Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 89 Sedikit Trik
Beberapa hari berlalu, aku menyanggah tongkat yang dibawakan oleh Jiayu dan turun dari ranjang. Meskipun kaki yang terluka tidak bisa menopang, namun aku bisa mulai belajar berjalan, jika terus berbaring seperti ini, mungkin kaki satunya akan lumpuh karena tidak digerakkan.
Aku berjalan di koridor rumah sakit, ditopang oleh tongkat setiap langkah terasa sangat berat, setiap langkah membuatku merasa kaki kiriku nyeri, namun rasa nyeri dan sakit ini tidak akan membuat tekadku untuk berjalan mundur.
Baru modar mandir beberapa kali, keringat sudah mengucur deras didahiku, baju pasien yang kukenakan juga sudah mulai basah oleh keringat.
Pintu lift terbuka dihadapanku, ada yang berjalan keluar namun aku tidak mengangkat kepala untuk melihat, aku hanya fokus pada langkahku yang dibantu oleh tongkat.
Namun tiba-tiba merasakan orang itu menghentikan langkahnya.
Aku mengangkat kepala melihat, seketika tatapanku bertemu dengan mata orang itu.
“Ada apa denganmu?”
Tuang Kelima menatapku dengan alis mengerut, ketika melihat kakiku.
“Terjadi sedikit kecelakaan, kakiku patah.”
Aku berkata dengan datar.
Ekspresi Tuan Kelima seketika berubah serius, “Kapan kejadiannya, kenapa aku tidak tahu?”
Tuan muda yang angkuh dan egois ini tiba-tiba bisa memperhatikanku.
“Sebulan yang lalu.” Aku menjawab.
Tuan Kelima berkata, “Orang Hu Yeming yang melakukannya?”
Aku terdiam, jika bukan Hu Yeming yang menjadi pendukungnya, aku yakin Chen Liyan tidak mungkin memiliki kemampuan sehebat itu, memaksa orang hingga mati tapi dirinya masih bisa bersenang-senang.
Tuan Kelima mengumpat, “Sialan, Hu Yeming, orangku pun berani kau sentuh!”
Telingaku seketika berkedut, melihat kearahnya dengan ekspresi terkejut, namun ia tidak menyadari ekspresiku yang berbeda dari biasanya, “Aku akan meminta pertanggungjawabannya!”
Tuan Kelima berbalik kembali masuk kedalam lift, dia pergi begitu saja, bahkan aku saja tidak tahu apa tujuannya datang ke rumah sakit tadi, mungkin pasien yang ingin ia tengok sedang menunggunya di ruang pasien, namun ia sudah pergi begitu saja.
Wajahku seketika merona.
Aku kembali kekamar dengan dibantu tongkat, aku melihat keluar melalui jendela, kendaraan diluar lalu lalang, entah mobil Tuan Kelima sudah jalan belum.
Malamnya, Qiang Qiang menelepon, “Mama, aku baik-baik saja dirumah nenek Wen Yiru, nenek mengajariku membaca, juga membacakan cerita untukku.”
Qiang Qiang bercerita banyak padaku, biasaya anaknya ini sangat diam, sangat mirip dengan ayahnya, namun hari ia mengatakan banyak hal, membuatku terkejut juga senang, “Lalu?”
Qiang Qiang berkata, “Nenek memainkan piano untukku, sangat indah, mama aku juga ingin belajar piano, aku ingin memainkan musik yang indah untuk mama.”
“Benar-benar anak mama yang baik.”
Aku berbicara dengan Qiang Qiang dengan wajah penuh senyum, hatiku penuh dengan kasih sayang seorang ibu dan rasa puas. Seandainya Qiang Qiang lahir dari pernikahannya dengan Mo Ziqian, lalu aku juga memiliki gaji yang besar, mungkin aku akan mencarikan guru piano untuk Qiang Qiang, aku berharap ia bisa memainkan musik yang paling indah di dunia.
Qiang Qiang mengobrol sangat lama denganku, memanggilku ‘mama’ berkali-kali, meskipun sudah tidak tahu ingin membicarakan apalagi, namun tetap saja tidak ingin memutus telepon, hingga Wen Yiru mengatakan kalau besok pagi akan datang menengokku, Qiang Qiang baru mematikan telepon dengan perasaan berat.
Dalam mimpiku seolah ada yang mengatakan padaku, “Untuk sementara ini aku tidak bisa datang menengokmu, ada hal perlu kuurus, jika sesuatu terjadi padaku, bawalah Qiang Qiang dan hiduplah dengan baik.”
Seperti mimpi namun terasa nyata, suara ini sangat familiar, seolah Mo Ziqian berada disamping ranjangku, seolah ada air mata yang menggenangi matanya, ketika aku akan mengusap air matanya aku tidak dapat menggapai apapun, hatiku terasa sedih, lalu terbangun.
Didalam kamar selain suster jaga yang tertidur di sampingnya, tidak ada orang lain lagi, sekelilingnya terasa sangat tenang.
Barusan itu mimpi?
Terasa nyata.
Aku ingin bangun, namun aku malah menjatuhkan ponsel disampingnya, suster terjaga karena mendengar suara, membuka mata lalu bertanya padaku dengan wajah bingung.
“Kak, ada apa?”
“Tidak apa, tolong bantu aku memungut ponselku.”
Aku berkata.
Suster bangun untuk memungut ponselku lalu menyerahkannya padaku, aku bertanya, “Apakah tadi kamu ada melihat seseorang masuk?”
Suster menggeleng, dengan wajah kebingungan, “Tidak ada, tidak ada siapa-siapa.”
“Baiklah, kamu lanjutkan tidurnya.”
Aku menggenggam ponselku dan kembali berbaring, berbaring cukup lama namun tidak tidur, setelah dua jam berlalu aku baru kembali tertidur.
Jam 9 pagi, Wen Yiru benar-benar mengajak Qiang Qiang datang menengok, ia mengenakan setelan baju baru, terlihat tampan bak ksatria, ketika tangan kecilnya digandeng Wen Yiru masuk, sepatu kecilnya berbunyi dan lampu warna warni berkelap kelip.
Begitu anak ini melihatku, ia segera berlari menghampiri, “Mama.”
Aku memeluknya, mengelus lembut kepalanya, “Anak baik, mama juga sangat merindukanmu.”
Qiang Qiang menengadahkan kepalanya dalam pelukanku, matanya yang bersinar seperti bintang, “Mama, nenek sudah mengajariku bermain piano, nenek juga memujiku sangat pintar.”
“Ohya. Qiang Qiang ku memang yang paling pintar.”aku berkata dengan penuh kasih.
Wen Yiru berkata, “Qiang Qiang sangat berbakat dibidang musik, kelak dia pasti akan sangat hebat dibidang ini.”
Seketika aku merasa lebih tenang, “Direktur Wen, terima kasih sudah menjaganya, beberapa waktu ini merepotkan anda.”
Wen Yiru melihatku sambil tersenyum, “Gadis bodoh, bukankah sudah kukatakan aku ingin merasakan bahagianya mengurus cucu, kenapa masih berterima kasih padaku? Seharusnya aku yang berterima kasih pada kalian, aku sudah hidup selama ini, namun baru sekarang menyadari kalau ada anak disisi kita bisa sebahagia ini.”
Tatapan Wen Yiru begitu dalam, detik itu, seolah teringat masa lalu yang sudah begitu lama, dia menggeleng perlahan, aku bisa melihat rasa sedih didalam matanya meski sekejap.
Seandainya dia benar ibu Mo Ziqian, mungkin saat Mo Ziqian masih sangat kecil sudah dibawa kabur.
Ketika aku sedang melamun, tiba-tiba mendengar Qiang Qiang berkata kearah pintu, “Kakek itu.”
Aku dan Wen Yiru hampir menengok bersamaan kearah pintu, disana berdiri seorang pria paruh baya yang berdiri membatu, ia mengenakan setelan jas hitam putih yang rapi, meski sudah berusia senja namun kegagahan sewaktu muda masih terlihat jelas, dan tatapannya lurus tertuju kearah Wen Yiru.
Dan orang ini tidak lain adalah Mo Cheng.
Wen Yiru memalingkan wajah, mengalihkan pandangan kearah Qiang Qiang, menyentuh hidung kecilnya dengan lembut dan berkata, “Siang ingin makan apa? Nenek minta bibi Wang untuk menyiapkannya untukmu.”
Wen Yiru seolah sedang berbicara dengan Qiang Qiang, namun bisa dirasakan kalau ia sebenarnya sengaja menghindar dari Mo Cheng.
Tepat saat Wen Yiru mengalihkan pandangannya, Mo Cheng juga menarik kembali tatapannya lalu berjalan masuk.
“Xiaoxiao, bagaimana kondisimu? Sudah bisa jalan?”
Mo Cheng bertanya dengan penuh perhatian padaku.
“Bisa jika pakai tongkat.”
Aku tersenyum pada Mo Cheng, Mo Cheng menghela nafas, “Benar-benar menyulitkan kalian.”
Ia lalu berbalik menatap Qiang Qiang, “Qiang Qiang, tinggal dirumah kakek mau? Ibumu sekarang sedang terluka, tidak bisa menjagamu, kamu tinggal dirumah kakek dulu, jika ibumu sudah sembuh baru kamu kembali, bagaimana?”
Qiang Qiang menggeleng, “Qiang Qiang tinggal dirumah nenek Wen.”
Tatapan Mo Cheng mendarat diwajah Wen Yiru, namun ia terlihat begitu tenang, menundukkan kepala sambil memeluk Qiang Qiang, entah sedang memikirkan apa.
“Maaf merepotkanmu menjaga Qiang Qiang.”
Entah bagaimana perasaan Mo Cheng ketika mengatakan ini kepada Wen Yiru, tatapannya terlihat campur aduk.
Wen Yiru menggendong Qiang Qiang sambil berkata dengan datar, “Tidak masalah, ini sudah seharusnya. Qiang Qiang, ayo ikut nenek, nenek ingin istirahat.”
“Oh.”
Qiang Qiang melambai padaku, “Bye mama.”
Lalu seperti teringat sesuatu kemudian melambai kearah Mo Cheng juga, “Bye kakek.”
“By….”
Mo Cheng baru mengangkat tangannya, namun tangannya seolah membatu, terasa berat, mengapung diudara, tidak tahu harus bergerak atau tidak, dan Qiang Qiang sudah digendong keluar oleh Wen Yiru.
Mo Cheng berbalik, dengan wajah agak muram, “Xiaoxiao, kamu istirahatlah dengan baik, lain kali aku kembali untuk menengokmu.”
Mo Cheng berjalan keluar begitu saja dengan perasaan murung.
Ekspresi Wen Yiru dan Mo Cheng, yang satu seolah ingin mengatakan sesuatu namun tidak bisa, satu lagi dingin bagai es, membuatku semakin yakin mereka berdua pasti pernah memiliki hubungan tidak diketahui orang lain.
Aku mengambil kedua tongkatku, baru berencana untuk keluar, ada dua orang pria yang masuk dari luar, satunya membawa segenggam bunga segar, satu lagi membawa satu kerangjang buah yang sangat besar, didalamnya dipenuhin buah yang segar dan terlihat lezat.
“Permisi, apakah anda nona Lin? Ini adalah sedikit buah tangan dari tuan Hu, mohon diterima.”
Kedua orang ini meletakkan bunga dan buah diatas meja, membungkuk dengan hormat lalu berbalik pergi.
Kedua tamu tidak diundang ini membuatku terpaku disana, kenapa Hu Yeming bisa mengantarkan ini untukku? Bukankah ini sangat mencurigakan?
Ketika aku sedang menerka-nerka, ponselku berbunyi, aku meletakkan tongkatku lalu mengangkat teleponku.
“Apakah ini nona Lin? Saya Hu Yeming.”
Terdengar suara yang membuat bulu kuduk berdiri dan darah seolah terhisap keluar.
Hu Yeming berkata : “Saya dengar anda terluka, barusan aku sengaja meminta dua orang bawahanku untuk mengantarkan bingkisan untukmu, apa kamu suka?”
Aku : “Apa maksudmu? Apa yang kamu rencanakan?”
Hu Yeming : “Nona Lin bercanda, anda adalah wanita Tuan Kelima, sebodoh-bodohnya saya juga tidak mungkin menyentuh orang Tuan Kelima iya kan?”
“Nona Lin istirahat lah yang baik, saya tidak akan mengganggu, ketika nona Lin keluar dari rumah sakit, jangan lupa memberitahukan pada saya, saya Hu Yeming akan mentraktir anda.”
Suara Hu Yeming menggema di telinga, namun aku merasa sangat waswas juga curiga.
Kelihatan dengan jelas Hu Yeming sedang berusaha menjilat, tapi bagaimana mungkin hal ini terjadi?
Ketika ini sebuah bayangan tubuh gagah dan tinggi muncul didepan pintu, mengenakan pakaian santai handmade yang pas dengan bodynya, wajahnya tampan, disertai aura agung yang memancar dari dalam tulangnya.
“Apakah orang Hu Yeming ada datang?”
Tuan Kelima bertanya.
Aku mengangguk, “Kamu yang melakukannya?”
Pasti Tuan Kelima ada memberikan tekanan pada Hu Yeming sehingga ia menyuruh orang untuk mengantar barang kemari, bahkan menelepon secara langsung.
Tuan Kelima tersenyum tipis, duduk dikursi diseberangku, suasana hatinya terlihat lumayan, “Dia tidak termasuk bodoh.”
“Apa yang kamu lakukan?”
Aku merasa aneh, mendengar ucapan Hu Yeming barusan, seharusnya ia tidak akan mempersulitku juga Qiang Qiang untuk sementara.
Tuan Kelima berkata, ”Sedikit trik, kamu tidak perlu tahu sebanyak itu, asalkan kamu tahu aku yang membantumu saja sudah cukup.”
Novel Terkait
Love and Trouble
Mimi XuHarmless Lie
BaigeYama's Wife
ClarkLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieMy Cold Wedding
MevitaAnak Sultan Super
Tristan XuCintaku Yang Dipenuhi Dendam×
- Bab 1 Dua Keluarga
- Bab 2 Kelembutan Terakhir
- Bab 3 Masuk Penjara
- Bab 4 Tingkah Pelacur
- Bab 5 Memberikan Anaknya Kepada Yang Lain
- Bab 6 Seseorang Yang Kaya Dan Misterius
- Bab 7 Tak Terduga
- Bab 8 Begitu Membencimu
- Bab 9 Di Peternakan Kuda
- Bab 10 Campur Tangan Tuan Kelima
- Bab 11 Main Ganda
- Bab 12 Cinta Satu-Satunya
- Bab 13 Anakku
- Bab 14 Belajar Menyenangkanku
- Bab 15 Peran Yang Memalukan
- Bab 16 Penyesalan
- Bab 17 Penuh Keraguan
- Bab 18 Terperangkap
- Bab 19 Penuh dengan Akal Buruk
- Bab 20 Pasangan Serasi
- Bab 21 Memiliki Kesempatan
- Bab 22 Konferensi Pers
- Bab 23 Sangat Memalukan
- Bab 24 Tidak Ada Seorang Pun
- Bab 25 Ciuman Di Luar Kendali
- Bab 26 Membahayakan Dirinya Sendiri
- Bab 27 Paling Menyesal Pernah Mencintaimu
- Bab 28 Suatu Ancaman
- Bab 29 Orang-Orang Malang
- Bab 30 Antara Cinta Dan Benci
- Bab 31 Pembalasan Li Li
- Bab 32 Keterlaluan Bodohnya
- Bab 33 Bersedia Cuci Tangan dan Membuat Sup
- Bab 34 Gangguan Kepribadian
- Bab 35 Dia Mengidap Penyakit Kotor
- Bab 36 Kamu Hanya Bisa Menjadi Milikku
- Bab 37 Orang-Orang Munafik
- Bab 38 Skandal dan Gosip Melanda
- Bab 39 Dikurung
- Bab 40 Proposal Lamaran
- Bab 41 Sifat Tuan Muda
- Bab 42 Memanggil Wartawan
- Bab 43 Tidak Memahami
- Bab 44 Penyergapan Dimana-mana
- Bab 45 Ayah dan Putra yang Berpapasan
- Bab 46 Insting Ibu Dan Anak
- Bab 47 Permainan Mengerikan
- Bab 48 Godaan
- Bab 49 Keracunan Alkohol
- Bab 50 Dirimu Yang Kejam
- Bab 51 Seekor Rubah
- Bab 52 Marah Setengah Mati
- Bab 53 Sudah Di Jalur Yang Benar
- Bab 54 Dikacaukan Dua Kali
- Bab 55 Pria-Pria Brengsek
- Bab 56 Pemesan Kue Misterius
- Bab 57 Identitas Hu Yeming, Pimpinan Kejahatan
- Bab 58 Pandangan Cinta
- Bab 59 Balasan Jahat Untuk Orang Jahat
- Bab 60 Muntah
- Bab 61 Kekasih Lain
- Bab 62 Bantuan
- Bab 63 Bersama Di Mobil Mogok
- Bab 64 Waktu Itu Sangat Indah
- Bab 65 Menjijikan
- Bab 66 Gempa Bumi
- Bab 67 Menyerang Membabi Buta
- Bab 68 Golongan Darah Panda
- Bab 69 Dia Adalah Putramu !
- Bab 70 Ganti Rumah Sakit
- Bab 71 Siapa Yang Berbohong
- Bab 72 Kejutan
- Bab 73 Mengakui Pencuri Sebagai Ibunya
- Bab 74 Kembali Ke Tempat Semula
- Bab 75 Sudah Pergi
- Bab 76 Kesedihan Di Hati
- Bab 77 Ayah Angkat
- Bab 78 Membersihkan Pistol Keluar Api
- Bab 79 Gelang
- Bab 80 Merendahkan
- Bab 81 Membawa Pergi
- Bab 82 Seperti Seorang Kakak
- Bab 83 Kacau Balau
- Bab 84 Bersembunyi di Ruang Rahasia
- Bab 85 Istri Teman
- Bab 86 Kebakaran Besar
- Bab 87 Menyangkal
- Bab 88 Sinis
- Bab 89 Sedikit Trik
- Bab 90 Membayar Dengan Tubuh
- Bab 91 Seperti Mimpi
- Bab 92 Wanita Cantik Yang Kehilangan Kaki
- Bab 93 Potong Perutnya
- Bab 94 Chen Liyan Ditampar
- Bab 95 Pesta Topeng
- Bab 96 Langit Malam
- Bab 97 Pergi Jauh
- Bab 98 Menangkap Basah
- Bab 99 Aku Akan Tanggung Untukmu
- Bab 100 Rela Diselingkuhi
- Bab 101 Selalu Mencintainya
- Bab 102 Itu Dia
- Bab 103 Menjaganya
- Bab 104 Kejam
- Bab 105 Manusia Yang Tidak Memiliki Hati Nurani
- Bab 106 Membantu Dia Mengugurkan Anaknya
- Bab 107 Dia Menyukaimu
- Bab 108 Memaksa
- Bab 109 Tidak Masuk Akal
- Bab 110 Siapa Itu
- Bab 111 Hukuman Yang Mesra
- Bab 112 Malu Dan Marah
- Bab 113 Menyukai Orang Yang Memasak Mie
- Bab 114 Menikmati
- Bab 115 Aneh
- Bab 116 Kesedihan Hati di Kanada (1)
- Bab 116 Kesedihan Di Kanada (2)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (1)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (2)
- Bab 118 Masuk Perangkap (1)
- Bab 118 Masuk Perangkap (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (1)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (3)
- Bab 120 Jebakan (1)
- Bab 120 Jebakan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (1)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (3)
- Bab 122 Koma (1)
- Bab 122 Koma (2)
- Bab 123 Melepaskan (1)
- Bab 123 Melepaskan (2)
- Bab 123 Melepaskan (3)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (1)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (2)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (1)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (2)
- Bab 126 Sulit Dipercaya
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (1)
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (2)
- Bab 128 Relaks (1)
- Bab 128 Relaks (2)
- Bab 128 Relaks (3)
- Bab 129 Dirampok (1)
- Bab 129 Dirampok (2)
- Bab 129 Dirampok (3)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (1)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (2)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (1)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (2)
- Bab 132 Perangkap (1)
- Bab 132 Perangkap (2)
- Bab 133 Meninggikan (1)
- Bab 133 Meninggikan (2)
- Bab 134 Mempermalukan (1)
- Bab 134 Mempermalukan (2)
- Bab 135 Wanita Murahan (1)
- Bab 135 Wanita Murahan (2)
- Bab 136 Cadangan (1)
- Bab 136 Cadangan (2)
- Bab 137 Konflik (1)
- Bab 137 Konflik (2)
- Bab 138 Dinyatakan (1)
- Bab 138 Dinyatakan (2)
- Bab 139 Perubahan (1)
- Bab 139 Perubahan (2)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (1)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (2)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (1)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (2)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (1)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (2)
- Bab 143 Mengkhianati (1)
- Bab 143 Mengkhianati (2)
- Bab 144 Anak Siapa (1)
- Bab 144 Anak Siapa (2)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (1)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (2)
- Bab 146 Perencanaan (1)
- Bab 146 Perencanaan (2)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (1)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (2)
- Bab 148 Bajingan (1)
- Bab 148 Bajingan (2)
- Bab 149 Apakah Kamu Merasa Puas? (1)
- Bab 149 Apa Kamu Merasa Puas ? (2)
- Bab 150 Gila (1)
- Bab 150 Gila (2)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (1)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (2)
- Bab 153 Menyogok (1)
- Bab 152 Menyogok (2)
- Bab 153 Identitas (1)
- Bab 153 Identitas (2)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (1)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 155 Jatuh Cinta (1)
- Bab 155 Jatuh Cinta (2)
- Bab 156 Berciuman (1)
- Bab 156 Berciuman (2)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (1)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (2)
- Bab158 PindahTempat (1)
- Bab 158 Pindah Tempat (2)
- Bab 159 Serba Salah (1)
- Bab 159 Serba Salah (2)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (1)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (2)
- Bab 161 Bodoh Sekali (1)
- Bab 161 Bodoh Sekali (2)
- Bab 162 Tidak Tega (1)
- Bab 162 Tidak Tega (2)
- Bab 163 Jantung Berdebar (1)
- Bab 163 Jantung Berdebar (2)
- Bab 164 Pengkhianatan (1)
- Bab 164 Pengkhianatan (2)
- Bab 165 Wajah Memerah (1)
- Bab 165 Wajah Memerah (2)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (1)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (2)
- Bab 167 Pacar (1)
- Bab 167 Pacar (2)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 169 Mengusir (1)
- Bab 169 Mengusir (2)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (2)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (1)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (2)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (1)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (2)
- Bab 174 Sepupu (1)
- Bab 174 Sepupu (2)
- Bab 175 Mata-mata (1)
- Bab 175 Mata-Mata (2)
- Bab 176 Memeluk (1)
- Bab 176 Memeluk (2)
- Bab 177 Hantu Di Pemakaman
- Bab 177 Ketakutan Hantu Di Pemakaman
- Bab 178 Memihak Kesalahan (1)
- Bab 178 Memihak Kesalahan (2)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (1)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (2)
- Bab 180 Istri (1)
- Bab 180 Istri (2)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (1)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (2)
- Bab 182 Hati Dingin (1)
- Bab 182 Hati Dingin (2)
- Bab 183 Masuk Perangkap (1)
- Bab 183 Masuk Perangkap (2)
- Bab 184 Wanita Bodoh (1)
- Bab 184 Wanita Bodoh (2)
- Bab 185 Rela (1)
- BAB 185 Rela (2)
- Bab 186 Sembahyang (1)
- Bab 186 Sembahyang (2)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (1)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (2)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (1)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (2)
- Bab 189 Pukul (1)
- Bab 189 Pukul (2)
- bab 190 Bersikap Imut (1)
- bab 190 Bersikap Imut (2)
- Bab 191 Tipuan (1)
- bab 191 Tipuan (2)
- Bab 192 Pesta (1)
- Bab 192 Pesta (2)
- Bab 193 Muntah Darah (1)
- Bab 193 Muntah Darah (2)
- Bab 194 Pacar Baru (1)
- Bab 194 Pacar Baru (2)
- Bab 195 Panggil Mama (1)
- Bab 195 Panggil Mama (2)
- Bab 196 Tidur Bersama (1)
- Bab 196 Tidur Bersama (2)
- Bab 197 Panda (1)
- Bab 197 Panda (2)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (1)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (2)
- Bab 199 Menyalahkan (1)
- Bab 199 Menyalahkan (2)
- Bab 200 Penuaan Dini (1)
- Bab 200 Penuaan Dini (2)
- Bab 201 Suka atau Tidak Suka (1)
- Bab 201 Sama Tidak Sama
- Bab 202 Ganti Pasangan (1)
- Bab 202 Ganti Pasangan (2)
- Bab 203 Bodoh (1)
- Bab 203 Bodoh (2)
- Bab 204 Pelajaran (1)
- Bab 204 Pelajaran (2)
- Bab 205 Peduli (1)
- Bab 205 Peduli (2)
- Bab 206 Pertunangan (1)
- Bab 206 Pertunangan (2)
- Bab 207 Tuduhan (1)
- Bab 207 Tuduhan (2)
- Bab 208 Identitas (1)
- Bab 208 Identitas (2)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (1)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (2)
- Bab 210 Mimpi (1)
- Bab 210 Mimpi (2)
- Bab 211 Merindukanmu (1)
- Bab 211 Merindukanmu (2)
- Bab 212 Jarum Berdarah (1)
- Bab 212 Jarum Berdarah (2)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiri (1)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiiri (2)
- Bab 214 Tembakan (1)
- Bab 214 Tembakan (2)
- Bab 215 Keguguran (1)
- Bab 215 Keguguran (2)
- Bab 216 Harta Warisan (1)
- Bab 216 Harta Warisan (2)
- Bab 217 Perjalanan Bisnis (1)
- Bab 217 Perjalanan (2)
- Bab 218 Anak Kandung (1)
- Bab 218 Anak Kandung (2)
- Bab 219 Ayah (1)
- Bab 219 Ayah (2)
- Bab 220 Kejam (1)
- Bab 220 Kejam (2)
- Bab 221 Mandul (1)
- Bab 221 Mandul (2)
- Bab 222 Egois (1)
- Bab 222 Egois (2)
- Bab 232 Memberikan Pelukan (1)
- bab 232 Memberikan Pelukan (2)
- Bab 224 Menikah Denganmu (1)
- Bab 224 Menikah Denganmu (2)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (1)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (2)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (1)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (2)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (3)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (4)
- Bab 228 Garis Merah (1)
- Bab 228 Garis Merah (2)
- Bab 229 Dalam Masalah (1)
- Bab 229 Dalam Masalah (2)
- Bab 230 Muntah (1)
- Bab 230 Mual (2)
- Bab 231 Berbahaya (1)
- Bab 231 Berbahaya (2)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (1)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (2)
- Bab 233 Kecurigaan (1)
- Bab 233 Kecurigaan (2)
- Bab 234 Bantuan (1)
- Bab 234 Bantuan (2)
- Bab 235 Marah
- Bab 236 Dibebaskan (1)
- Bab 236 Dibebaskan (2)
- Bab 237 Pernikahan (1)
- Bab 237 Pernikahan (2)
- Bab 238 Munafik (1)
- Bab 238 Munafik (2)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (1)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (2)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (1)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (2)
- Bab 241 Gangguan (1)
- Bab 241 Gangguan (2)
- Bab 242 HIV (1)
- Bab 242 HIV(2)
- Bab 243 Pendarahan Otak (1)
- Bab 243 Pendarahan Otak (2)
- Bab 244 Tamparan (1)
- Bab 244 Tamparan (2)
- Bab 245 Keracunan Makanan (1)
- Bab 245 Keracunan Makanan (2)
- Bab 246 Selingkuh (1)
- Bab 246 Selingkuh (2)
- Bab 247 Vasektomi (1)
- Bab 247 Vasektomi (2)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (1)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (2)
- Bab 249 Canggung
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (1)
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (2)
- Bab 251 (Episode Terakhir) Kekerasan Tuan Muda
- Bab 252(Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (1)
- Bab 252 (Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (2)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (1)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (2)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (3)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (4)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (1)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (2)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (3)