Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 89 Sedikit Trik

Beberapa hari berlalu, aku menyanggah tongkat yang dibawakan oleh Jiayu dan turun dari ranjang. Meskipun kaki yang terluka tidak bisa menopang, namun aku bisa mulai belajar berjalan, jika terus berbaring seperti ini, mungkin kaki satunya akan lumpuh karena tidak digerakkan.

Aku berjalan di koridor rumah sakit, ditopang oleh tongkat setiap langkah terasa sangat berat, setiap langkah membuatku merasa kaki kiriku nyeri, namun rasa nyeri dan sakit ini tidak akan membuat tekadku untuk berjalan mundur.

Baru modar mandir beberapa kali, keringat sudah mengucur deras didahiku, baju pasien yang kukenakan juga sudah mulai basah oleh keringat.

Pintu lift terbuka dihadapanku, ada yang berjalan keluar namun aku tidak mengangkat kepala untuk melihat, aku hanya fokus pada langkahku yang dibantu oleh tongkat.

Namun tiba-tiba merasakan orang itu menghentikan langkahnya.

Aku mengangkat kepala melihat, seketika tatapanku bertemu dengan mata orang itu.

“Ada apa denganmu?”

Tuang Kelima menatapku dengan alis mengerut, ketika melihat kakiku.

“Terjadi sedikit kecelakaan, kakiku patah.”

Aku berkata dengan datar.

Ekspresi Tuan Kelima seketika berubah serius, “Kapan kejadiannya, kenapa aku tidak tahu?”

Tuan muda yang angkuh dan egois ini tiba-tiba bisa memperhatikanku.

“Sebulan yang lalu.” Aku menjawab.

Tuan Kelima berkata, “Orang Hu Yeming yang melakukannya?”

Aku terdiam, jika bukan Hu Yeming yang menjadi pendukungnya, aku yakin Chen Liyan tidak mungkin memiliki kemampuan sehebat itu, memaksa orang hingga mati tapi dirinya masih bisa bersenang-senang.

Tuan Kelima mengumpat, “Sialan, Hu Yeming, orangku pun berani kau sentuh!”

Telingaku seketika berkedut, melihat kearahnya dengan ekspresi terkejut, namun ia tidak menyadari ekspresiku yang berbeda dari biasanya, “Aku akan meminta pertanggungjawabannya!”

Tuan Kelima berbalik kembali masuk kedalam lift, dia pergi begitu saja, bahkan aku saja tidak tahu apa tujuannya datang ke rumah sakit tadi, mungkin pasien yang ingin ia tengok sedang menunggunya di ruang pasien, namun ia sudah pergi begitu saja.

Wajahku seketika merona.

Aku kembali kekamar dengan dibantu tongkat, aku melihat keluar melalui jendela, kendaraan diluar lalu lalang, entah mobil Tuan Kelima sudah jalan belum.

Malamnya, Qiang Qiang menelepon, “Mama, aku baik-baik saja dirumah nenek Wen Yiru, nenek mengajariku membaca, juga membacakan cerita untukku.”

Qiang Qiang bercerita banyak padaku, biasaya anaknya ini sangat diam, sangat mirip dengan ayahnya, namun hari ia mengatakan banyak hal, membuatku terkejut juga senang, “Lalu?”

Qiang Qiang berkata, “Nenek memainkan piano untukku, sangat indah, mama aku juga ingin belajar piano, aku ingin memainkan musik yang indah untuk mama.”

“Benar-benar anak mama yang baik.”

Aku berbicara dengan Qiang Qiang dengan wajah penuh senyum, hatiku penuh dengan kasih sayang seorang ibu dan rasa puas. Seandainya Qiang Qiang lahir dari pernikahannya dengan Mo Ziqian, lalu aku juga memiliki gaji yang besar, mungkin aku akan mencarikan guru piano untuk Qiang Qiang, aku berharap ia bisa memainkan musik yang paling indah di dunia.

Qiang Qiang mengobrol sangat lama denganku, memanggilku ‘mama’ berkali-kali, meskipun sudah tidak tahu ingin membicarakan apalagi, namun tetap saja tidak ingin memutus telepon, hingga Wen Yiru mengatakan kalau besok pagi akan datang menengokku, Qiang Qiang baru mematikan telepon dengan perasaan berat.

Dalam mimpiku seolah ada yang mengatakan padaku, “Untuk sementara ini aku tidak bisa datang menengokmu, ada hal perlu kuurus, jika sesuatu terjadi padaku, bawalah Qiang Qiang dan hiduplah dengan baik.”

Seperti mimpi namun terasa nyata, suara ini sangat familiar, seolah Mo Ziqian berada disamping ranjangku, seolah ada air mata yang menggenangi matanya, ketika aku akan mengusap air matanya aku tidak dapat menggapai apapun, hatiku terasa sedih, lalu terbangun.

Didalam kamar selain suster jaga yang tertidur di sampingnya, tidak ada orang lain lagi, sekelilingnya terasa sangat tenang.

Barusan itu mimpi?

Terasa nyata.

Aku ingin bangun, namun aku malah menjatuhkan ponsel disampingnya, suster terjaga karena mendengar suara, membuka mata lalu bertanya padaku dengan wajah bingung.

“Kak, ada apa?”

“Tidak apa, tolong bantu aku memungut ponselku.”

Aku berkata.

Suster bangun untuk memungut ponselku lalu menyerahkannya padaku, aku bertanya, “Apakah tadi kamu ada melihat seseorang masuk?”

Suster menggeleng, dengan wajah kebingungan, “Tidak ada, tidak ada siapa-siapa.”

“Baiklah, kamu lanjutkan tidurnya.”

Aku menggenggam ponselku dan kembali berbaring, berbaring cukup lama namun tidak tidur, setelah dua jam berlalu aku baru kembali tertidur.

Jam 9 pagi, Wen Yiru benar-benar mengajak Qiang Qiang datang menengok, ia mengenakan setelan baju baru, terlihat tampan bak ksatria, ketika tangan kecilnya digandeng Wen Yiru masuk, sepatu kecilnya berbunyi dan lampu warna warni berkelap kelip.

Begitu anak ini melihatku, ia segera berlari menghampiri, “Mama.”

Aku memeluknya, mengelus lembut kepalanya, “Anak baik, mama juga sangat merindukanmu.”

Qiang Qiang menengadahkan kepalanya dalam pelukanku, matanya yang bersinar seperti bintang, “Mama, nenek sudah mengajariku bermain piano, nenek juga memujiku sangat pintar.”

“Ohya. Qiang Qiang ku memang yang paling pintar.”aku berkata dengan penuh kasih.

Wen Yiru berkata, “Qiang Qiang sangat berbakat dibidang musik, kelak dia pasti akan sangat hebat dibidang ini.”

Seketika aku merasa lebih tenang, “Direktur Wen, terima kasih sudah menjaganya, beberapa waktu ini merepotkan anda.”

Wen Yiru melihatku sambil tersenyum, “Gadis bodoh, bukankah sudah kukatakan aku ingin merasakan bahagianya mengurus cucu, kenapa masih berterima kasih padaku? Seharusnya aku yang berterima kasih pada kalian, aku sudah hidup selama ini, namun baru sekarang menyadari kalau ada anak disisi kita bisa sebahagia ini.”

Tatapan Wen Yiru begitu dalam, detik itu, seolah teringat masa lalu yang sudah begitu lama, dia menggeleng perlahan, aku bisa melihat rasa sedih didalam matanya meski sekejap.

Seandainya dia benar ibu Mo Ziqian, mungkin saat Mo Ziqian masih sangat kecil sudah dibawa kabur.

Ketika aku sedang melamun, tiba-tiba mendengar Qiang Qiang berkata kearah pintu, “Kakek itu.”

Aku dan Wen Yiru hampir menengok bersamaan kearah pintu, disana berdiri seorang pria paruh baya yang berdiri membatu, ia mengenakan setelan jas hitam putih yang rapi, meski sudah berusia senja namun kegagahan sewaktu muda masih terlihat jelas, dan tatapannya lurus tertuju kearah Wen Yiru.

Dan orang ini tidak lain adalah Mo Cheng.

Wen Yiru memalingkan wajah, mengalihkan pandangan kearah Qiang Qiang, menyentuh hidung kecilnya dengan lembut dan berkata, “Siang ingin makan apa? Nenek minta bibi Wang untuk menyiapkannya untukmu.”

Wen Yiru seolah sedang berbicara dengan Qiang Qiang, namun bisa dirasakan kalau ia sebenarnya sengaja menghindar dari Mo Cheng.

Tepat saat Wen Yiru mengalihkan pandangannya, Mo Cheng juga menarik kembali tatapannya lalu berjalan masuk.

“Xiaoxiao, bagaimana kondisimu? Sudah bisa jalan?”

Mo Cheng bertanya dengan penuh perhatian padaku.

“Bisa jika pakai tongkat.”

Aku tersenyum pada Mo Cheng, Mo Cheng menghela nafas, “Benar-benar menyulitkan kalian.”

Ia lalu berbalik menatap Qiang Qiang, “Qiang Qiang, tinggal dirumah kakek mau? Ibumu sekarang sedang terluka, tidak bisa menjagamu, kamu tinggal dirumah kakek dulu, jika ibumu sudah sembuh baru kamu kembali, bagaimana?”

Qiang Qiang menggeleng, “Qiang Qiang tinggal dirumah nenek Wen.”

Tatapan Mo Cheng mendarat diwajah Wen Yiru, namun ia terlihat begitu tenang, menundukkan kepala sambil memeluk Qiang Qiang, entah sedang memikirkan apa.

“Maaf merepotkanmu menjaga Qiang Qiang.”

Entah bagaimana perasaan Mo Cheng ketika mengatakan ini kepada Wen Yiru, tatapannya terlihat campur aduk.

Wen Yiru menggendong Qiang Qiang sambil berkata dengan datar, “Tidak masalah, ini sudah seharusnya. Qiang Qiang, ayo ikut nenek, nenek ingin istirahat.”

“Oh.”

Qiang Qiang melambai padaku, “Bye mama.”

Lalu seperti teringat sesuatu kemudian melambai kearah Mo Cheng juga, “Bye kakek.”

“By….”

Mo Cheng baru mengangkat tangannya, namun tangannya seolah membatu, terasa berat, mengapung diudara, tidak tahu harus bergerak atau tidak, dan Qiang Qiang sudah digendong keluar oleh Wen Yiru.

Mo Cheng berbalik, dengan wajah agak muram, “Xiaoxiao, kamu istirahatlah dengan baik, lain kali aku kembali untuk menengokmu.”

Mo Cheng berjalan keluar begitu saja dengan perasaan murung.

Ekspresi Wen Yiru dan Mo Cheng, yang satu seolah ingin mengatakan sesuatu namun tidak bisa, satu lagi dingin bagai es, membuatku semakin yakin mereka berdua pasti pernah memiliki hubungan tidak diketahui orang lain.

Aku mengambil kedua tongkatku, baru berencana untuk keluar, ada dua orang pria yang masuk dari luar, satunya membawa segenggam bunga segar, satu lagi membawa satu kerangjang buah yang sangat besar, didalamnya dipenuhin buah yang segar dan terlihat lezat.

“Permisi, apakah anda nona Lin? Ini adalah sedikit buah tangan dari tuan Hu, mohon diterima.”

Kedua orang ini meletakkan bunga dan buah diatas meja, membungkuk dengan hormat lalu berbalik pergi.

Kedua tamu tidak diundang ini membuatku terpaku disana, kenapa Hu Yeming bisa mengantarkan ini untukku? Bukankah ini sangat mencurigakan?

Ketika aku sedang menerka-nerka, ponselku berbunyi, aku meletakkan tongkatku lalu mengangkat teleponku.

“Apakah ini nona Lin? Saya Hu Yeming.”

Terdengar suara yang membuat bulu kuduk berdiri dan darah seolah terhisap keluar.

Hu Yeming berkata : “Saya dengar anda terluka, barusan aku sengaja meminta dua orang bawahanku untuk mengantarkan bingkisan untukmu, apa kamu suka?”

Aku : “Apa maksudmu? Apa yang kamu rencanakan?”

Hu Yeming : “Nona Lin bercanda, anda adalah wanita Tuan Kelima, sebodoh-bodohnya saya juga tidak mungkin menyentuh orang Tuan Kelima iya kan?”

“Nona Lin istirahat lah yang baik, saya tidak akan mengganggu, ketika nona Lin keluar dari rumah sakit, jangan lupa memberitahukan pada saya, saya Hu Yeming akan mentraktir anda.”

Suara Hu Yeming menggema di telinga, namun aku merasa sangat waswas juga curiga.

Kelihatan dengan jelas Hu Yeming sedang berusaha menjilat, tapi bagaimana mungkin hal ini terjadi?

Ketika ini sebuah bayangan tubuh gagah dan tinggi muncul didepan pintu, mengenakan pakaian santai handmade yang pas dengan bodynya, wajahnya tampan, disertai aura agung yang memancar dari dalam tulangnya.

“Apakah orang Hu Yeming ada datang?”

Tuan Kelima bertanya.

Aku mengangguk, “Kamu yang melakukannya?”

Pasti Tuan Kelima ada memberikan tekanan pada Hu Yeming sehingga ia menyuruh orang untuk mengantar barang kemari, bahkan menelepon secara langsung.

Tuan Kelima tersenyum tipis, duduk dikursi diseberangku, suasana hatinya terlihat lumayan, “Dia tidak termasuk bodoh.”

“Apa yang kamu lakukan?”

Aku merasa aneh, mendengar ucapan Hu Yeming barusan, seharusnya ia tidak akan mempersulitku juga Qiang Qiang untuk sementara.

Tuan Kelima berkata, ”Sedikit trik, kamu tidak perlu tahu sebanyak itu, asalkan kamu tahu aku yang membantumu saja sudah cukup.”

Novel Terkait

Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu