Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 90 Membayar Dengan Tubuh

Ternyata Tuan Kelima yang membantuku, hatiku sangat tersentuh, meskipun tuan muda ini suka marah-marah, sifatnya juga keras, namun hatinya sangat lembut.

“Terima kasih.”

Aku menatapnya lembut, penuh dengan rasa terima kasih.

Tuan Kelima hanya tersenyum, mengangkat alisnya yang lancip melihat kearahku, “Bagaimana membalasku?”

“Ehm….”

Aku bisa membalas dengan apa, aku hanya memiliki tubuh ini, mungkin ini masih bisa bermanfaat untuknya.

“Bagaimana kalau membayar dengan tubuh?”

Ketika ucapan ini keluar dari mulutku, entah betapa malunya diriku, tidak peduli apapun yang ia pikirkan, yang pasti wajahku sangat merah.

Benar-benar merah, seperti awan yang terbakar, sama sekali tidak berani menatapnya.

Tuan Kelima hanya tertawa, dia menghampiri, mengangkat tangannya menopang daguku, “Tubuhmu ini benar-benar sulit untuk didapatkan, aku sudah menunggu selama ini, bagaimana jika kamu melayaniku setelah lukamu sembuh?”

Manusia ini mulai tidak waras lagi.

Wajahku seketika memerah, kedua mataku entah harus diarahkan kemana sebaiknya. Melihat tingkahku yang malu juga bingung, matanya yang bening dan indah bak permata tersenyum dengan nakal, “Aku akan menanti hari dimana kamu sembuh dan datang mencariku.”

Tuan Kelima menggigit bibirnya, ada senyuman yang menghiasi mata indahnya, setelah mengatakannya, ia pun langsung pergi.

Hatiku dibuat berbunga-bunga olehnya, entah di film mana yang mengatakan tentang hutang uang dibayar dengan tubuh, aku sudah berhutang terlalu banyak padanya, yang bisa kupakai untuk mambalasnya hanya tersisa tubuh ini.

Asalkan Tuan Kelima tidak menolak, aku bersedia membayar dengan tubuh yang tidak berarti ini. Semua sudah dewasa juga sudah melalui berbagai macam masalah dan kesulitan, aku sudah lama tidak memandang kesucian sebagai sesuatu yang penting lagi.

Meskipun kakiku belum bisa berjalan, namun aku sudah mengajukan untuk pulang dari rumah sakit, jika terus tinggal di rumah sakit seperti ini, tubuhku akan menjadi lebih rapuh.

Perusahaan memberiku cuti panjang, gaji yang diberikan hanya gaji pokok saja sesuai prosedur perusahaan, meskipun begitu aku sudah sangat berterima kasih.

Aku kembali ke rumah Jiayu, kami kembali lagi seperti dulu masing-masing menempati satu kamar, dia siang pergi kerja, aku turun ke lantai bawah untuk melatih kakiku seorang diri. Rumah Jiayu bersih, sudah disediakan sarapan untukku, setiap malam ia juga selalu membawakan makan malam untukku.

Wen Yiru membawa Qiang Qiang datang untuk menengokku beberapa kali, dia ingin aku pindah tinggal dirumahnya, aku menolaknya dengan halus, dia membantuku menjaga Qiang Qiang saja aku sudah berterima kasih padanya, aku tidak bisa merepotkannya lebih jauh lagi.

Selama bersama dengan Wen Yiru, terlihat kemajuan yang pesat pada Qiang Qiang, anak ini jadi lebih suka berbicara, suka tertawa, matanya yang indah bak bintang bersinar cerah, aura dalam dirinya juga berubah, terlihat lebih terpelajar juga gagah.

Semua ini tidak lepas dari perhatian Wen Yiru

Dan ini membuatku semakin yakin bahwa menitipkan Qiang Qiang padanya adalah pilihan yang paling tepat.

Ketika Qiang Qiang pergi, meskipun tidak rela, namun ia tetap berpamitan padaku sambil berkata, “Mama, kalau sudah sembuh ingat untuk menjemputku ya.”

Aku mengangguk sambil melambaikan tangan, meskipun tidak rela namun aku benar-benar tidak mampu memberinya kehidupan yang baik seperti disisi Wen Yiru.

Berita Mo Ziqian dan Chen Liyan sering terlihat dari ponsel, hubungan mereka begitu harmonis dan mesra, bersama-sama menghadiri wawancara juga acara yang diadakan perusahaan, sang pria gagah dan berwibawa, sang wanita cantik dan mempesona, tidak ada seorangpun yang meresa mereka tidak serasi.

Malah pernah ada yang bertanya apakah mereka berencana memberikan adik untuk putri mereka, Chen Liyan menyandar pada Mo Ziqian dengan malu-malu sambil berkata, “Ini harus bertanya pada Ziqian dulu.”

Lalu orang itu bertanya pada Mo Ziqian, “Presdir Mo, apakah anda berencana memberikan adik untuk putri anda?”

Mo Ziqian hanya menjawab dengan luwes sambil tersenyum, “Sedang diusahakan.”

Satu kata ‘sedang diusahakan’ membuat jarinya bergetar, Mo Ziqian pernah mengatakan kalau dirinya dan Chen Liyan tidak pernah berhubungan tubuh selain kecelakaan ketika acara reuni kali itu, namun sekarang mereka sudah mulai berusaha membuat anak.

Dan apakah dia tidak merasa kotor?

Chen Liyan pernah berselingkuh dengan sahabat Ziqian dibelakangnya, aku mematikan ponsel, kepala terasa mau pecah, hati seolah tersumbat.

Setelah lewat beberapa hari, aku kembali ke kantor untuk bekerja, meskipun berjalan dengan tongkat, namun sudah bisa melakukan beberapa pekerjaan ringan, rekan kerja juga sangat baik, mereka mengcover pekerjaan yang harus keluar kantor, hanya membiarkanku melakukan pekerjaan yang tidak melibatkan kakiku.

Hari ini divisi kamu ada makan bersama, aku juga ikut pergi. Setelah makan, semua keluar dari ruangan VIP, aku melihat dia orang

“Lihat, bukankah itu adalah Mo Ziqian dan istrinya, benar-benar serasi sekali.”

Ada yang berseru sehingga Chen Liyan menengok, Mo Ziqian juga ikut menghentikan langkahnya, Chen Liyan tersenyum dengan sangat manis, merangkul lengan Mo Ziqian, melambaikan tangannya pada wanita yang berseru tadi untuk menyapanya.

Lalu tatapan berikutnya dilayangkan padaku, senyum diwajahnya seketika penuh maksud.

Aku malas meladeni kedua orang ini, berjalan keluar dibantu oleh tongkat, seorang rekan kerja memapahku dengan sabar. Siapa sangka Chen Liyan malah berjalan menghampiriku.

“Aiyo, bukankah ini Lin Xiao? Kenapa kakimu?” Chen Liyan berlaga bodoh.

Dia mengenakan sepatu berhak lancip, mengenakan gaun biru langit yang anggun juga seksi, matanya dipenuhi senyuman, hangat bagai musim semi, indah bagai bunga yang bersemi, namun ucpaan yang keluar dari mulutnya tidak mungkin ada maksud baik.

“Aduh, kasian sekali, kaki yang baik-baik saja kenapa bisa cacat seperti ini?”

Aku memelototi wanita ini, “Matamu yang mana yang melihat kakiku cacat!”

“Betul!” rekan kerja yang memapahku juga sangat tidak suka mendengar ucapan yang baru saja ia katakan, “Kak Xiaoxiao hanya patah kaki, dimananya yang cacat!”

Namun Chen Liyan tertawa dengan riangnya seolah tidak mendengar ucapan kami, “Sudah menggunakan tongkat seperti itu bukankah karena sudah cacat?”

Setelah mengatakannya, Chen Liyan merangkul tangan Mo Ziqian lalu pergi, ia berjalan sambil berkata, “Ziqian, setelah pulang ingat untuk minum obat ya, kamu harus menjaga kondisi tubuhmu, dengan begitu kita baru bisa memberikan adik untuk Sisi. Sisi setiap hari memintaku cepat-cepat melahirkan seorang adik untuknya.”

Mendengar nada sombong Chen Liyan, hatiku bergejolak, tanganku menggenggam erat tongkat yang kupakai, hatiku seperti tersumpal kapas, aku mengigir bibir, namun hanya bisa mengatakan satu kata, “Tidak jijik?!”

Tubuh Mo Ziqian menegang, keduanya seolah menghentikan langkah bersamaan, tangan Chen Liyan yang merangkul lengan Mo ZIqian terlihat mengetat, aku tahu ucapanku tepat mengenai kelemahan mereka, lalu aku melanjutkan satu tusukan lagi, “Pria yang tidak jijik pada istrinya yang membawa sahabatnya sendiri naik keatas ranjang memang sangat jarang ditemui.”

“Kau!”

Chen Liyan marah, ia berbalik dan memelototiku.

Tapi aku malah hanya tersenyum padanya, senyumku memberitahunya dengan jelas, jika ingin marah silakan saja, tidak takut jika ada orang yang merasa tersindir.

Tentu saja Chen Liyan tidak berani, ia hanya bisa marah tapi tidak bisa menunjukkannya.

Namun Mo Ziqian bersuara, kedua matanya yang tegas menatapku tajam, “Nona Lin, hati-hati dengan ucapanmu, hanya karena ucapan yang tidak disengaja bisa membuat anda mendapat masalah.”

Setelah Mo Ziqian selesai mengatakannya, ia merangkul pinggang Chen Liyan lalu pergi seolah tidak pernah berbicara denganku, tidak akan melukai aku dan anakku, hanya orang asing.

Mungkin semua ucapan yang pernah diucapkan oleh orang ini hanya kebohongan, yang selalu dicintainya adalah Chen Liyan, sementara aku hanya pelariannya ketika ia kesepian.

Sekarang ia sudah cukup berlari, sudah saatnya kembali ke sisi orang yang ia cintai.

“Sedang apa berdiri disini?”

Terdengar suara Tuan Kelima dari belakang, aku berbalik, dia berdiri tidak jauh dibelakangku, cahaya lampu kristal besar membuat wajahnya yang tampan dikelilingi sinar yang menyilaukan.

Aku menopang dahiku dengan satu tangan, “Digigit anjing.”

Bibir Tuan Kelima mengangkat, terlihat tampang dan gagah, “Anjing gila mana yang tidak tahu melihat siapa majikannya?”

Entah ia melihat kejadian yang tadi atau tidak, ia berjalan menghampiri, lalu menggendongku, “Ayo, aku antar kamu pulang.”

Kedua tongkatku jatuh dilantai, aku berteriak, “Tongkatku.” Dan rekan kerjaku juga berteriak, “Kak Xiaoxiao?”

Tuan Kelima tersenyum dengan nakal, “Untuk apa memungutnya, nanti aku hadiahkan kamu kursi roda.”

Sial.

Aku membalikkan bola mata melihat sikapnya, manusia ini seperti tidak mengerti bahasa manusia, aku butuh tongkat karena aku harus latihan berjalan, memberikanku kursi roda apakah ia pikir aku ini gerobak?

Tuan Kelima memasukkanku kedalam mobil sport yang cantik, entah ada berapa banyak mobil yang ia miliki, setiap mobilnya membuatku kebingungan menyebut merknya.

Aku ingin kembali memungut tongkatku, namun untuk orang yang sedang cedera sepertiku, gerakanku tidak akan bisa dibandingkan dengan kecepatan mobil sportnya. Sekali ‘Syuuuttt’, mobil mundur dengan cepat, belum sempat mengenakan sabuk pengaman, tubuhku sudah terlempar kedepan, untung aku sempat menahan dengan tanganku, kalau tidak wajahku pasti sudah menghantam dashboard depan.

Aku hanya bisa melihat rekan kerjaku yang tercengang kebingungan melalui kaca mobil, melambaikan tangan mengisyaratkan mereka untuk tidak mempedulikanku.

Kelihatannya suasana hati Tuan Kelima cukup baik, mobilnya melaju dengan sangat cepat dijalanan malam yang sepi, kaca jendela terbuka, angin malam berhembus masuk, aku mendengar ia bersiul.

Entah lagu apa yang sedang ia nyanyikan, namun iramanya terdengar riang.

Dalam waktu singkat dia sudah mengantarku hingga apartemen, tanpa tongkat sangat sulit turun dari mobil, Tuan Kelima hanya tersenyum, turun dari kursi pengemudi, melangkah dengan besar, punggungnya menghadap kearahku, “Ayo, aku gendong kamu naik.”

Aku tercengang, Tuan Kelima sudah menguberku dengan tidak sabar, “kenapa, memandang rendah aku? Takut aku tidak kuat menggendongmu?”

Tiba-tiba ia berbalik, “Kamu berapa kilo?”

“Aku….”

Aku tidak mengerti kenapa suasananya berubah secepat itu, hanya diam terpaku disana.

Tuan Kelima tertawa kecil, dibawah remang-remang cahaya bulan, wajahnya terlihat polos dan manis seperti seorang bocah laki-laki yang besar, “jika melebihi 50kg aku harus mempertimbangkannya dengan baik, namun kelihatannya tidak sampai.”

Dia kembali berbalik, membungkukkan badannya, “Pundakku beluk pernah dinaiki oleh siapapun, hari ini khusus untukmu.”

Bibirku melengkung, ketika sedang ragu mau naik atau tidak, Tuan Kelima kembali berkata, “Ayo naik, kenapa bengong?”

Lalu kedua tanganku aku kalungkan di lehernya, menempelkan tubuhku ke pundaknya, tangan Tuan Kelima menjulur kebelakang, kedua tangannya menopang bokongku, menaikkannya keatas dengan sedikit dilempar, lalu ia menahan kedua pahaku dengan tangannya, menggendongku naik ke lantai atas dengan langkah besar.

Novel Terkait

Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu