Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 243 Pendarahan Otak (1)

Komentar dikolom komentar lebih ramah lagi :

“Tuan muda kaya itu entah sudah meniduri berapa banyak wanita, penyakit seperti ini merupakan hal yang cepat atau lembat terjadi.”

“Gosipnya wanita di Malaysia itu punya penyakit kelamin, mungkin Tuan muda itu terjangkit ketika melakukannya waktu itu.”

“Menyeramkan sekali, Tuan muda mengidap penyakit kelamin, bukankah istri dan anaknya juga gawat jadinya?”

“Sukurin, tidak tahu apa Tuan muda orangnya seperti apa, masih juga mau menikah dengan pria seperti itu, bisa terjangkit penyakit kelamin merupakan masalah cepat atau lambat.”

……

Berbagai rangkaian kata-kata kasar dan kejam, membuat emosi memuncak sampai ke ubun, kepalaku seketika pusing, aku masih terduduk di ranjang, kalau tidak mungkin aku akan terjatuh.

“Kak!”

Aisha langsung menerobos masuk.

“Kak, apakah kamu sudah melihat berita di internet? Benarkah itu kakak ipar?”

Mata Aisha yang bening terlihat panik juga khawatir.

Aku menggeleng, sekujur tubuhku tidak bertenaga, lalu tumbang diatas ranjang.

Aisha berteriak, “Kak!”

“Aku tidak apa-apa, biarkan aku tenang sebentar.”

Aku melambaikan tangan pada Aisha untuk memintanya keluar.

Aisha terlihat begitu khawatir, seperti ingin mengatakan sesuatu, namun ketika membuka mulut, seperti tidak tahu mau mengatakan apa, akhirnya memilih untuk pergi.

Aku tumbang di ranjang, sekujur tubuh tidak bertenaga, kepalaku terasa kosong, lalu tertidur.

Dalam mimpi, penyakit HIV Tuan muda mulai terlihat jelas, terlihat begitu menakutkan, dan anak didalam perutku juga diduga terjangkit HIV, aku bangun dengan sekujur tubuh dipenuhi keringat dingin, aku merasakan lenganku dicengkram seseorang.

Itu adalah Tuan muda.

Lampu di kamar sudah remang, ternyata sudah mulai malam.

Tuan muda duduk disamping ranjang, alisnya yang tebal terlihat penuh rasa khawatir.

Aku menatapya dengan tatapan heran, mungkin tatapanku sudah mengkhianati suasana hatiku, Tuan muda berkata dengan lembut : “Tenang saja, aku tidak terjangkit HIV.”

Dia menyodorkan selembar hasil lab untukku, “Ini adalah hasil labku.”

Aku melihat kearah kertas yang berada ditangannya, dan memang diatasnya muncul hasil negatif.

“Wanita itu merupakan pengidap HIV, aku sudah mengetahuinya ketika aku berada dipenjara. Malam itu, aku sama sekali tidak sadar, namun aku bisa tahu dan yakin dengan pasti aku tidak melakukan hal itu dengannya, namun aku memang sempat menyentuh tubuhnya, aku takut aku terinfeksi penyakit kotor semacam itu, aku merasa khawatir juga takut, aku tidak ingin mencelakaimu, lalu aku memanfaatkan kekuasaan Kak Jie, takut kamu tidak memiliki tempat untuk berlindung, bertemu bahaya, jadi aku bersikap dingin padamu, mengatakan berbagai macam ucapan yang tidak enak didengar, tujuannya untuk membuatmu pergi dari sini, namun kamu tidak mau menyerah.”

“Pemeriksaan ini aku lakukan ketika baru kembali, namun aku tidak sempat pergi mengambil hasilnya, aku takut jika ternyata hasilnya mengecewakan, aku takut benar-benar terjangkit penyakit itu, aku tidak akan sanggup menerimanya dan menghadapimu, jadi terus menunda untuk mengambil hasil. Maafkan hatiku yang lemah ini.”

Tatapan Tuan muda begitu dalam.

Hatiku seketika menjadi tenang, aku membuka kedua tangan dan memeluknya, “Kamu sungguh bodoh, jika kamu memberitahukanku lebih awal, maka tidak akan ada hal seperti.”

“Terima kasih karena kamu tidak meninggalkanku.”

Ia memelukku kembali.

Setelah beberapa saat, kami dikagetkan oleh suara perut yang meminta diisi.

Tuan muda terkejut : “Kamu masih belum makan malam?”

Aku merasa sedikit malu : “Iya ya, aku sudah lapar.”

Tuan muda menyalakan lampu kamar, “Aku bawakan untukmu.”

“Ei, tunggu dulu!”

Ketika lampu kamar menyala, aku melihat lebam disudut matanya, “Kenapa matamu?”

Tuan kelima merasa canggung, “Itu, kakakmu yang memukulnya.”

Aku : ……….

Tidak perlu dipikirkan aku juga bisa menebak kenapa Lan Ke memukulnya.

“Sakit tidak? Aku bantu kamu pakai obat dulu.”

Tuan muda menggeleng, matanya yang indah terlihat tersenyum tipis, “Tidak sakit, pertama kalinya dipukul dengan senang hati.”

Dia tidak lupa menertawakan diri sendiri.

Senyum muncul dibibirku, “Sana cepat ambilkan makanan, jangan membuat anakmu kelaparan.”

“Segera.”

Tuan muda segera pergi.

Tapi dia pergi begitu lama tidak kembali, aku merasa penasaran, lalu turun melihat. Di tengah ruang tamu yang begitu besar, ia berdiri seorang diri disana, tangan kirinya memegang ponsel, ia terbengong seolah kehilangan logikanya.

“Ada apa?”

Rasa khawatirku seketika muncul.

Tuan muda berbalik dengan perlahan, dan tatapannya penuh dengan rasa kaget, “Pak tua pendarahan otak, sekarang dibawa ke rumah sakit untuk penanganan gawat darurat.”

Aku terkejut, biasanya mertuaku itu orang yang begitu kuat, ketika ia mengangkat tongkatnya untuk memberi pelajaran pada Tuan kelima, seperti baru kemarin terjadi, kenapa bisa tiba-tiba pendarahan otak?

“Sekarang bagaimana? Kita segera kesana saja.”

Meskipun pak tua itu tidak pantas menjadi seorang ayah bagi Tuan kelima, namun bagaimanapun ia tetap ayahnya.

Tuan kelima menjawab singkat, “Aku pergi keluarkan mobil, kamu hati-hatilah.”

Tuan kelima keluar dengan terburu-buru, aku meminta Bibi Li mengambilkan jaket lalu ikut menyusul keluar.

Perasaan Tuan kelima begitu berat sepanjang jalan, tangannya menggenggam erat stir mobil, bibirnya mengetat begitu rapat. Ketika kami tiba di rumah sakit, didepan pintu ruang gawat darurat sudah dikelilingi banyak orang.

Ada Xu Jingya, bodyguard si Pak tua, bawahannya, Chen Hui juga Jiayu.

Aku dan Tuan kelima datang dengan terburu-buru, begitu Xu Jingya melihat Tuan kelima, berkata dengan sangat kesal : “Semua karena kamu, tidak tahu memperbaiki diri, nama baik hancur, masih mencelakai ayahmu!”

Chen Hui menenangkan : “Bibi Xu, tenanglah sedikit.

Dia berjalan menghampiri, menarik Tuan kelima kesamping dengan ekspresi begitu serius, “Entah dari mana pak tua melihat berita itu, karena terlalu marah sehingga menyebabkan pendarahan diotak, sebenarnya apa yang terjadi, benarkah orang itu kamu?”

Tuan muda mengkerutkan alis, wajah tampannya terlihat begitu dingin, “Jika aku bilang aku tidak sakit apakah kamu akan percaya?”

Chen Hui langsung membisu.

Novel Terkait

Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu