Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 119 Harapan Yang Remuk (3)

Ketika kita sedang ngobrol, Gao Le terus berdiri di kejauhan sana, menjaga suatu jarak dengan kita. Gao Xing sepanjang jalan ikut denganku dan Qiang Qiang berkeliling, sekejap saja sudah hampir mendekati waktu siang hari, Gao Xing berkata: “Kak Xiaoxiao, kita makan siang bersama yuk, biar kakakku yang traktir.”

Aku melirik sejenak ke Gao Le, satu sepatu kulit laki-laki itu yang bersinar terang terus menerus digesek-gesek, menundukkan kepala, tidak tahu apa yang sedang dipikirkan.

Tapi dia masih bisa kedengaran perkataan Gao Xing, langsung melihat kemari membidik dengan sepasang sorotan mata yang berapi, “Bocah kecil, kamu jangan sembarangan bicara!”

Gao Xing melirikkan matanya ke atas, menginjitkan kaki, mendekatkan mulut kecilnya ke diriku, berkata dengan suara kecil: “Kak Xiaoxiao, yang pasti Kakakku menyukaimu, kamu lihat tuh, dia sekali kelihatan kamu muka pun jadi memerah, masih menjaga jarak lagi, tidak berani melihatmu, pasti karena tidak enak hati ketemu dengan kamu.”

Gao Le akhirnya tidak bisa menahan lagi, melangkahkan besar kemari dengan kecepatan bak meteor jatuh, langsung menarik dan mengangkat bagian belakang kerah baju Gao Xing, “Gadis mungil, masih asal bicara ya? Kupukul pantatmu nanti!”

Sambil berkata Gao Le sambil mengayunkan telapak tangannya yang besar, perkataannya saja yang besar tapi gerakannya kecil saja memukul beberapa kali pantat Gao Xing.

Gao Xing dengan bergaya hiperbola berteriak-teriak, “Pembunuhan, Kakak menyiksa adik!”

Gao Le dengan sekuat tenaga menurunkan Gao Xing, “Dasar bocah!”

Handphone Gao Le berdering, dia pergi mengangkat telpon, aku kedengaran dia memanggil sepatah Kakak Qian, selanjutnya balik menarik Gao Xing, “Ayo, aku antar kamu pulang.”

Pundak kecil Gao Xing memberontak, memberontak lepas dari genggaman tangan Gao Le, berlari ke sampingku, “Aku belum selesai kelilingnya, aku mau sama-sama dengan Kak Xiaoxiao.”

Terlihat jelas Gao Le ada hal penting yang mau dikerjakan, melihat Gao Xing tidak mau ikut dengannya, dia juga tidak ada cara lain, hanya bisa dengan ganas memelototi adik perempuannya sendiri sejenak, kemudian bayangannya pun pergi tergesa-gesa.

Aku menundukkan kepala, melihat Qiang Qiang yang tidak menggerakkan matanya sama sekali memelototi arah kemana Gao Le pergi, dengan muka bengong tidak tahu apa yang dilihat, aku memanggilnya, “Qiang Qiang?”

Qiang Qiang pun menoleh tersenyum padaku, “Mama, perutku lapar, kita makan bersama dengan Kakak yuk?”

“Baik lah.”

Aku membawa dua anak kecil makan di restoran fast-food di dalam museum, setelah makan terus mengelilingi lagi sisanya, saat keluar dari museum, Gao Xing bilang dia ingin makan kue buatanku, oleh karenanya, aku pun membawa lagi dua anak ini ke toko kueku.

Ketika aku sedang membuat snack, Gao Xing dan Qiang Qiang satu besar satu kecil dua anak kecil duduk melukis di atas meja.

Aku mendengar Gao Xing berkata: “Aa, siapa yang kamu gambar? Sepertinya ada sedikit mirip Paman Mo Ziqian.”

Qiang Qiang menolehkan mata melihat Gao Xing, tersenyum dan tersenyum, tapi tidak berbicara, lanjut melukis apa yang dipikirkan di hatinya. Setelah selesai membuat kue, Gao Xing berlari ke sini dan mencicipi, lalu dengan tak sabaran mengambil dan memakannya. Qiang Qiang malah masih duduk di meja depan melukis dengan serius.

Aku pergi ke sana melihat-lihat, lukisan itu ternyata adalah sepasang suami istri yang menggandeng seorang anak laki-laki kecil.

Laki-laki itu kurus tinggi, bagian atas wajahnya ada sedikit mirip dengan wajah Mo Ziqian, dan wanita itu berwajah boneka, rambut terikat di kepala belakang, bukannya itu aku?

Anak laki-laki itu, tidak perlu dibilang lagi juga bisa terlihat itu adalah Qiang Qiang sendiri.

Aku langsung jadi terasa kosong.

Di hati Qiang Qiang, ternyata sangat haus akan gambaran seperti ini. Sekeluarga bertiga Bahagia dan harmonis, ini adalah impian Qiang Qiang.

Gao Le datang untuk menjemput Gao Xing, dengan muka suram, masuk dan menarik Gao Xing pergi, Gao Xing dengan tidak rela mengoyang-goyangkan pundak kecil: “Kak, aku belum puas main di sini!”

Gao Le mengomeli: “Ini sudah jam berapa masih belum cukup, apa sudah selesai kerjakan PR?”

Gao Xing pun langsung memuncungkan mulut kecilnya, berkomat-kamit tidak senang, “Sendiri hatinya tidak benar, tidak berani melihat Kak Xiaoxiao, masih tidak memperbolehkan orang ikut Kak Xiaoxiao, dasar pengecut.”

Perkataan Gao Xing membuat muka dan kuping Gao Le memerah, mengayunkan tamparan kecil menampar anak perempuan itu, “Anak kecil, kamu ini bilang apa, aku apanya yang tidak benar!”

Gao Xing menggunakan kesempatan memberontak lepas dari ikatan Gao Le, dari kejauhan menyindir dengan memainkan wajahnya jadi jelek, “Kamu sendiri yang tahu!”

Gao Le sangat marah, mengejar Gao Xing mau memukulnya, Gao Xing pun bersembunyi, dua saudara satu besar dan satu kecil ini pun kejar-kejaran dan sembunyi-sembunyi di tokoku.

Handphone Gao Le berdering lagi, dia melihat-lihat nomornya, kemudian langsung berbalik badan pergi mengangkat telpon, “Benar, aku di toko roti Lin Xiao, Gao Xing di sini, aku datang menjemputnya, baik, aku pergi ambil.”

Tidak tahu Gao Le menerima telepon dari siapa, setelah menutup telpon, Gao Le pun menarik tangan Gao Xing, menekannya duduk di kursi, “Dasar kamu ya, nanti aku kasih pelajaran kamu!”

Aku sedang sibuk membuat cemilan yang baru, bersiap-siap memberi Gao Xing untuk dibawa pulang sedikit, dan memberi sebagian lagi ke Jiayu, jadi tidak menghiraukan Gao Le dan Gao Xing sepasang saudara ini, hingga sampai ada mobil berhenti di luar sana.

Aku tidak sadar mengangkat kepala, melihat mobil itu dengan perlahan berhenti di depan pintu di bawah anak tangga, mobil yang ditempel dengan pelapis kaca yang sangat gelap menyebarkan semacam perintah orang asing jangan mendekat.

Aku mengenalinya, itu adalah mobil Mo Ziqian, Gao Le tergesa-gesa pergi keluar. Dia menyerahkan masuk ke dalam satu barang seiring dengan kaca mobil yang perlahan turun.

Ketika kaca mobil itu hampir mau menutup, Gao Xing malah mengambil lukisan yang tadi baru saja Qiang Qiang lukis, dibawanya keluar.

“Paman!”

Aku ingin menghentikannya tapi tidak sempat, Gao Xing membawa lukisan itu berlari ke depan mobil Mo Ziqian, menyempal masuk lukisan itu ke dalam mobil, “Paman Mo Ziqian, kamu lihat lukisan yang dilukis Qiang Qiang, di atas ini ada kamu.”

Saat itu debaran jantungku bergetar sampai ke tenggorokan, itu adalah impian Qiang Qiang, malah disumpal anak gadis ini ke Mo Ziqian.

Dan detik selanjutnya, gambar itu terbang melayang keluar dari mobil, dengan perlahan melayang terjatuh ke atas lantai, selanjutnya kaca jendela mobil itu pun menutup, mobil dengan dinginnya pergi.

Perlakuan yang tidak berperasaan itu membuat hati Qiang Qiang, seperti dilindas di bawah kaki, hatiku langsung penat tak terhingga.

Qiang Qiang juga melihat semua ini, dia berdiri terpatung di depan kaca jendela toko kue yang terpancari oleh senja.

Gao Le mengangkat tangan besarnya ke atas kepala Gao Xing dengan bengis mengelus sejenak, “Mengurusi urusan orang saja!”

Gao Xing dengan sekuat tenaga menggoyangkan kepala, dengan marah berkata: “Qiang Qiang sudah rindu Papa, dia anak Paman Mo Ziqian kah? Mengapa paman Mo Ziqian tidak mau dia! Paman orang jahat!”

“Aku pukul kamu kalau sembarangan berbicara lagi!” Menghempaskan tamparan di pantat Gao Xing, menyeretnya berlari cepat ke arah mobilnya sendiri.

Senja semakin dalam, Qiang Qiang diam-diam membelokkan badan, dengan sinar cahaya yang agak buram mengangkat pandangan mata, dalam matanya aku melihat dengan jelas kekecewaan dan kesedihan yang mendalam.

Pergi dari took kue, aku menelpon Jiayu, untuk datang ke rumah mengambil snack, Jiayu datang bersama Chen Hui, mereka berdua sekarang sudah mulai tinggal bersama, Jiayu sudah jarang pulang ke rumah sewaan yang dulu.

Chen Hui bertanya: “Mana Qiang Qiang?”

Aku: “Dia di atas.”

Sejak pulang dari toko kue Qiang Qiang terus sedih, makan malam juga hanya dengan penat makan sedikit saja, kemudian naik ke atas, aku melihatnya duduk di depan meja belajar putih bergambar kartun miliknya, terus melukis sesuatu, aku tidak masuk ke dalam mengganggunya, meski anak ini masih kecil, tetap memerlukan ketenangan juga.

Novel Terkait

Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu