Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 50 Dirimu Yang Kejam
“Aku mau buang air kecil, cepat bantu angkat aku!”
Ketika aku memejamkan mata untuk menghilangkan rasa kantuk, terdengar perintah dari Tuan kelima, aku bagaikan di tusuk suntikan darah ayam segera membuka mataku.
Tuan kelima ingin berdiri, tetapi karena tangannya di infus, agak susah untuk mengeluarkan tenaga. Alisnya berkerut dan terlihat sangat kesal.
Aku berkata: “bagaimana kalau kamu tetap berbaring dan aku membantumu membelikan sebuah pispot. lebih gampang kalau kamu membuang air kecil menggunakan pispot.”
Tuan kelima menatapku dengan tatapan aneh, bagaikan sedang melihat monster, sepertinya aku ingin mengambil keuntungan darinya, mulutku bergetar. Aku bukan orang yang tidak pernah melalui pria, siapa ingin melihat mainannya, lagipula dia bisa melakukannya di dalam selimut, aku hanya bertanggung jawab menuangkan pispot, sama sekali tidak mengganggunya kok.
Aku berkata: “Tidak apa-apa kalau kamu tidak ingin, jangan menatapku seperti aku ingin mengambil keuntungan darimu.”
Tuan kelima melirikku, dan menggulurkan tangannya yang diinfus kepadaku, “angkat aku.”
Aku hanya bisa mengangkat Tuan kelima, dan satu tangan lagi dengan hati-hati memegang botol cairan infus, dan seperti itu membawa Tuan kelima ke pintu WC. Untungnya, ada WC di dalam kamar pasien, dari jarak dekat ini, hanya cukup berjalan beberapa langkah sudah sampai.
“Tunggu di luar!”
Ketika Tuan kelima melangkah masuk toilet, dia memerintahku dengan nada rendah, aku tidak tertahan untuk mendengus, seperti aku ingin sekali masuk melihat bagaimana dia membuang air kecil.
Aku memandang dengan pandangan menghina di punggungnya yang tinggi besar.
Siapa ini, dasar.
Tuan kelima selesai, aku mengangkatnya kembali ke tempat tidur, menggantung botol infus, Tuan kelima berbaring ke sebelah, punggungnya menghadapku, aku tidak tahu apa yang dipikirkan pria sombong ini.
Setengah jam kemudian, botol cairan itu sudah kosong. Aku menekan bel memanggil perawat datang untuk menggantinya, dan menggunakan ponsel menonton berita. Tidak ada pilihan lain, kalau tidak menghabiskan waktu seperti gitu, aku takut aku akan tertidur.
Ketika botol cairan ini selesai, Tuan kelima sangat diam dan sama sekali tidak mengeluarkan suara, aku diam-diam mendekati dan melihatnya, dia sangat tenang, seperti benar-benar tertidur.
Perawat melepaskan infus, aku mengikutinya keluar dan meminta tindakan pencegahan, Perawat memberitahuku satu per satu, aku barulah kembali ke kamar pasien, bersandar di kursi dan tertidur.
Mungkin karena terlalu ngantuk, aku benar-benar tertidur, setelah suara “bukkk....”, aku terbangun kesakitan, dan mendapati diriku sedang jatuh ke lantai dengan gaya yang jelek.
Haha...
Dari atas kepala terdengar suara tawa pria.
Aku mengangkat kepalaku, dengan tidak senang aku berkata: “Kenapa tertawa, apakah kamu tidak pernah jatuh!”
Tuan kelima sepertinya terbangun karena suara jatuhku ke lantai, sekarang sepasang matanya yang indah sedang menatap padaku.
“Aku hanya tidak pernah melihat wanita jatuh, dan dengan gaya yang begitu jelek seperti nenek-nenek.”
Nenekmu !, bagaimana aku bisa jatuh, bukannya karena dirimu yang tidak memiliki hati nurani.
Aku dengan benci menggertakkan gigiku pada Tuan kelima.
Tuan kelima tertawa lagi, sepertinya jatuhku ini dengan tidak sengaja telah menghiburkannya, dia terlihat sangat baik, kabut di wajahnya menghilang.
Lupakan saja, jangan pedulikan dia, aku berdiri dan menepuk kakiku. Dan duduk kembali ke kursi, menundukkan kepalaku, memijat di lututku yang sakit.
Tuan kelima berhenti tertawa, dan menatapku dengan matanya yang bersemangat, aku tidak tahu apa yang dia lihat, aku mengangkat kepalaku, dan saling menatap dengannya.
“Sebentar lagi sudah pagi, panggillah para wanitamu datang melayanimu, aku harus keluar menghasilkan uang.”
Aku berkata dengan tidak senang.
Tuan kelima tersenyum, “Aku hanya ingin kamu yang melayaniku.”
“Tolonglah, aku masih harus keluar mencari nafkah!”
Aku menggerakan kedua bola mataku ke atas.
Tuan muda mengerutkan alisnya, dengan nada lembut berkata, “Aku membayarmu uang kerja, kamu tetap tinggal dan melayaniku, berapa banyak yang kamu hasilkan di luar setiap hari, aku akan membayarmu dua kali lipat.”
“Lah, biarkan saja wanitamu datang, aku percaya asalkan kamu Tuan muda berkata, mereka pasti datang melayanimu, tidak perlu menghabiskan satu sen pun.”
Dalam hatiku memikirkan Wu Zhihai dan gadis itu, aku ingin pergi melihat, Apakah Wu Zhihai akan pergi menjemput gadis itu lagi, jadi aku tidak boleh tinggal di sini.
Tuan kelima cemberut, “kamu merasa tidak cukup? Aku membayarmu empat puluh juta rupiah, untuk membeli waktumu melayani aku dalam beberapa hari ini!”
Khas sifat sombong Tuan kelima muncul lagi.
Aku cemberut dan tidak berkata lagi.
Setelah pagi, aku menelepon Jiayu, memberitahukannya bahwa aku keluar di tengah malam, sedang merawat seorang teman di rumah sakit, Jiayu terkejut dan berkata, “Jadi, apakah temanmu baik-baik saja?”
Aku memberitahukannya tidak ada apa-apa.
Dan aku bertanya padanya: “Jiayu, apakah perusahaan Wu Zhihai menambah karyawan baru?”
Jiayu berkata: “Ada masuk satu gadis, baru-baru ini mendapatkan banyak proyek, banyak hal yang harus dilakukan, dia sendiri tidak sempat melakukannya, gadis itu bertanggung jawab untuk menjalankan tugas, menangani beberapa tugas di toko, mencetak, menerima pelanggan, mirip dengan pegawai dan sejenisnya. ”
Aku menjawab oh, ternyata itu benar-benar adalah karyawan baru, tetapi Wu Zhihai sebagai bos, masih bertanggung jawab mengantar jemput gadis itu.
Aku ingin mengingatkan Jiayu untuk memperhatikan mereka, tetapi aku tidak pasti kalau Wu Zhihai memiliki hubungan dengan gadis itu, mengantar jemput mungkin hanya karena keperluan kerja.
Setelah menutup telepon, aku melihat Tuan kelima sedang melirikku, “Otak wanita kamu ini, ada saja masalah yang dipikirkan!”
Tuan kelima tiba-tiba mengatakan ini, belum menunggu aku mengerti maksud dari kata ini, Tuan kelima sudah memerintahku, “Bantu aku ganti baju sekarang, aku ingin keluar sarapan.”
Aku terkejut, “Tuan kelima, sarapan di rumah sakit saja, kalau kamu benar-benar tidak suka makan nasi dari sini, aku keluar belikan untukmu, kamu tidak perlu keluar.”
Tuan kelima memelototiku, “Aku tidak sembarang sarapan.”
Baiklah, anggap saja aku tidak berkata.
Wajahku penuh dengan garis hitam, aku mengambilkan jas luar yang digantung di rak. Tuan kelima melepaskan pakaian pasien, menundukkan kepalanya menatap pada otot perutnya yang rapi, tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.
Dia dengan kesal berkata: “Sayang sekali tidak ada pakaian bersih untuk diganti.”
Ternyata tuan muda ini sedang memikirkan hal ini. Aku merasa lucu dan berkata: “Tuan muda, tunggu kamu sudah sembuh dan keluar dari rumah sakit, tidak akan terlambat kalau sudah pulang baru mandi, lagipula pakaian ini juga tidak kotor.”
Tuan muda melirikku, “Apa yang kamu tahu.”
Baiklah, aku tidak tahu apa-apa, aku benar-benar mendapatkan pelajaran dari Tuan muda ini, Tuan muda ini baik-baik saja kalau tidak berbicara, Ketika dia berbicara, itu tidak cocok dengan penampilannya yang tampan ini.
Aku menggerakkan sudut mulutku, memutuskan untuk tidak peduli pada orang ini.
Aku mengambilkan baju membantu dia mengenakannya, dia sendiri mengenakan celana, lalu pergi ke WC dan berkaca di dalam. Jarinya memegang pada bagian dagunya yang menumbuhkan sedikit rambut dalam satu malam, melihat dalam waktu yang lama ternyata dia sedang kesal tidak ada pisau cukur untuk mengikis janggut dan mempertahankan citranya yang ramping dan tampan.
Tuan muda ini sangat mempedulikan penampilannya.
Butuh waktu yang lama Tuan kelima baru keluar dari kamar mandi, “Ayo kita pergi.”
Aku mengikutinya sepanjang jalan turun dengan lift, dengan cepat kami keluar rumah sakit, aku menunjuk pada restoran cepat saji yang berada di samping kanan rumah sakit dan berkata: “Disana ada paket sarapan.”
Tuan kelima mendengus dan berkata: “bisakah itu dimakan?”
Dahiku langsung muncul sebaris garis hitam, makanan yang biasanya di makan orang lain, bagi dia adalah makanan yang tidak boleh dimakan.
Tuan kelima melambaikan tangannya pada taksi, dia sendiri duluan duduk ke dalam, dan aku duduk di deretan belakang, taksi berjalan melewati kota, akhirnya membawa kami ke sebuah restoran yang sangat terkenal. Dan saat ini, sudah melewati dua puluh menit sejak keluar dari rumah sakit.
Tuan kelima membayar uang taksi, dan melangkah masuk ke dalam restoran, dan ketika aku memasuki restoran dan melihat harga makanan dari restoran ini aku menghembus nafas dingin, Tuan kelima ini, apakah uangnya didapatkan bagai dibawakan angin? Hanya sarapan harus menghabiskan beberapa juta rupiah.
Tuan kelima memesan makanan, dan melemparkan menu makanannya kepadaku, aku hanya acak melihatnya sudah membuat tanganku bergetar.
Tuan kelima berkata: “Tidak perlu menghemat uang untukku, aku masih sanggup membayarnya.”
Oleh karena itu, aku memesan makanan yang termahal di salah satu halaman menu.
Tuan kelima bahkan tidak berteriak, bagaikan bukan dirinya yang membayar.
Dengan begitu, aku sarapan yang termahal didalam hidupku, setelah membayar ketika kami melangkah keluar, kebetulan ada sosok seseorang yang tinggi dan berwajah tampan memasuki, dia adalah Mo Ziqian.
Kami berpapasan, Mo Ziqian menatap aku dan Tuan kelima dengan tatapan ragu, Tuan kelima mengulurkan lengannya merangkul bahuku, “Selamat pagi, Tuan Mo.”
“Pagi.”
Wajah Mo Ziqian tetap tenang, tetapi disaat aku dan Tuan kelima akan melangkah keluar, terdengar suara Mo Ziqian dari belakang, “Aku pergi mencari polisi, menyelidiki masalah aborsi, ternyata kamu benar-benar pernah mengaborsi.”
Aku tidak tahu mengapa Mo Ziqian mengatakan semua ini di depan Tuan kelima, tetapi aku tahu dia pasti berpikiran buruk.
Dengan sengaja mengatakan ini, membuat orang merasa bahwa aku berperilaku tidak pantas, berhubungan dengan sembarangan pria, dan lalu mengaborsi.
Aku memutarkan kepala memelototi dia, “Mo Ziqian, kamu memang kejam!”
Sudut mulut Mo Ziqian terangkat, dia tersenyum licik memasuki restoran.
Dan wajahku terasa panas, kedua tanganku mengepal, sekali lagi aku kalah pada Mo Ziqian.
Tuan kelima menatapku dengan tatapan aneh, “Kamu pernah mengaborsi karena dia?”
Dia tidak menunggu jawabanku, bertanya dan berbicara dengan dirinya sendiri, “Itu semuanya masa lalu kalian, tidak ada hubungannya denganku.”
Tuan muda tampaknya sedang dalam suasana hati yang buruk, sendirian melangkah menuruni tangga, dan berjalan ke pinggir memanggil taksi.
Ditengah jalan pulang ke rumah sakit, Tuan kelima menyalakan sebatang rokok, dan selesai menghisapnya, kami juga tiba di rumah sakit.
Aku mengikutinya langkah besarnya datang ke lantai rawat inap, aku melihat YiYi sedang berjalan mengarah kesini, dan dengan senang mendekati Tuan kelima, “Tuan kelima, kemana kamu pergi? Bukannya masih sakit? Mengapa kamu keluar?”
Tuan kelima mengangkat tangan mencubit wajah YiYi, seperti seorang preman, “Aku pergi sarapan, kenapa, kangen sama diriku?”
Yiyi sedikit malu dan tersenyum, “Lihatlah, kamu tidak serius lagi, ini adalah rumah sakit loh.”
Jari Tuan kelima yang ramping mencubit di wajah Yiyi, “Buat apa kamu malu, aku akan tetap meniduri kamu meskipun di dalam rumah sakit.”
Yiyi memukul lembut pada Tuan kelima, “Kamu jahat sekali.”
……
Aku menyaksikan kedua orang itu saling menggoda, tiba-tiba langkahku terhenti, Tuan kelima bermesraan dengan Yiyi bagai tidak ada seorang pun disana, membuatku tidak dapat terus melangkah.
Aku berdiri di luar pintu, dan tidak memasuki.
Aku terdengar suara Yiyi dari dalam kamar, “Bagaimana dengan Adik perempuan yang di luar? Kamu tidak membiarkannya masuk?”
“Ada dirimu disini, apa gunanya dia masuk.”
Aku terdengar suara Tuan kelima.
Novel Terkait
Husband Deeply Love
NaomiThe Sixth Sense
AlexanderSang Pendosa
DoniAir Mata Cinta
Bella CiaoLelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindyCinta Yang Tak Biasa
WennieMendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniLelaki Greget
Rudy GoldCintaku Yang Dipenuhi Dendam×
- Bab 1 Dua Keluarga
- Bab 2 Kelembutan Terakhir
- Bab 3 Masuk Penjara
- Bab 4 Tingkah Pelacur
- Bab 5 Memberikan Anaknya Kepada Yang Lain
- Bab 6 Seseorang Yang Kaya Dan Misterius
- Bab 7 Tak Terduga
- Bab 8 Begitu Membencimu
- Bab 9 Di Peternakan Kuda
- Bab 10 Campur Tangan Tuan Kelima
- Bab 11 Main Ganda
- Bab 12 Cinta Satu-Satunya
- Bab 13 Anakku
- Bab 14 Belajar Menyenangkanku
- Bab 15 Peran Yang Memalukan
- Bab 16 Penyesalan
- Bab 17 Penuh Keraguan
- Bab 18 Terperangkap
- Bab 19 Penuh dengan Akal Buruk
- Bab 20 Pasangan Serasi
- Bab 21 Memiliki Kesempatan
- Bab 22 Konferensi Pers
- Bab 23 Sangat Memalukan
- Bab 24 Tidak Ada Seorang Pun
- Bab 25 Ciuman Di Luar Kendali
- Bab 26 Membahayakan Dirinya Sendiri
- Bab 27 Paling Menyesal Pernah Mencintaimu
- Bab 28 Suatu Ancaman
- Bab 29 Orang-Orang Malang
- Bab 30 Antara Cinta Dan Benci
- Bab 31 Pembalasan Li Li
- Bab 32 Keterlaluan Bodohnya
- Bab 33 Bersedia Cuci Tangan dan Membuat Sup
- Bab 34 Gangguan Kepribadian
- Bab 35 Dia Mengidap Penyakit Kotor
- Bab 36 Kamu Hanya Bisa Menjadi Milikku
- Bab 37 Orang-Orang Munafik
- Bab 38 Skandal dan Gosip Melanda
- Bab 39 Dikurung
- Bab 40 Proposal Lamaran
- Bab 41 Sifat Tuan Muda
- Bab 42 Memanggil Wartawan
- Bab 43 Tidak Memahami
- Bab 44 Penyergapan Dimana-mana
- Bab 45 Ayah dan Putra yang Berpapasan
- Bab 46 Insting Ibu Dan Anak
- Bab 47 Permainan Mengerikan
- Bab 48 Godaan
- Bab 49 Keracunan Alkohol
- Bab 50 Dirimu Yang Kejam
- Bab 51 Seekor Rubah
- Bab 52 Marah Setengah Mati
- Bab 53 Sudah Di Jalur Yang Benar
- Bab 54 Dikacaukan Dua Kali
- Bab 55 Pria-Pria Brengsek
- Bab 56 Pemesan Kue Misterius
- Bab 57 Identitas Hu Yeming, Pimpinan Kejahatan
- Bab 58 Pandangan Cinta
- Bab 59 Balasan Jahat Untuk Orang Jahat
- Bab 60 Muntah
- Bab 61 Kekasih Lain
- Bab 62 Bantuan
- Bab 63 Bersama Di Mobil Mogok
- Bab 64 Waktu Itu Sangat Indah
- Bab 65 Menjijikan
- Bab 66 Gempa Bumi
- Bab 67 Menyerang Membabi Buta
- Bab 68 Golongan Darah Panda
- Bab 69 Dia Adalah Putramu !
- Bab 70 Ganti Rumah Sakit
- Bab 71 Siapa Yang Berbohong
- Bab 72 Kejutan
- Bab 73 Mengakui Pencuri Sebagai Ibunya
- Bab 74 Kembali Ke Tempat Semula
- Bab 75 Sudah Pergi
- Bab 76 Kesedihan Di Hati
- Bab 77 Ayah Angkat
- Bab 78 Membersihkan Pistol Keluar Api
- Bab 79 Gelang
- Bab 80 Merendahkan
- Bab 81 Membawa Pergi
- Bab 82 Seperti Seorang Kakak
- Bab 83 Kacau Balau
- Bab 84 Bersembunyi di Ruang Rahasia
- Bab 85 Istri Teman
- Bab 86 Kebakaran Besar
- Bab 87 Menyangkal
- Bab 88 Sinis
- Bab 89 Sedikit Trik
- Bab 90 Membayar Dengan Tubuh
- Bab 91 Seperti Mimpi
- Bab 92 Wanita Cantik Yang Kehilangan Kaki
- Bab 93 Potong Perutnya
- Bab 94 Chen Liyan Ditampar
- Bab 95 Pesta Topeng
- Bab 96 Langit Malam
- Bab 97 Pergi Jauh
- Bab 98 Menangkap Basah
- Bab 99 Aku Akan Tanggung Untukmu
- Bab 100 Rela Diselingkuhi
- Bab 101 Selalu Mencintainya
- Bab 102 Itu Dia
- Bab 103 Menjaganya
- Bab 104 Kejam
- Bab 105 Manusia Yang Tidak Memiliki Hati Nurani
- Bab 106 Membantu Dia Mengugurkan Anaknya
- Bab 107 Dia Menyukaimu
- Bab 108 Memaksa
- Bab 109 Tidak Masuk Akal
- Bab 110 Siapa Itu
- Bab 111 Hukuman Yang Mesra
- Bab 112 Malu Dan Marah
- Bab 113 Menyukai Orang Yang Memasak Mie
- Bab 114 Menikmati
- Bab 115 Aneh
- Bab 116 Kesedihan Hati di Kanada (1)
- Bab 116 Kesedihan Di Kanada (2)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (1)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (2)
- Bab 118 Masuk Perangkap (1)
- Bab 118 Masuk Perangkap (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (1)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (3)
- Bab 120 Jebakan (1)
- Bab 120 Jebakan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (1)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (3)
- Bab 122 Koma (1)
- Bab 122 Koma (2)
- Bab 123 Melepaskan (1)
- Bab 123 Melepaskan (2)
- Bab 123 Melepaskan (3)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (1)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (2)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (1)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (2)
- Bab 126 Sulit Dipercaya
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (1)
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (2)
- Bab 128 Relaks (1)
- Bab 128 Relaks (2)
- Bab 128 Relaks (3)
- Bab 129 Dirampok (1)
- Bab 129 Dirampok (2)
- Bab 129 Dirampok (3)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (1)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (2)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (1)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (2)
- Bab 132 Perangkap (1)
- Bab 132 Perangkap (2)
- Bab 133 Meninggikan (1)
- Bab 133 Meninggikan (2)
- Bab 134 Mempermalukan (1)
- Bab 134 Mempermalukan (2)
- Bab 135 Wanita Murahan (1)
- Bab 135 Wanita Murahan (2)
- Bab 136 Cadangan (1)
- Bab 136 Cadangan (2)
- Bab 137 Konflik (1)
- Bab 137 Konflik (2)
- Bab 138 Dinyatakan (1)
- Bab 138 Dinyatakan (2)
- Bab 139 Perubahan (1)
- Bab 139 Perubahan (2)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (1)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (2)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (1)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (2)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (1)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (2)
- Bab 143 Mengkhianati (1)
- Bab 143 Mengkhianati (2)
- Bab 144 Anak Siapa (1)
- Bab 144 Anak Siapa (2)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (1)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (2)
- Bab 146 Perencanaan (1)
- Bab 146 Perencanaan (2)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (1)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (2)
- Bab 148 Bajingan (1)
- Bab 148 Bajingan (2)
- Bab 149 Apakah Kamu Merasa Puas? (1)
- Bab 149 Apa Kamu Merasa Puas ? (2)
- Bab 150 Gila (1)
- Bab 150 Gila (2)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (1)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (2)
- Bab 153 Menyogok (1)
- Bab 152 Menyogok (2)
- Bab 153 Identitas (1)
- Bab 153 Identitas (2)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (1)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 155 Jatuh Cinta (1)
- Bab 155 Jatuh Cinta (2)
- Bab 156 Berciuman (1)
- Bab 156 Berciuman (2)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (1)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (2)
- Bab158 PindahTempat (1)
- Bab 158 Pindah Tempat (2)
- Bab 159 Serba Salah (1)
- Bab 159 Serba Salah (2)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (1)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (2)
- Bab 161 Bodoh Sekali (1)
- Bab 161 Bodoh Sekali (2)
- Bab 162 Tidak Tega (1)
- Bab 162 Tidak Tega (2)
- Bab 163 Jantung Berdebar (1)
- Bab 163 Jantung Berdebar (2)
- Bab 164 Pengkhianatan (1)
- Bab 164 Pengkhianatan (2)
- Bab 165 Wajah Memerah (1)
- Bab 165 Wajah Memerah (2)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (1)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (2)
- Bab 167 Pacar (1)
- Bab 167 Pacar (2)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 169 Mengusir (1)
- Bab 169 Mengusir (2)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (2)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (1)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (2)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (1)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (2)
- Bab 174 Sepupu (1)
- Bab 174 Sepupu (2)
- Bab 175 Mata-mata (1)
- Bab 175 Mata-Mata (2)
- Bab 176 Memeluk (1)
- Bab 176 Memeluk (2)
- Bab 177 Hantu Di Pemakaman
- Bab 177 Ketakutan Hantu Di Pemakaman
- Bab 178 Memihak Kesalahan (1)
- Bab 178 Memihak Kesalahan (2)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (1)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (2)
- Bab 180 Istri (1)
- Bab 180 Istri (2)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (1)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (2)
- Bab 182 Hati Dingin (1)
- Bab 182 Hati Dingin (2)
- Bab 183 Masuk Perangkap (1)
- Bab 183 Masuk Perangkap (2)
- Bab 184 Wanita Bodoh (1)
- Bab 184 Wanita Bodoh (2)
- Bab 185 Rela (1)
- BAB 185 Rela (2)
- Bab 186 Sembahyang (1)
- Bab 186 Sembahyang (2)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (1)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (2)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (1)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (2)
- Bab 189 Pukul (1)
- Bab 189 Pukul (2)
- bab 190 Bersikap Imut (1)
- bab 190 Bersikap Imut (2)
- Bab 191 Tipuan (1)
- bab 191 Tipuan (2)
- Bab 192 Pesta (1)
- Bab 192 Pesta (2)
- Bab 193 Muntah Darah (1)
- Bab 193 Muntah Darah (2)
- Bab 194 Pacar Baru (1)
- Bab 194 Pacar Baru (2)
- Bab 195 Panggil Mama (1)
- Bab 195 Panggil Mama (2)
- Bab 196 Tidur Bersama (1)
- Bab 196 Tidur Bersama (2)
- Bab 197 Panda (1)
- Bab 197 Panda (2)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (1)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (2)
- Bab 199 Menyalahkan (1)
- Bab 199 Menyalahkan (2)
- Bab 200 Penuaan Dini (1)
- Bab 200 Penuaan Dini (2)
- Bab 201 Suka atau Tidak Suka (1)
- Bab 201 Sama Tidak Sama
- Bab 202 Ganti Pasangan (1)
- Bab 202 Ganti Pasangan (2)
- Bab 203 Bodoh (1)
- Bab 203 Bodoh (2)
- Bab 204 Pelajaran (1)
- Bab 204 Pelajaran (2)
- Bab 205 Peduli (1)
- Bab 205 Peduli (2)
- Bab 206 Pertunangan (1)
- Bab 206 Pertunangan (2)
- Bab 207 Tuduhan (1)
- Bab 207 Tuduhan (2)
- Bab 208 Identitas (1)
- Bab 208 Identitas (2)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (1)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (2)
- Bab 210 Mimpi (1)
- Bab 210 Mimpi (2)
- Bab 211 Merindukanmu (1)
- Bab 211 Merindukanmu (2)
- Bab 212 Jarum Berdarah (1)
- Bab 212 Jarum Berdarah (2)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiri (1)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiiri (2)
- Bab 214 Tembakan (1)
- Bab 214 Tembakan (2)
- Bab 215 Keguguran (1)
- Bab 215 Keguguran (2)
- Bab 216 Harta Warisan (1)
- Bab 216 Harta Warisan (2)
- Bab 217 Perjalanan Bisnis (1)
- Bab 217 Perjalanan (2)
- Bab 218 Anak Kandung (1)
- Bab 218 Anak Kandung (2)
- Bab 219 Ayah (1)
- Bab 219 Ayah (2)
- Bab 220 Kejam (1)
- Bab 220 Kejam (2)
- Bab 221 Mandul (1)
- Bab 221 Mandul (2)
- Bab 222 Egois (1)
- Bab 222 Egois (2)
- Bab 232 Memberikan Pelukan (1)
- bab 232 Memberikan Pelukan (2)
- Bab 224 Menikah Denganmu (1)
- Bab 224 Menikah Denganmu (2)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (1)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (2)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (1)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (2)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (3)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (4)
- Bab 228 Garis Merah (1)
- Bab 228 Garis Merah (2)
- Bab 229 Dalam Masalah (1)
- Bab 229 Dalam Masalah (2)
- Bab 230 Muntah (1)
- Bab 230 Mual (2)
- Bab 231 Berbahaya (1)
- Bab 231 Berbahaya (2)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (1)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (2)
- Bab 233 Kecurigaan (1)
- Bab 233 Kecurigaan (2)
- Bab 234 Bantuan (1)
- Bab 234 Bantuan (2)
- Bab 235 Marah
- Bab 236 Dibebaskan (1)
- Bab 236 Dibebaskan (2)
- Bab 237 Pernikahan (1)
- Bab 237 Pernikahan (2)
- Bab 238 Munafik (1)
- Bab 238 Munafik (2)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (1)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (2)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (1)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (2)
- Bab 241 Gangguan (1)
- Bab 241 Gangguan (2)
- Bab 242 HIV (1)
- Bab 242 HIV(2)
- Bab 243 Pendarahan Otak (1)
- Bab 243 Pendarahan Otak (2)
- Bab 244 Tamparan (1)
- Bab 244 Tamparan (2)
- Bab 245 Keracunan Makanan (1)
- Bab 245 Keracunan Makanan (2)
- Bab 246 Selingkuh (1)
- Bab 246 Selingkuh (2)
- Bab 247 Vasektomi (1)
- Bab 247 Vasektomi (2)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (1)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (2)
- Bab 249 Canggung
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (1)
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (2)
- Bab 251 (Episode Terakhir) Kekerasan Tuan Muda
- Bab 252(Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (1)
- Bab 252 (Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (2)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (1)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (2)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (3)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (4)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (1)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (2)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (3)