identitas Hu Yeming, Pimpinan Kejahatan
- Bab 58 Pandangan Cinta
- Bab 59 Balasan Jahat Untuk Orang Jahat
- Bab 60 Muntah
- Bab 61 Kekasih Lain
- Bab 62 Bantuan
- Bab 63 Bersama Di Mobil Mogok
- Bab 64 Waktu Itu Sangat Indah
- Bab 65 Menjijikan
- Bab 66 Gempa Bumi
- Bab 67 Menyerang Membabi Buta
- Bab 68 Golongan Darah Panda
- Bab 69 Dia Adalah Putramu !
- Bab 70 Ganti Rumah Sakit
- Bab 71 Siapa Yang Berbohong
- Bab 72 Kejutan
- Bab 73 Mengakui Pencuri Sebagai Ibunya
- Bab 74 Kembali Ke Tempat Semula
- Bab 75 Sudah Pergi
- Bab 76 Kesedihan Di Hati
- Bab 77 Ayah Angkat
- Bab 78 Membersihkan Pistol Keluar Api
- Bab 79 Gelang
- Bab 80 Merendahkan
- Bab 81 Membawa Pergi
- Bab 82 Seperti Seorang Kakak
- Bab 83 Kacau Balau
- Bab 84 Bersembunyi di Ruang Rahasia
- Bab 85 Istri Teman
- Bab 86 Kebakaran Besar
- Bab 87 Menyangkal
- Bab 88 Sinis
- Bab 89 Sedikit Trik
- Bab 90 Membayar Dengan Tubuh
- Bab 91 Seperti Mimpi
- Bab 92 Wanita Cantik Yang Kehilangan Kaki
- Bab 93 Potong Perutnya
- Bab 94 Chen Liyan Ditampar
- Bab 95 Pesta Topeng
- Bab 96 Langit Malam
- Bab 97 Pergi Jauh
- Bab 98 Menangkap Basah
- Bab 99 Aku Akan Tanggung Untukmu
- Bab 100 Rela Diselingkuhi
- Bab 101 Selalu Mencintainya
- Bab 102 Itu Dia
- Bab 103 Menjaganya
- Bab 104 Kejam
- Bab 105 Manusia Yang Tidak Memiliki Hati Nurani
- Bab 106 Membantu Dia Mengugurkan Anaknya
- Bab 107 Dia Menyukaimu
- Bab 108 Memaksa
- Bab 109 Tidak Masuk Akal
- Bab 110 Siapa Itu
- Bab 111 Hukuman Yang Mesra
- Bab 112 Malu Dan Marah
- Bab 113 Menyukai Orang Yang Memasak Mie
- Bab 114 Menikmati
- Bab 115 Aneh
- Bab 116 Kesedihan Hati di Kanada (1)
- Bab 116 Kesedihan Di Kanada (2)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (1)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (2)
- Bab 118 Masuk Perangkap (1)
- Bab 118 Masuk Perangkap (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (1)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (3)
- Bab 120 Jebakan (1)
- Bab 120 Jebakan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (1)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (3)
- Bab 122 Koma (1)
- Bab 122 Koma (2)
- Bab 123 Melepaskan (1)
- Bab 123 Melepaskan (2)
- Bab 123 Melepaskan (3)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (1)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (2)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (1)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (2)
- Bab 126 Sulit Dipercaya
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (1)
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (2)
- Bab 128 Relaks (1)
- Bab 128 Relaks (2)
- Bab 128 Relaks (3)
- Bab 129 Dirampok (1)
- Bab 129 Dirampok (2)
- Bab 129 Dirampok (3)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (1)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (2)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (1)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (2)
- Bab 132 Perangkap (1)
- Bab 132 Perangkap (2)
- Bab 133 Meninggikan (1)
- Bab 133 Meninggikan (2)
- Bab 134 Mempermalukan (1)
- Bab 134 Mempermalukan (2)
- Bab 135 Wanita Murahan (1)
- Bab 135 Wanita Murahan (2)
- Bab 136 Cadangan (1)
- Bab 136 Cadangan (2)
- Bab 137 Konflik (1)
- Bab 137 Konflik (2)
- Bab 138 Dinyatakan (1)
- Bab 138 Dinyatakan (2)
- Bab 139 Perubahan (1)
- Bab 139 Perubahan (2)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (1)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (2)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (1)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (2)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (1)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (2)
- Bab 143 Mengkhianati (1)
- Bab 143 Mengkhianati (2)
- Bab 144 Anak Siapa (1)
- Bab 144 Anak Siapa (2)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (1)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (2)
- Bab 146 Perencanaan (1)
- Bab 146 Perencanaan (2)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (1)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (2)
- Bab 148 Bajingan (1)
- Bab 148 Bajingan (2)
- Bab 149 Apakah Kamu Merasa Puas? (1)
- Bab 149 Apa Kamu Merasa Puas ? (2)
- Bab 150 Gila (1)
- Bab 150 Gila (2)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (1)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (2)
- Bab 153 Menyogok (1)
- Bab 152 Menyogok (2)
- Bab 153 Identitas (1)
- Bab 153 Identitas (2)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (1)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 155 Jatuh Cinta (1)
- Bab 155 Jatuh Cinta (2)
- Bab 156 Berciuman (1)
- Bab 156 Berciuman (2)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (1)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (2)
- Bab158 PindahTempat (1)
- Bab 158 Pindah Tempat (2)
- Bab 159 Serba Salah (1)
- Bab 159 Serba Salah (2)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (1)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (2)
- Bab 161 Bodoh Sekali (1)
- Bab 161 Bodoh Sekali (2)
- Bab 162 Tidak Tega (1)
- Bab 162 Tidak Tega (2)
- Bab 163 Jantung Berdebar (1)
- Bab 163 Jantung Berdebar (2)
- Bab 164 Pengkhianatan (1)
- Bab 164 Pengkhianatan (2)
- Bab 165 Wajah Memerah (1)
- Bab 165 Wajah Memerah (2)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (1)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (2)
- Bab 167 Pacar (1)
- Bab 167 Pacar (2)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 169 Mengusir (1)
- Bab 169 Mengusir (2)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (2)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (1)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (2)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (1)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (2)
- Bab 174 Sepupu (1)
- Bab 174 Sepupu (2)
- Bab 175 Mata-mata (1)
- Bab 175 Mata-Mata (2)
- Bab 176 Memeluk (1)
- Bab 176 Memeluk (2)
- Bab 177 Hantu Di Pemakaman
- Bab 177 Ketakutan Hantu Di Pemakaman
- Bab 178 Memihak Kesalahan (1)
- Bab 178 Memihak Kesalahan (2)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (1)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (2)
- Bab 180 Istri (1)
- Bab 180 Istri (2)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (1)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (2)
- Bab 182 Hati Dingin (1)
- Bab 182 Hati Dingin (2)
- Bab 183 Masuk Perangkap (1)
- Bab 183 Masuk Perangkap (2)
- Bab 184 Wanita Bodoh (1)
- Bab 184 Wanita Bodoh (2)
- Bab 185 Rela (1)
- BAB 185 Rela (2)
- Bab 186 Sembahyang (1)
- Bab 186 Sembahyang (2)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (1)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (2)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (1)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (2)
- Bab 189 Pukul (1)
- Bab 189 Pukul (2)
- bab 190 Bersikap Imut (1)
- bab 190 Bersikap Imut (2)
- Bab 191 Tipuan (1)
- bab 191 Tipuan (2)
- Bab 192 Pesta (1)
- Bab 192 Pesta (2)
- Bab 193 Muntah Darah (1)
- Bab 193 Muntah Darah (2)
- Bab 194 Pacar Baru (1)
- Bab 194 Pacar Baru (2)
- Bab 195 Panggil Mama (1)
- Bab 195 Panggil Mama (2)
- Bab 196 Tidur Bersama (1)
- Bab 196 Tidur Bersama (2)
- Bab 197 Panda (1)
- Bab 197 Panda (2)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (1)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (2)
- Bab 199 Menyalahkan (1)
- Bab 199 Menyalahkan (2)
- Bab 200 Penuaan Dini (1)
- Bab 200 Penuaan Dini (2)
- Bab 201 Suka atau Tidak Suka (1)
- Bab 201 Sama Tidak Sama
- Bab 202 Ganti Pasangan (1)
- Bab 202 Ganti Pasangan (2)
- Bab 203 Bodoh (1)
- Bab 203 Bodoh (2)
- Bab 204 Pelajaran (1)
- Bab 204 Pelajaran (2)
- Bab 205 Peduli (1)
- Bab 205 Peduli (2)
- Bab 206 Pertunangan (1)
- Bab 206 Pertunangan (2)
- Bab 207 Tuduhan (1)
- Bab 207 Tuduhan (2)
- Bab 208 Identitas (1)
- Bab 208 Identitas (2)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (1)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (2)
- Bab 210 Mimpi (1)
- Bab 210 Mimpi (2)
- Bab 211 Merindukanmu (1)
- Bab 211 Merindukanmu (2)
- Bab 212 Jarum Berdarah (1)
- Bab 212 Jarum Berdarah (2)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiri (1)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiiri (2)
- Bab 214 Tembakan (1)
- Bab 214 Tembakan (2)
- Bab 215 Keguguran (1)
- Bab 215 Keguguran (2)
- Bab 216 Harta Warisan (1)
- Bab 216 Harta Warisan (2)
- Bab 217 Perjalanan Bisnis (1)
- Bab 217 Perjalanan (2)
- Bab 218 Anak Kandung (1)
- Bab 218 Anak Kandung (2)
- Bab 219 Ayah (1)
- Bab 219 Ayah (2)
- Bab 220 Kejam (1)
- Bab 220 Kejam (2)
- Bab 221 Mandul (1)
- Bab 221 Mandul (2)
- Bab 222 Egois (1)
- Bab 222 Egois (2)
- Bab 232 Memberikan Pelukan (1)
- bab 232 Memberikan Pelukan (2)
- Bab 224 Menikah Denganmu (1)
- Bab 224 Menikah Denganmu (2)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (1)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (2)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (1)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (2)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (3)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (4)
- Bab 228 Garis Merah (1)
- Bab 228 Garis Merah (2)
- Bab 229 Dalam Masalah (1)
- Bab 229 Dalam Masalah (2)
- Bab 230 Muntah (1)
- Bab 230 Mual (2)
- Bab 231 Berbahaya (1)
- Bab 231 Berbahaya (2)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (1)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (2)
- Bab 233 Kecurigaan (1)
- Bab 233 Kecurigaan (2)
- Bab 234 Bantuan (1)
- Bab 234 Bantuan (2)
- Bab 235 Marah
- Bab 236 Dibebaskan (1)
- Bab 236 Dibebaskan (2)
- Bab 237 Pernikahan (1)
- Bab 237 Pernikahan (2)
- Bab 238 Munafik (1)
- Bab 238 Munafik (2)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (1)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (2)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (1)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (2)
- Bab 241 Gangguan (1)
- Bab 241 Gangguan (2)
- Bab 242 HIV (1)
- Bab 242 HIV(2)
- Bab 243 Pendarahan Otak (1)
- Bab 243 Pendarahan Otak (2)
- Bab 244 Tamparan (1)
- Bab 244 Tamparan (2)
- Bab 245 Keracunan Makanan (1)
- Bab 245 Keracunan Makanan (2)
- Bab 246 Selingkuh (1)
- Bab 246 Selingkuh (2)
- Bab 247 Vasektomi (1)
- Bab 247 Vasektomi (2)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (1)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (2)
- Bab 249 Canggung
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (1)
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (2)
- Bab 251 (Episode Terakhir) Kekerasan Tuan Muda
- Bab 252(Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (1)
- Bab 252 (Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (2)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (1)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (2)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (3)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (4)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (1)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (2)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (3)