Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 32 Keterlaluan Bodohnya
Segera, aku sudah mengendarai mobil masuk ke Distrik Blue Bay. Tuan Kelima mengatakan lokasi yang dituju. Aku mencarinya sepanjang jalan. Akhirnya, aku tiba di depan gedung dengan sekitar tiga puluhan lantai. Tuan Kelima sendiri yang membuka pintu dan keluar dari mobil. Aku parkir di tempat parkir kosong dan mengikuti Tuan Kelima. Tuan Kelima terluka karena aku. Aku memiliki kewajiban untuk merawatnya.
Tuan Kelima langsung menuju ke lantai tiga puluh dua, dan kemudian membuka pintu dan memasuki ruangan. Aku merasakan desahan di hatiku. Bukankah hidup di rumah setinggi ini, sama saja hidup di atas awan?
Ketika memasuki rumah, aku menyadari bahwa rumah itu sangat besar dan berdampingan. Ruang tamu di lantai bawah cukup besar untuk ukuran apartemen aku dan Jiayu. Tidak ada jejak wanita di rumah, hanya dekorasi mewah dan furniture kebutuhan sehari-hari yang sederhana.
"Apakah ada kotak obat?"
Aku mencari-cari sambil bertanya.
Tuan Kelima duduk di sofa, lengannya bertumpu pada lutut, wajahnya tenang dan walau dia terluka parah ,tapi dia kembali kerumah dengan dingin seolah-olah dia tidak bisa merasakan sakitnya. "Jangan repot-repot, tidak ada apa-apa di sini."
Aku terkejut dan menatap Tuan Kelima dengan pandangan kaget. Apakah pria ini terbuat dari besi? Jelas menderita luka serius seperti itu, tidak mau pergi ke rumah sakit, masih mending,malah kotak obat saja tidak tersedia disini.
"Aku akan membelinya!"
Aku segera berbalik dan keluar.
Di belakangnya terdengar suara Tuan Kelima, "Jangan kembali lagi kalau kamu pergi!"
Tubuh aku sempat terpaku di tempat sesaat. Kesan aku terhadap Tuan Kelima memang tahu kalau emosinya tidak stabil, terkenal kejam dan sadis dalam bertindak. Tapi tidak menyangka dia juga begitu kejam pada dirinya sendiri.
Aku menatapnya sejenak, tidak mengatakan apa-apa, dan langsung keluar.
Tentu saja, ketika aku pergi, tanpa menutup pintu, pintu yang terlihat dengan securiti sistem yang canggih dan sangat indah itu aku sengaja biarkan terbuka lebar.
Aku mengendarai mobil Tuan Kelima dengan cepat dan keluar lagi. Aku menemukan klinik pribadi terdekat dengan aplikasi navigasi di telepon seluler sepanjang jalan.
Aku menceritakan tentang cedera Tuan Kelima. Dokter swasta sana memberi aku banyak obat, termasuk untuk menyeka dan yang dimakan. Aku berkonsultasi dengannya tentang proses perawatan luka dengan terperinci, dan kemudian aku pergi lagi dengan tergesa-gesa.
Pintu rumah Tuan Kelima masih terbuka sama seperti ketika aku pergi. Dapat dilihat bahwa lelaki itu tidak benar-benar ingin mengunci aku diluar.
Aku membawa tas berisi obat ke kamar, dan Tuan Kelima melirik aku, wajahnya masih muram seperti tadi tidak berubah.
Aku pergi untuk membersihkan tangan dulu, kemudian mengambil tas obat dan pergi ke sisinya. Aku langsung menarik lengannya yang terluka . Tuan Kelima bergetar dan berkata, "Apa yang kamu lakukan?"
Sepertinya aku akan membunuhnya.
Aku berkata, "Jika kamu terluka seperti ini, kalau tidak mau vaksin rabies,ya sudahlah,masak tidak mau orang lain membantu menangani lukamu. kamu ingin mati?"
"Ayolah, kamu masih sangat muda, kamu memiliki banyak uang, kamu dapat menghabiskan banyak musim semi dan musim lainnya, dan kamu memiliki wajah yang sangat tampan. Akung sekali jika kamu mati seperti itu."
Aku sambil berbicara , aku sambil membantu Tuan Kelima membersihkan luka yang terbuka dan kelihatan darah dan daging sesuai dengan cara yang dikatakan dokter swasta tadi kepada aku. Setiap kali aku membersihkannya, ujung hati aku terasa seperti tertusuk jarum , dan jari-jari aku sedikit gemetar. Bahkan, aku sebenarnya terlalu takut melihat orang lain terluka. Tapi Tuan Kelima terluka untukku, dan dia menolak pergi ke rumah sakit. Kalau aku tidak membantunya dan membersihkan lukanya. Aku takut lukanya akan bernanah dan infeksi.
"Tidak ada rabies."
Tuan Kelima hanya mengatakan kalimat itu, selanjutnya tidak berbicara lagi, dia menundukkan kepalanya, alisnya berkerut, aku tidak tahu sedang berpikir apa, mungkin aku terlalu kuat membersihkan lukanya, aku mendengarnya mendesis, lengannya bergetar.
"Maaf, maaf."
Aku buru-buru meminta maaf.
"Tidak apa-apa, ini jauh lebih ringan daripada gigitan anjing."
Suara ejekan cuek Tuan Kelima terdengar.
Aku mengerutkan kening dan melihat ke atas, dan melihat alis tampan dari Tuan Kelima. Tapi melihat wajahnya sekarang, itu jauh lebih baik daripada tadi.
Setidaknya garis-garis wajah tidak lagi kencang, dan tidak ada keganasan di matanya.
"Ini pertama kali aku membantu seseorang mengatasi lukanya, jika kamu merasa sakit , beri tahu aku. aku akan lebih berhati-hati." Aku berkata dengan lembut.
Tuan Kelima menaikkan sudut bibirnya, masih dengan nada mengejek, "Kelihatan kok,keterlaluan bodohnya."
Aku mencibir, karena demi menyelamatkan hidupku, jadi aku tidak akan membuat perhitungan dengan ejekan pria ini.
Mungkin karena aku kehilangan fokus, aku tidak sengaja membuat Tuan Kelima berteriak lagi, "Aduh!"
Lengannya yang berotot bergetar hebat.
Aku takut sampai berkeringat dingin. "Kenapa?" Oh,Maaf, maaf. Apakah sudah lebih baik?
"Sudah."
Mungkin karena sudah bosan karena kelamaan,dia memalingkan wajahnya. Sepertinya dia terlalu malas untuk memperhatikanku lagi. "Kamu harus membalutnya lebih cepat. Aku seorang pria berteriak dan menjerit begitu. Apa kata orang-orang kalau sampai mendengarnya?”
"Baiklah."
Aku mempercepat gerakanku untuk membantu Tuan Kelima menangani lukanya. Begitu aku mempercepat gerakan, kekuatan aku mungkin tidak bisa terkontrol dengan baik. Tuan Kelima kadang-kadang membuat suara serak rendah, tetapi dia mengerutkan kening, menggertakkan giginya dan menahannya, dan tidak berteriak lagi. Sekitar setengah jam kemudian, aku dengan hati-hati membungkus luka itu dengan kain kasa. Ikatannya diakhiri dengan ikatan berbentuk kupu-kupu.
Tuan Kelima memiringkan wajahnya memandang pada kupu-kupu putih itu, yang sepertinya mengepakkan akupnya, dan bergumam dengan sinis, "Inilah gaya wanita, membalut luka masih juga seperti ini."
Alih-alih memperhatikan keluhannya, aku mengatakan kepadanya dengan cemas, "Aku pikir lebih baik kamu pergi suntik vaksin rabies, kalau-kalau anjingnya sakit?" Itu semua tentang hidupmu. Jika terkena penyakit itu, kamu tahu betapa menyedihkannya kalau sampai mati karena penyakit itu. "
Tuan Kelima menatapku, dan sepertinya ada makna yang tidak diketahui di mata sayu itu, "Bawel."
Tuan Kelima berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Lengan yang terluka terangkat di dadanya, dan kupu-kupu putih berdiri diam di atasnya.
Ketika Tuan Kelima keluar dari kamar mandi, aku sudah berada di dapurnya.
Melihat situasi ini, Tuan Kelima seharusnya belum makan. Jika dia memiliki sesuatu di rumah, aku dapat membantunya memasak makanan.
"Apa yang kamu lakukan disana?"
Tuan Kelima terdengar dari luar.
Aku berkata, "Aku ingin membantu kamu membuat makan malam."
Tuan Kelima mengendus sejenak, dan datang ke dapur. Aku mendengar suaranya datang dari belakang. "Tidak ada apa-apa di rumahku. Jika kamu lapar, pesan online saja."
Aku juga menemukan bahwa dapur ini walau lebih besar dari kamar tidur orang biasa. Sangat bersih dan mewah. Tidak ada jejak dan bekas masakan sama sekali. Hanya ada beberapa bir dalam kulkas. Selain itu, kosong.
Tuan Kelima mengeluarkan bir dari kulkas, mengambilnya dan membuka kalengnya. Terdengar suara minuman itu masuk ke tenggorokannya. Dia bertanya, "Bagaimana kamu bisa sampai di sana?"
"Apa?"
Aku tidak mengerti di mana yang dia maksud.
Ada bayangan di mata Tuan Kelima itu. "Daerah vila itu, tempat keluarga Li tinggal."
"Oh."
Aku tertegun sebentar, dan hati aku perlahan merasa kehilangan sesuatu lagi. Tuan Kelima menatapku dengan agresif, seolah menunggu jawabanku.
"Aku mencari seseorang, dan tidak sadar tahu-tahu sudah berjalan melangkah sampai kesana."
"Siapa yang kamu cari?" Tuan Kelima menatapku, menunggu jawabanku.
"Mencari seseorang yang penting dalam hidupku."
Novel Terkait
Mendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniPRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeMy Cute Wife
DessyWaiting For Love
SnowMy Superhero
JessiYour Ignorance
YayaSiswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiCintaku Yang Dipenuhi Dendam×
- Bab 1 Dua Keluarga
- Bab 2 Kelembutan Terakhir
- Bab 3 Masuk Penjara
- Bab 4 Tingkah Pelacur
- Bab 5 Memberikan Anaknya Kepada Yang Lain
- Bab 6 Seseorang Yang Kaya Dan Misterius
- Bab 7 Tak Terduga
- Bab 8 Begitu Membencimu
- Bab 9 Di Peternakan Kuda
- Bab 10 Campur Tangan Tuan Kelima
- Bab 11 Main Ganda
- Bab 12 Cinta Satu-Satunya
- Bab 13 Anakku
- Bab 14 Belajar Menyenangkanku
- Bab 15 Peran Yang Memalukan
- Bab 16 Penyesalan
- Bab 17 Penuh Keraguan
- Bab 18 Terperangkap
- Bab 19 Penuh dengan Akal Buruk
- Bab 20 Pasangan Serasi
- Bab 21 Memiliki Kesempatan
- Bab 22 Konferensi Pers
- Bab 23 Sangat Memalukan
- Bab 24 Tidak Ada Seorang Pun
- Bab 25 Ciuman Di Luar Kendali
- Bab 26 Membahayakan Dirinya Sendiri
- Bab 27 Paling Menyesal Pernah Mencintaimu
- Bab 28 Suatu Ancaman
- Bab 29 Orang-Orang Malang
- Bab 30 Antara Cinta Dan Benci
- Bab 31 Pembalasan Li Li
- Bab 32 Keterlaluan Bodohnya
- Bab 33 Bersedia Cuci Tangan dan Membuat Sup
- Bab 34 Gangguan Kepribadian
- Bab 35 Dia Mengidap Penyakit Kotor
- Bab 36 Kamu Hanya Bisa Menjadi Milikku
- Bab 37 Orang-Orang Munafik
- Bab 38 Skandal dan Gosip Melanda
- Bab 39 Dikurung
- Bab 40 Proposal Lamaran
- Bab 41 Sifat Tuan Muda
- Bab 42 Memanggil Wartawan
- Bab 43 Tidak Memahami
- Bab 44 Penyergapan Dimana-mana
- Bab 45 Ayah dan Putra yang Berpapasan
- Bab 46 Insting Ibu Dan Anak
- Bab 47 Permainan Mengerikan
- Bab 48 Godaan
- Bab 49 Keracunan Alkohol
- Bab 50 Dirimu Yang Kejam
- Bab 51 Seekor Rubah
- Bab 52 Marah Setengah Mati
- Bab 53 Sudah Di Jalur Yang Benar
- Bab 54 Dikacaukan Dua Kali
- Bab 55 Pria-Pria Brengsek
- Bab 56 Pemesan Kue Misterius
- Bab 57 Identitas Hu Yeming, Pimpinan Kejahatan
- Bab 58 Pandangan Cinta
- Bab 59 Balasan Jahat Untuk Orang Jahat
- Bab 60 Muntah
- Bab 61 Kekasih Lain
- Bab 62 Bantuan
- Bab 63 Bersama Di Mobil Mogok
- Bab 64 Waktu Itu Sangat Indah
- Bab 65 Menjijikan
- Bab 66 Gempa Bumi
- Bab 67 Menyerang Membabi Buta
- Bab 68 Golongan Darah Panda
- Bab 69 Dia Adalah Putramu !
- Bab 70 Ganti Rumah Sakit
- Bab 71 Siapa Yang Berbohong
- Bab 72 Kejutan
- Bab 73 Mengakui Pencuri Sebagai Ibunya
- Bab 74 Kembali Ke Tempat Semula
- Bab 75 Sudah Pergi
- Bab 76 Kesedihan Di Hati
- Bab 77 Ayah Angkat
- Bab 78 Membersihkan Pistol Keluar Api
- Bab 79 Gelang
- Bab 80 Merendahkan
- Bab 81 Membawa Pergi
- Bab 82 Seperti Seorang Kakak
- Bab 83 Kacau Balau
- Bab 84 Bersembunyi di Ruang Rahasia
- Bab 85 Istri Teman
- Bab 86 Kebakaran Besar
- Bab 87 Menyangkal
- Bab 88 Sinis
- Bab 89 Sedikit Trik
- Bab 90 Membayar Dengan Tubuh
- Bab 91 Seperti Mimpi
- Bab 92 Wanita Cantik Yang Kehilangan Kaki
- Bab 93 Potong Perutnya
- Bab 94 Chen Liyan Ditampar
- Bab 95 Pesta Topeng
- Bab 96 Langit Malam
- Bab 97 Pergi Jauh
- Bab 98 Menangkap Basah
- Bab 99 Aku Akan Tanggung Untukmu
- Bab 100 Rela Diselingkuhi
- Bab 101 Selalu Mencintainya
- Bab 102 Itu Dia
- Bab 103 Menjaganya
- Bab 104 Kejam
- Bab 105 Manusia Yang Tidak Memiliki Hati Nurani
- Bab 106 Membantu Dia Mengugurkan Anaknya
- Bab 107 Dia Menyukaimu
- Bab 108 Memaksa
- Bab 109 Tidak Masuk Akal
- Bab 110 Siapa Itu
- Bab 111 Hukuman Yang Mesra
- Bab 112 Malu Dan Marah
- Bab 113 Menyukai Orang Yang Memasak Mie
- Bab 114 Menikmati
- Bab 115 Aneh
- Bab 116 Kesedihan Hati di Kanada (1)
- Bab 116 Kesedihan Di Kanada (2)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (1)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (2)
- Bab 118 Masuk Perangkap (1)
- Bab 118 Masuk Perangkap (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (1)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (3)
- Bab 120 Jebakan (1)
- Bab 120 Jebakan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (1)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (3)
- Bab 122 Koma (1)
- Bab 122 Koma (2)
- Bab 123 Melepaskan (1)
- Bab 123 Melepaskan (2)
- Bab 123 Melepaskan (3)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (1)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (2)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (1)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (2)
- Bab 126 Sulit Dipercaya
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (1)
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (2)
- Bab 128 Relaks (1)
- Bab 128 Relaks (2)
- Bab 128 Relaks (3)
- Bab 129 Dirampok (1)
- Bab 129 Dirampok (2)
- Bab 129 Dirampok (3)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (1)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (2)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (1)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (2)
- Bab 132 Perangkap (1)
- Bab 132 Perangkap (2)
- Bab 133 Meninggikan (1)
- Bab 133 Meninggikan (2)
- Bab 134 Mempermalukan (1)
- Bab 134 Mempermalukan (2)
- Bab 135 Wanita Murahan (1)
- Bab 135 Wanita Murahan (2)
- Bab 136 Cadangan (1)
- Bab 136 Cadangan (2)
- Bab 137 Konflik (1)
- Bab 137 Konflik (2)
- Bab 138 Dinyatakan (1)
- Bab 138 Dinyatakan (2)
- Bab 139 Perubahan (1)
- Bab 139 Perubahan (2)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (1)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (2)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (1)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (2)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (1)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (2)
- Bab 143 Mengkhianati (1)
- Bab 143 Mengkhianati (2)
- Bab 144 Anak Siapa (1)
- Bab 144 Anak Siapa (2)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (1)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (2)
- Bab 146 Perencanaan (1)
- Bab 146 Perencanaan (2)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (1)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (2)
- Bab 148 Bajingan (1)
- Bab 148 Bajingan (2)
- Bab 149 Apakah Kamu Merasa Puas? (1)
- Bab 149 Apa Kamu Merasa Puas ? (2)
- Bab 150 Gila (1)
- Bab 150 Gila (2)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (1)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (2)
- Bab 153 Menyogok (1)
- Bab 152 Menyogok (2)
- Bab 153 Identitas (1)
- Bab 153 Identitas (2)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (1)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 155 Jatuh Cinta (1)
- Bab 155 Jatuh Cinta (2)
- Bab 156 Berciuman (1)
- Bab 156 Berciuman (2)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (1)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (2)
- Bab158 PindahTempat (1)
- Bab 158 Pindah Tempat (2)
- Bab 159 Serba Salah (1)
- Bab 159 Serba Salah (2)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (1)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (2)
- Bab 161 Bodoh Sekali (1)
- Bab 161 Bodoh Sekali (2)
- Bab 162 Tidak Tega (1)
- Bab 162 Tidak Tega (2)
- Bab 163 Jantung Berdebar (1)
- Bab 163 Jantung Berdebar (2)
- Bab 164 Pengkhianatan (1)
- Bab 164 Pengkhianatan (2)
- Bab 165 Wajah Memerah (1)
- Bab 165 Wajah Memerah (2)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (1)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (2)
- Bab 167 Pacar (1)
- Bab 167 Pacar (2)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 169 Mengusir (1)
- Bab 169 Mengusir (2)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (2)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (1)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (2)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (1)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (2)
- Bab 174 Sepupu (1)
- Bab 174 Sepupu (2)
- Bab 175 Mata-mata (1)
- Bab 175 Mata-Mata (2)
- Bab 176 Memeluk (1)
- Bab 176 Memeluk (2)
- Bab 177 Hantu Di Pemakaman
- Bab 177 Ketakutan Hantu Di Pemakaman
- Bab 178 Memihak Kesalahan (1)
- Bab 178 Memihak Kesalahan (2)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (1)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (2)
- Bab 180 Istri (1)
- Bab 180 Istri (2)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (1)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (2)
- Bab 182 Hati Dingin (1)
- Bab 182 Hati Dingin (2)
- Bab 183 Masuk Perangkap (1)
- Bab 183 Masuk Perangkap (2)
- Bab 184 Wanita Bodoh (1)
- Bab 184 Wanita Bodoh (2)
- Bab 185 Rela (1)
- BAB 185 Rela (2)
- Bab 186 Sembahyang (1)
- Bab 186 Sembahyang (2)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (1)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (2)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (1)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (2)
- Bab 189 Pukul (1)
- Bab 189 Pukul (2)
- bab 190 Bersikap Imut (1)
- bab 190 Bersikap Imut (2)
- Bab 191 Tipuan (1)
- bab 191 Tipuan (2)
- Bab 192 Pesta (1)
- Bab 192 Pesta (2)
- Bab 193 Muntah Darah (1)
- Bab 193 Muntah Darah (2)
- Bab 194 Pacar Baru (1)
- Bab 194 Pacar Baru (2)
- Bab 195 Panggil Mama (1)
- Bab 195 Panggil Mama (2)
- Bab 196 Tidur Bersama (1)
- Bab 196 Tidur Bersama (2)
- Bab 197 Panda (1)
- Bab 197 Panda (2)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (1)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (2)
- Bab 199 Menyalahkan (1)
- Bab 199 Menyalahkan (2)
- Bab 200 Penuaan Dini (1)
- Bab 200 Penuaan Dini (2)
- Bab 201 Suka atau Tidak Suka (1)
- Bab 201 Sama Tidak Sama
- Bab 202 Ganti Pasangan (1)
- Bab 202 Ganti Pasangan (2)
- Bab 203 Bodoh (1)
- Bab 203 Bodoh (2)
- Bab 204 Pelajaran (1)
- Bab 204 Pelajaran (2)
- Bab 205 Peduli (1)
- Bab 205 Peduli (2)
- Bab 206 Pertunangan (1)
- Bab 206 Pertunangan (2)
- Bab 207 Tuduhan (1)
- Bab 207 Tuduhan (2)
- Bab 208 Identitas (1)
- Bab 208 Identitas (2)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (1)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (2)
- Bab 210 Mimpi (1)
- Bab 210 Mimpi (2)
- Bab 211 Merindukanmu (1)
- Bab 211 Merindukanmu (2)
- Bab 212 Jarum Berdarah (1)
- Bab 212 Jarum Berdarah (2)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiri (1)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiiri (2)
- Bab 214 Tembakan (1)
- Bab 214 Tembakan (2)
- Bab 215 Keguguran (1)
- Bab 215 Keguguran (2)
- Bab 216 Harta Warisan (1)
- Bab 216 Harta Warisan (2)
- Bab 217 Perjalanan Bisnis (1)
- Bab 217 Perjalanan (2)
- Bab 218 Anak Kandung (1)
- Bab 218 Anak Kandung (2)
- Bab 219 Ayah (1)
- Bab 219 Ayah (2)
- Bab 220 Kejam (1)
- Bab 220 Kejam (2)
- Bab 221 Mandul (1)
- Bab 221 Mandul (2)
- Bab 222 Egois (1)
- Bab 222 Egois (2)
- Bab 232 Memberikan Pelukan (1)
- bab 232 Memberikan Pelukan (2)
- Bab 224 Menikah Denganmu (1)
- Bab 224 Menikah Denganmu (2)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (1)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (2)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (1)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (2)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (3)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (4)
- Bab 228 Garis Merah (1)
- Bab 228 Garis Merah (2)
- Bab 229 Dalam Masalah (1)
- Bab 229 Dalam Masalah (2)
- Bab 230 Muntah (1)
- Bab 230 Mual (2)
- Bab 231 Berbahaya (1)
- Bab 231 Berbahaya (2)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (1)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (2)
- Bab 233 Kecurigaan (1)
- Bab 233 Kecurigaan (2)
- Bab 234 Bantuan (1)
- Bab 234 Bantuan (2)
- Bab 235 Marah
- Bab 236 Dibebaskan (1)
- Bab 236 Dibebaskan (2)
- Bab 237 Pernikahan (1)
- Bab 237 Pernikahan (2)
- Bab 238 Munafik (1)
- Bab 238 Munafik (2)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (1)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (2)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (1)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (2)
- Bab 241 Gangguan (1)
- Bab 241 Gangguan (2)
- Bab 242 HIV (1)
- Bab 242 HIV(2)
- Bab 243 Pendarahan Otak (1)
- Bab 243 Pendarahan Otak (2)
- Bab 244 Tamparan (1)
- Bab 244 Tamparan (2)
- Bab 245 Keracunan Makanan (1)
- Bab 245 Keracunan Makanan (2)
- Bab 246 Selingkuh (1)
- Bab 246 Selingkuh (2)
- Bab 247 Vasektomi (1)
- Bab 247 Vasektomi (2)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (1)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (2)
- Bab 249 Canggung
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (1)
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (2)
- Bab 251 (Episode Terakhir) Kekerasan Tuan Muda
- Bab 252(Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (1)
- Bab 252 (Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (2)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (1)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (2)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (3)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (4)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (1)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (2)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (3)