Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 97 Pergi Jauh
Prosedur untuk kepergian Qiang Qiang ke Kanada sudah selesai diurus, tidak lama lagi, dia akan menuju Kanada bersama dengan Wen Yiru, hatiku terasa perih, sangat tidak tega, sebelum pergi, aku mengajak Qiang Qiang ke taman bermain terbesar didalam kota.
Sejak anakku kembali kesisiku, aku belum ada waktu juga kesempatan untuk mengajaknya bermain. Meskipun kakiku belum terlalu lincah, namun aku sudah bisa lepas dari tongkat, kami membeli dua lembar tiket, ibu dan anak bermain di taman bermain dengan sangat gembira.
Semua permainan yang bisa dimainkan oleh anak seusianya tidak ada yang terlewatkan, mendengar tawa anak yang begitu gembira, aku malah ingin menangis rasanya.
Hatiku sungguh tidak tega! Masih belum sampai ke detik perpisahan saja aku sudah sesedih ini.
Setelah beberapa jam lewat, Qiang Qiang sudah capek bermain, kami berdua turun dari wahana, berencana mencari tempat untuk makan.
Tiba didepan sebuah restoran, aku dan Qiang Qiang hampir diwaktu bersamaan melihat pria yang turun dari mobil mewah hitam, dia membungkuk menggendong turun seorang gadis, lalu seorang wanita muda turun, mereka bertiga adalah keluarga Mo Ziqian.
Aku ingin membawa Qiang Qiang pergi, namun anakku sudah melihatnya, dia sangat pengertian, matanya yang indah bak permata, menatap Mo Ziqian dengan tenang, terus melihatnya sampai ia menurunkan anak gadis itu, kedua ayah dan anak baru akan masuk ke restoran.
Anak gadis itu tiba-tiba berkata, “Papa, sepatuku jatuh.”
Tubuh Mo Ziqian yang membungkuk, terlihat begitu penuh kasih sayang, anak gadis yang sudah berusia kurang lebih 7 tahun, mengulurkan kakinya, tumitnya sedikit mengangkat, Mo Ziqian memegang pinggir sepatu merahnya, menekannya perlahan lalu memakaikannya.
Ketika ia berdiri, ia melihat kami.
Dalam kedua matanya yang dalam bukan tidak ada rasa kaget, namun hanya sesaat, Sisi menggandeng tangannya hendak masuk kedalam restoran
Namun Chen Liyan mengatakan, “Sisi, itu adikmu, sana pergi menyapanya.”
Tatapan Sisi mengarah kemari, melihatku dan Qiang Qiang, alis kecilnya langsung menekuk, menyentakkan kakinya dengan tidak senang, “Mama, jangan sembarangan bicara, aku mana punya adik, anak itu jelas-jelas anak haram, tante itu juga hanya orang jahat.”
Terlihat senyuman di menyungging di bibir Chen Liyan, matanya yang indah melengkuh penuh kebanggaan, tersenyum padanya dengan wajah mencibir.
Alis Mo Ziqian mengkerut, namun ia hanya membentak dengan pelan, “Sisi jangan sembarangan bicara.” Lalu ia menarik tangan Sisi masuk kedalam restoran seolah tidak melihat kami.
Terlihat senyum sinis di matanya, kedua tangannya menyilang didepan dadanya, “Sudah dengar kan, sekali anak haram tetap anak haram.”
Setelah mengatakannya, ia masuk ke restoran dengan angkuh.
Hatiku sangat sakit, tanpa sadar kuku ku masuk menusuk masuk kedalam dagingnya, ada api yang membara di dadaku, namun ku telan bulat-bulat, aku tidak ingin membuat Qiang Qiang melihat hal yang lebih tidak baik lagi, dia sudah cukup kasihan.
“Mama, kita tidak usah makan, kita pergi saja.”
Qiang Qiang tiba-tiba menarik tanganku.
Aku menundukkan kepala, melihat kepalanya menunduk, bulu matanya yang panjang menutupi matanya yang muram, matanya berkilau karena airmata yang menggenang didalam matanya.
Hatiku melembut, aku menunduk menggendongnya, pelipisku ditempelkan dipelipisnya tanpa mengatakan apapun, lalu pergi dari taman bermian.
Dijalan pulang, Qiang Qiang menundukkan kepala duduk didalam taksi dengan wajah muram, aku tahu hatinya sedih, paman Mo yang pernah menemaninya bermain bola, menjaganya selama beberapa hari, menyebut dirinya sebagai ayahnya, tidak lagi menginginkannya. Dan kakak Sisi yang dia panggil kakak malah mengatainya sebagai anak haram.
Meskipun usianya masih sangat kecil, namun ia berusaha menahan agar air matanya tidak jatuh, melihatnya seperti hatiku seperti tercabik.
Setelah kembali ke apartemen Wen Yiru, Qiang Qiang tetap terlihat murung, hingga malam tetap tidak ingin berbicara. Keesokannya adalah hari terakhir Qiang Qiang tinggal disini sebelum berangkat ke Kanada.
Dia bilang ingin pergi main bola, jadi aku menemaninya pergi.
Kakiku belum begitu lincah, namun aku tetap berusaha menerima bola yang ia tendang, kami berdua main bola sebentar, kakinya tergelincir, tiba-tiba kepalanya terbentur, dia tengkurap ditanah, sama sekali tidak bergerak.
Aku segera menghampiri, karena panik, kakiku seketika menjadi tidak stabil, “Qiang Qiang, bangun.”
Anak ini bukan anak yang manja, setiap kali jatuh ia akan bangun sendiri. Tapi kenapa dia hari ini? Apakah parah jatuhnya?
Aku semakin panik, segera mengangkat bahunya, “Qiang Qiang?” aku takut ia terbentur di tulang.
Tepat pada saat itu, aku mendengar suara tangis yang lirih dan tertahan.
Qiang Qiang sedang menangis, bahunya bergetar, airmata sudah membasahi wajahnya yang kecil dan lembut.
Anak yang sudah berkali-kali terluka namun tetap tegar, sekarang menangis.
Aku tahu, pasti karena bertemu Mo Ziqian kemarin. Anak yang biasanya begitu tegar pasti sekarang merasa sangat sedih.
Aku tidak membujuknya, hanya menepuk pundaknya dengan pelan, anak ini terus memendam perasaannya pada Mo Ziqian, namun sikap Mo Ziqian yang tidak memperdulikannya sangat membuatnya sedih.
Aku hanya menemaninya sampai dia merasa lebih lega.
Qiang Qiang menahan tangisnya, setelah beberapa saat ia berdiri lalu memelukku erat, “Mama, aku akan menunggumu di Kanada, kamu harus segera datang mencariku ya.”
Sebelumnya, Qiang Qiang tidak terlalu bersedia ke Kanada, namun ia sangat pengertian, ia tahu aku menginginkannya kesana, nenek Wen Yiru juga senang ia kesana, jadi ia menyutujui untuk kesana, namun hari ini, dia mengungkit Kanada lagi, Mo Ziqian, kamu benar-benar sudah melukai hati anak ini.
“Mama pasti akan mencarimu, paling telat akhir tahun mama pasti akan menyusul kesana.”
Aku mengelus pelan rambutnya yang hitam dan halus.
Besoknya, kami ibu dan anak juga Wen Yiru naik mobil yang dikendarai oleh asistennya menuju airport, ketika akan melewati bagian bea cukai, Mo Cheng datang terburu-buru.
“Tunggu dulu!”
Aku sekarang menahan air mata yang akan mengalir, menahan sakit perpisahan, Mo Cheng dibasahi oleh keringat, terengah-engah berhenti didepan bea cukai.
Wen Yiru menggandeng tangan Qiang Qiang, berbalik, wajah Wen Yiru seperti membeku disana, menatap dingin tamu tidak diundang.
Mo Cheng terlihat sangat panik, “Yiru, biarkan aku memeluk Qiang Qiang.”
Aku tidak menyangka Mo Cheng datang terburu-buru hanya untuk ini.
Bibir Wen Yiru terangkat dengan sinis, “Dirumahmu ada anak, ada cucu perempuan, untuk apa mengingat Qiang Qiang? Qiang Qiang bukan anak cucu keluargamu, pergilah.”
Ada ekspresi yang rumit diwajah Mo Cheng, “Yiru, aku tahu kamu membenciku, aku juga tahu kamu menjaga Qiang Qiang seperti kamu menjaga Ziqian, tapi aku adalah kakek Qiang Qiang, aku juga sangat merindukannya, namun kamu tidak pernah membiarkanku melihatnya. Sekarang kalian sudah akan pergi, kelak aku ingin melihatnya pasti akan sangat sulit, biarkanlah aku memeluknya sesaat.”
“Kamu berpikir terlalu jauh, Qiang Qiang ya Qiang Qiang, dia bukan barang pengganti. Qiang Qiang, ayo kita pergi.”
Wen Yiru menggandeng Qiang Qiang masuk ke bagian bea cukai.
Ada perasaan sakit yang melanda hatinya, menatap diam kepergian mereka.
Dan aku juga mengikuti bayangan anakku, nak, mama pasti akan pergi menengokmu.
“Maaf.”
Ketika Mo Cheng berbalik, ia mengatakan maaf, lalu pergi, namun langkahnya terlihat berat, bayangan tubuhnya yang tinggi terlihat sangat kesepian.
Mo Ziqian pasti anak Wen Yiru dan Mo Cheng, menurutku.
Pesawat terbang menuju Kanada, aku melihat pesawat yang dinaiki Qiang Qiang terbang dilangit.
Qiang Qiang, mama akan pergi menengokmu. Kamu baik-baiklah disana.
Dan yang tidak kutahu adalah, masih ada satu orang lagi yang diam-diam memperhatikan pesawat itu, terus melihat sampai pesawat itu menembus awan dan tidak terlihat.
Qiang Qiang pergi, hatiku juga jadi ikut kosong, menaiki kereta cepat untuk pulang, aku termenung, hingga telepon dari Tuan Kelima berdering.
“Dimana?”
“Diatas kereta cepat.” Aku menjawab.
Seperti biasa, setelah ia selesai bicara ia langsung mematikan handphone.
Aku mengkerutkan alis, membayangkan masih harus capek-capek memasak, masih harus dikritik oleh Tuan Kelima, kepala langsung gatal.
Malam, aku menenteng bahan makanan ke apartemen Tuan Kelima.
Begitu masuk, wajah Tuan Kelima yang tampan hingga tidak tertolong, mendekat, sepasang matanya yang bening memandang wajahku dari kanan ke kiri, “Em, tidak terlihat, untung tidak cacat.”
Bibirku mengangkat, mengangkat bahan masakan ke dapur tanpa mempedulikannya.
Jarinya yang panjang dan ramping menggenggam gelas wine, menyender didepan pintu dapur, menatapku dengan wajah malas, “Sepertinya aku melihat Mo Ziqian.”
Dia tiba-tiba berkata.
Pundakku tiba-tiba menegang, lalu mendengarnya berkata lagi, “Dia berdiri didepan jendela, namun sekarang sudah pergi.”
Tanganku membatu.
“Bagaimana anak angkatku? Sepertinya aku sudah lama tidak melihatnya.”
Tuan Kelima berkata dengan pelan.
“Dia sudah ke Kanada.” Aku berkata sambil memetik sayur.
Tuan Kelima bertanya, “Dengan yang bernama Wen?”
“Em.”
Tuan Kelima menggeleng, “Kelihatannya kamu tidak mempercayaiku, meskipun aku sudah berjanji akan melindungi kalian berdua, kamu tetap saja membiarkannya pergi.”
Aku, “Bukan, aku hanya ingin ia mendapatkan pendidikan yang terbaik, hanya Wen Yiru yang mampu memberikannya.”
Tuan Kelima, “Ini pandangan Qiang Qiang?”
Aku lanjut memetik sayur di tanganku, namun tidak ada balasan.
Tuan Kelima menggoyangkan gelas wine ditangannya, “Kelihatannya kamu memaksakan cara pandangmu kepada Qiang Qiang, anak itu sama sekali tidak ingin pergi, namun kamu mengatakan banyak kebaikan untuknya jika kesana, jadi anak yang begitu penurut memilih untuk pergi, benarkan?”
Ucapan Tuan Kelima tepat mengenai hatiku.
Jariku mulai gemetar, aku merindukan Qiang Qiang, meskipun baru berpisah beberapa jam, namun aku sudah merindukannya.
Air mataku mulai mengalir lagi.
Rasa sedih ini sama sekali tidak bisa kukendalikan, hanya ibu yang merasakan bagaimana dipisahkan dari darah dagingnya sendiri yang dapat memahaminya.
Tuan Kelima menghela nafas, dia meletakkan gelas winenya diatas meja bar didapur, berjalan menghampiri, merangkul bahuku, “Bodoh sekali, anak mana yang ingin berpisah dengan ibu sendiri? Meskipun mati juga tidak ingin.”
Novel Terkait
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam×
- Bab 1 Dua Keluarga
- Bab 2 Kelembutan Terakhir
- Bab 3 Masuk Penjara
- Bab 4 Tingkah Pelacur
- Bab 5 Memberikan Anaknya Kepada Yang Lain
- Bab 6 Seseorang Yang Kaya Dan Misterius
- Bab 7 Tak Terduga
- Bab 8 Begitu Membencimu
- Bab 9 Di Peternakan Kuda
- Bab 10 Campur Tangan Tuan Kelima
- Bab 11 Main Ganda
- Bab 12 Cinta Satu-Satunya
- Bab 13 Anakku
- Bab 14 Belajar Menyenangkanku
- Bab 15 Peran Yang Memalukan
- Bab 16 Penyesalan
- Bab 17 Penuh Keraguan
- Bab 18 Terperangkap
- Bab 19 Penuh dengan Akal Buruk
- Bab 20 Pasangan Serasi
- Bab 21 Memiliki Kesempatan
- Bab 22 Konferensi Pers
- Bab 23 Sangat Memalukan
- Bab 24 Tidak Ada Seorang Pun
- Bab 25 Ciuman Di Luar Kendali
- Bab 26 Membahayakan Dirinya Sendiri
- Bab 27 Paling Menyesal Pernah Mencintaimu
- Bab 28 Suatu Ancaman
- Bab 29 Orang-Orang Malang
- Bab 30 Antara Cinta Dan Benci
- Bab 31 Pembalasan Li Li
- Bab 32 Keterlaluan Bodohnya
- Bab 33 Bersedia Cuci Tangan dan Membuat Sup
- Bab 34 Gangguan Kepribadian
- Bab 35 Dia Mengidap Penyakit Kotor
- Bab 36 Kamu Hanya Bisa Menjadi Milikku
- Bab 37 Orang-Orang Munafik
- Bab 38 Skandal dan Gosip Melanda
- Bab 39 Dikurung
- Bab 40 Proposal Lamaran
- Bab 41 Sifat Tuan Muda
- Bab 42 Memanggil Wartawan
- Bab 43 Tidak Memahami
- Bab 44 Penyergapan Dimana-mana
- Bab 45 Ayah dan Putra yang Berpapasan
- Bab 46 Insting Ibu Dan Anak
- Bab 47 Permainan Mengerikan
- Bab 48 Godaan
- Bab 49 Keracunan Alkohol
- Bab 50 Dirimu Yang Kejam
- Bab 51 Seekor Rubah
- Bab 52 Marah Setengah Mati
- Bab 53 Sudah Di Jalur Yang Benar
- Bab 54 Dikacaukan Dua Kali
- Bab 55 Pria-Pria Brengsek
- Bab 56 Pemesan Kue Misterius
- Bab 57 Identitas Hu Yeming, Pimpinan Kejahatan
- Bab 58 Pandangan Cinta
- Bab 59 Balasan Jahat Untuk Orang Jahat
- Bab 60 Muntah
- Bab 61 Kekasih Lain
- Bab 62 Bantuan
- Bab 63 Bersama Di Mobil Mogok
- Bab 64 Waktu Itu Sangat Indah
- Bab 65 Menjijikan
- Bab 66 Gempa Bumi
- Bab 67 Menyerang Membabi Buta
- Bab 68 Golongan Darah Panda
- Bab 69 Dia Adalah Putramu !
- Bab 70 Ganti Rumah Sakit
- Bab 71 Siapa Yang Berbohong
- Bab 72 Kejutan
- Bab 73 Mengakui Pencuri Sebagai Ibunya
- Bab 74 Kembali Ke Tempat Semula
- Bab 75 Sudah Pergi
- Bab 76 Kesedihan Di Hati
- Bab 77 Ayah Angkat
- Bab 78 Membersihkan Pistol Keluar Api
- Bab 79 Gelang
- Bab 80 Merendahkan
- Bab 81 Membawa Pergi
- Bab 82 Seperti Seorang Kakak
- Bab 83 Kacau Balau
- Bab 84 Bersembunyi di Ruang Rahasia
- Bab 85 Istri Teman
- Bab 86 Kebakaran Besar
- Bab 87 Menyangkal
- Bab 88 Sinis
- Bab 89 Sedikit Trik
- Bab 90 Membayar Dengan Tubuh
- Bab 91 Seperti Mimpi
- Bab 92 Wanita Cantik Yang Kehilangan Kaki
- Bab 93 Potong Perutnya
- Bab 94 Chen Liyan Ditampar
- Bab 95 Pesta Topeng
- Bab 96 Langit Malam
- Bab 97 Pergi Jauh
- Bab 98 Menangkap Basah
- Bab 99 Aku Akan Tanggung Untukmu
- Bab 100 Rela Diselingkuhi
- Bab 101 Selalu Mencintainya
- Bab 102 Itu Dia
- Bab 103 Menjaganya
- Bab 104 Kejam
- Bab 105 Manusia Yang Tidak Memiliki Hati Nurani
- Bab 106 Membantu Dia Mengugurkan Anaknya
- Bab 107 Dia Menyukaimu
- Bab 108 Memaksa
- Bab 109 Tidak Masuk Akal
- Bab 110 Siapa Itu
- Bab 111 Hukuman Yang Mesra
- Bab 112 Malu Dan Marah
- Bab 113 Menyukai Orang Yang Memasak Mie
- Bab 114 Menikmati
- Bab 115 Aneh
- Bab 116 Kesedihan Hati di Kanada (1)
- Bab 116 Kesedihan Di Kanada (2)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (1)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (2)
- Bab 118 Masuk Perangkap (1)
- Bab 118 Masuk Perangkap (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (1)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (3)
- Bab 120 Jebakan (1)
- Bab 120 Jebakan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (1)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (3)
- Bab 122 Koma (1)
- Bab 122 Koma (2)
- Bab 123 Melepaskan (1)
- Bab 123 Melepaskan (2)
- Bab 123 Melepaskan (3)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (1)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (2)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (1)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (2)
- Bab 126 Sulit Dipercaya
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (1)
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (2)
- Bab 128 Relaks (1)
- Bab 128 Relaks (2)
- Bab 128 Relaks (3)
- Bab 129 Dirampok (1)
- Bab 129 Dirampok (2)
- Bab 129 Dirampok (3)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (1)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (2)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (1)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (2)
- Bab 132 Perangkap (1)
- Bab 132 Perangkap (2)
- Bab 133 Meninggikan (1)
- Bab 133 Meninggikan (2)
- Bab 134 Mempermalukan (1)
- Bab 134 Mempermalukan (2)
- Bab 135 Wanita Murahan (1)
- Bab 135 Wanita Murahan (2)
- Bab 136 Cadangan (1)
- Bab 136 Cadangan (2)
- Bab 137 Konflik (1)
- Bab 137 Konflik (2)
- Bab 138 Dinyatakan (1)
- Bab 138 Dinyatakan (2)
- Bab 139 Perubahan (1)
- Bab 139 Perubahan (2)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (1)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (2)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (1)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (2)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (1)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (2)
- Bab 143 Mengkhianati (1)
- Bab 143 Mengkhianati (2)
- Bab 144 Anak Siapa (1)
- Bab 144 Anak Siapa (2)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (1)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (2)
- Bab 146 Perencanaan (1)
- Bab 146 Perencanaan (2)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (1)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (2)
- Bab 148 Bajingan (1)
- Bab 148 Bajingan (2)
- Bab 149 Apakah Kamu Merasa Puas? (1)
- Bab 149 Apa Kamu Merasa Puas ? (2)
- Bab 150 Gila (1)
- Bab 150 Gila (2)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (1)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (2)
- Bab 153 Menyogok (1)
- Bab 152 Menyogok (2)
- Bab 153 Identitas (1)
- Bab 153 Identitas (2)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (1)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 155 Jatuh Cinta (1)
- Bab 155 Jatuh Cinta (2)
- Bab 156 Berciuman (1)
- Bab 156 Berciuman (2)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (1)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (2)
- Bab158 PindahTempat (1)
- Bab 158 Pindah Tempat (2)
- Bab 159 Serba Salah (1)
- Bab 159 Serba Salah (2)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (1)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (2)
- Bab 161 Bodoh Sekali (1)
- Bab 161 Bodoh Sekali (2)
- Bab 162 Tidak Tega (1)
- Bab 162 Tidak Tega (2)
- Bab 163 Jantung Berdebar (1)
- Bab 163 Jantung Berdebar (2)
- Bab 164 Pengkhianatan (1)
- Bab 164 Pengkhianatan (2)
- Bab 165 Wajah Memerah (1)
- Bab 165 Wajah Memerah (2)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (1)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (2)
- Bab 167 Pacar (1)
- Bab 167 Pacar (2)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 169 Mengusir (1)
- Bab 169 Mengusir (2)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (2)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (1)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (2)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (1)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (2)
- Bab 174 Sepupu (1)
- Bab 174 Sepupu (2)
- Bab 175 Mata-mata (1)
- Bab 175 Mata-Mata (2)
- Bab 176 Memeluk (1)
- Bab 176 Memeluk (2)
- Bab 177 Hantu Di Pemakaman
- Bab 177 Ketakutan Hantu Di Pemakaman
- Bab 178 Memihak Kesalahan (1)
- Bab 178 Memihak Kesalahan (2)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (1)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (2)
- Bab 180 Istri (1)
- Bab 180 Istri (2)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (1)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (2)
- Bab 182 Hati Dingin (1)
- Bab 182 Hati Dingin (2)
- Bab 183 Masuk Perangkap (1)
- Bab 183 Masuk Perangkap (2)
- Bab 184 Wanita Bodoh (1)
- Bab 184 Wanita Bodoh (2)
- Bab 185 Rela (1)
- BAB 185 Rela (2)
- Bab 186 Sembahyang (1)
- Bab 186 Sembahyang (2)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (1)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (2)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (1)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (2)
- Bab 189 Pukul (1)
- Bab 189 Pukul (2)
- bab 190 Bersikap Imut (1)
- bab 190 Bersikap Imut (2)
- Bab 191 Tipuan (1)
- bab 191 Tipuan (2)
- Bab 192 Pesta (1)
- Bab 192 Pesta (2)
- Bab 193 Muntah Darah (1)
- Bab 193 Muntah Darah (2)
- Bab 194 Pacar Baru (1)
- Bab 194 Pacar Baru (2)
- Bab 195 Panggil Mama (1)
- Bab 195 Panggil Mama (2)
- Bab 196 Tidur Bersama (1)
- Bab 196 Tidur Bersama (2)
- Bab 197 Panda (1)
- Bab 197 Panda (2)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (1)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (2)
- Bab 199 Menyalahkan (1)
- Bab 199 Menyalahkan (2)
- Bab 200 Penuaan Dini (1)
- Bab 200 Penuaan Dini (2)
- Bab 201 Suka atau Tidak Suka (1)
- Bab 201 Sama Tidak Sama
- Bab 202 Ganti Pasangan (1)
- Bab 202 Ganti Pasangan (2)
- Bab 203 Bodoh (1)
- Bab 203 Bodoh (2)
- Bab 204 Pelajaran (1)
- Bab 204 Pelajaran (2)
- Bab 205 Peduli (1)
- Bab 205 Peduli (2)
- Bab 206 Pertunangan (1)
- Bab 206 Pertunangan (2)
- Bab 207 Tuduhan (1)
- Bab 207 Tuduhan (2)
- Bab 208 Identitas (1)
- Bab 208 Identitas (2)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (1)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (2)
- Bab 210 Mimpi (1)
- Bab 210 Mimpi (2)
- Bab 211 Merindukanmu (1)
- Bab 211 Merindukanmu (2)
- Bab 212 Jarum Berdarah (1)
- Bab 212 Jarum Berdarah (2)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiri (1)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiiri (2)
- Bab 214 Tembakan (1)
- Bab 214 Tembakan (2)
- Bab 215 Keguguran (1)
- Bab 215 Keguguran (2)
- Bab 216 Harta Warisan (1)
- Bab 216 Harta Warisan (2)
- Bab 217 Perjalanan Bisnis (1)
- Bab 217 Perjalanan (2)
- Bab 218 Anak Kandung (1)
- Bab 218 Anak Kandung (2)
- Bab 219 Ayah (1)
- Bab 219 Ayah (2)
- Bab 220 Kejam (1)
- Bab 220 Kejam (2)
- Bab 221 Mandul (1)
- Bab 221 Mandul (2)
- Bab 222 Egois (1)
- Bab 222 Egois (2)
- Bab 232 Memberikan Pelukan (1)
- bab 232 Memberikan Pelukan (2)
- Bab 224 Menikah Denganmu (1)
- Bab 224 Menikah Denganmu (2)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (1)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (2)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (1)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (2)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (3)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (4)
- Bab 228 Garis Merah (1)
- Bab 228 Garis Merah (2)
- Bab 229 Dalam Masalah (1)
- Bab 229 Dalam Masalah (2)
- Bab 230 Muntah (1)
- Bab 230 Mual (2)
- Bab 231 Berbahaya (1)
- Bab 231 Berbahaya (2)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (1)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (2)
- Bab 233 Kecurigaan (1)
- Bab 233 Kecurigaan (2)
- Bab 234 Bantuan (1)
- Bab 234 Bantuan (2)
- Bab 235 Marah
- Bab 236 Dibebaskan (1)
- Bab 236 Dibebaskan (2)
- Bab 237 Pernikahan (1)
- Bab 237 Pernikahan (2)
- Bab 238 Munafik (1)
- Bab 238 Munafik (2)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (1)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (2)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (1)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (2)
- Bab 241 Gangguan (1)
- Bab 241 Gangguan (2)
- Bab 242 HIV (1)
- Bab 242 HIV(2)
- Bab 243 Pendarahan Otak (1)
- Bab 243 Pendarahan Otak (2)
- Bab 244 Tamparan (1)
- Bab 244 Tamparan (2)
- Bab 245 Keracunan Makanan (1)
- Bab 245 Keracunan Makanan (2)
- Bab 246 Selingkuh (1)
- Bab 246 Selingkuh (2)
- Bab 247 Vasektomi (1)
- Bab 247 Vasektomi (2)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (1)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (2)
- Bab 249 Canggung
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (1)
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (2)
- Bab 251 (Episode Terakhir) Kekerasan Tuan Muda
- Bab 252(Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (1)
- Bab 252 (Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (2)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (1)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (2)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (3)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (4)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (1)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (2)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (3)