Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 142 Bentuk Aslinya (2)

“Hei, siapa ini!”

Ada seorang wanita yang sedang menggoyangkan pinggang rampingnya menatapku, sedikit mengerutkan alisnya, tidak begitu senang.

“Kenapa ada yang datang tanpa diundang.”

Wanita itu mengomel dengan sangat marah

Tatapan Tuan kelima menoleh ke arahku, dia sedikit menyipitkan matanya, tetapi batuk yang keras juga mengikuti.

Cairan alkohol di tangan Tuan kelima itu memercik keluar, dan dia belum berhenti batuk.

“Tuan kelima! Tuan kelima!”

Beberapa wanita mendekatinya dan menyatakan keprihatinan mereka.

Namun Tuan kelima mendorong mereka semua, “Terus menari!”

Para wanita tidak berani menyinggung dewa kekayaan, jadi mereka membuka pola tarian kelompok. Mata Tuan kelima yang indah menatapku dengan tatapan ganas, “Untuk apa kamu datang ke sini?”

“Kalian semua keluar.”

Aku tidak ingin wanita-wanita ini mendengarkan pembicaraan aku dan Tuan kelima.

Para wanita itu memandangku dengan tatapan menghina, “Hei, siapa kamu, untuk apa kami menurutimu, kamu kira kamu itu siapa!”

“Keluar!”

Tuan kelima berkata dengan nada rendah dan beberapa wanita itu tidak berani mengatakan apa pun, dan pergi.

Tuan kelima barulah mengangkat matanya yang ganas padaku, “Apakah kamu datang untuk memohon padaku lagi?”

“Ya, aku di sini untuk memohon padamu, tolong angkat tanganmu dan biarkan aku pergi.”

Tuan kelima melengkungkan bibirnya dan tersenyum, “Apa yang mereka katakan benar, kamu kira siapa dirimu? Kamu menyangka kamu berhak berbicara denganku!”

Tuan kelima berdiri, tetapi batuk yang mendadak membuatnya membungkukkan badannya. Aku melihatnya batuk dengan keras, aku mulai khawatir, “Apa yang terjadi padamu?”

“Apa yang terjadi padaku, apa hubungannya denganmu.”

Tuan kelima berkata menyindirku, tersenyum dingin akan pergi, namun tidak tahu apakah karena merasa tidak enak badan, atau karena mabuk, dia menabrak meja kopi, mengeluarkan suara bang, sudut meja kopi tertindih ke tulang kakinya, aku melihat wajahnya yang tampan sedikit berubah bentuk.

Tuan kelima berjalan melangkah keluar, tetapi langkahnya terlihat berat, dan bentuk tubuhnya terhuyung-huyung, aku dengan ragu menatap sosok kepergiannya berjalan sampai di pintu, lalu perlahan-lahan jatuh memiring.

“Tuan kelima?”

Aku segera bergegas mendekati.

“Bawa aku pulang.”

Tuan kelima duduk di lantai, nafas yang dihembus keluar pun terasa panas.

Aku mengulurkan tangan menyentuh dahinya, dan dahinya terasa panas. Orang ini, sudah demam masih saja bersenang-senang di May Club.

“Aku akan mengantarmu ke rumah sakit, kamu sedang demam.”

“Aku bilang pulang!”

Tuan kelima berteriak marah.

Aku tertegun dan mengangkat lengannya ke atas bahuku tanpa mengatakan apapun. Bentuk tubuhnya besar dan tinggi, dengan kekuatanku sendiri, sama sekali tidak dapat mengangkatnya. Itu adalah kekuatannya sendiri melalui bahuku dan tangan satunya lagi memegang kusen pintu dan perlahan-lahan berdiri.

Aku membawanya keluar dari May Club dan membantu mengangkatnya ke dalam mobil, dia melemparkan kunci mobil padaku, “Kendarai mobil.”

Aku mengendarai mobil Tuan kelima dan mengantarnya kembali ke apartemen. Aku ingat bahwa rumah orang ini tidak pernah menaruh peralatan medis, jadi aku langsung mengendarai mobil pergi ke apotek luar untuk membeli beberapa obat penurun demam dan antibiotik.

Ketika aku memasuki rumah, Tuan kelima berbaring di ranjang besar di kamar tidur, dengan posisi tidur menghadap ke langit, kedua tangan dan kaki terbuka lebar seperti gaya bintang laut, tidak melepaskan pakaian dan sepatu masih dikenakan di kaki. Tidak tahu apakah itu karena efek alkohol, atau karena demam, dia menggelengkan kepalanya dan tidak berhenti mengerang.

Aku pergi menuangkan segelas air dan mengambil obat penurun demam, berdiri di samping ranjang dan memanggilnya, “Minum dulu obat penurun demam, kalau tidak demam akan merusak otakmu.”

Tuan kelima seperti tidak terdengar, masih mengomel di dalam mulutnya, “Tidak nyaman, bu, tidak nyaman.”

Aku mengerutkan kening, dan tiba-tiba aku teringat, pada hari ini di tahun yang lalu, aku pernah melihat Tuan kelima sedang mengunjungi di makam ibunya di pinggiran kota. Dihitung-hitung, hari ini seharusnya adalah hari ibunya meninggal.

Tidak heran bisa minum sampai begini.

Hanya saja orang ini sudah hampir berusia tiga puluh tahun. Ketika demam, saja memanggil ibu.

Aku duduk, lalu membalikkan wajahnya dan membuka mulutnya lalu memasukkan obat ke mulutnya, “Makan dulu obat itu, baru memanggil ibumu.”

Pada saat ini, aku menemukan bahwa kulit Tuan kelima semakin panas.

Dia tiba-tiba memelototiku, “Apa yang kamu katakan!”

“Tidak apa-apa.”

Aki tidak ingin menyinggung Tuan ini, karena aku datang untuk memintanya melepaskan aku, melepaskan Kaiwelz.

Aku menyerahkan gelas air ke mulutnya dan meminum seteguk air. Namun tatapannya masih ganas dan menakutkan.

Setelah aku meletakkan gelas itu, aku berdiri dan berkata: “Alasan demam pada dirimu tidak diketahui, aku sarankan kamu pergi ke rumah sakit untuk melihat, obat ini hanya dapat meredakan demam, kalau tubuhmu memiliki masalah, beberapa jam kemudian akan kambuh kembali, jangan merusak kesehatan tubuhmu.”

Tuan kelima tiba-tiba menarik pergelangan tanganku, pandangannya masih agak ragu, tetapi ada beberapa kekuatan tekanan yang berbahaya.

Dia demam, dan tidak sadarkan diri. Aku sama sekali tidak dapat mengatakan apa pun padanya, namun tangan yang menarik di pergelangan tanganku tiba-tiba mengencang. “Aku masih sakit, kamu tidak tidak boleh pergi!”

Sifat khas Tuan kelima yang sombong muncul lagi.

Aku terdiam, “Tuan kelima, aku memiliki sesuatu untuk dibicarakan denganmu, tetapi kamu sekarang kurang sadar, aku berada di sini juga memboroskan waktu. Lebih baik aku kembali untuk beristirahat.”

Wajah Tuan kelima menjadi dingin, wajahnya memerah, tetapi matanya sangat dingin, “Kalau kamu kembali, maka tidak perlu membicarakannya lagi.”

Aku: .........

Aku tertegun dan duduk diam, “Apakah kamu bersedia menyetujui perubahan pengacara Kaiwelz?”

Namun Tuan kelima mengabaikan kata-kataku, “Karena terluka oleh Mo Ziqian, lalu ingin melarikan diri? Benar-benar wanita yang tak berguna, tidak heran akan membiarkan seorang anak berusia delapan tahun buang air besar di atas kepalamu!”

Aku: ........

Benar-benar tidak dapat berkata, dan ucapan orang ini benar-benar sangat kotor.

“Kamu sebaiknya merawat dirimu dulu, demam seperti ini, tidak takut ibumu sedih di bawah sana ya!”

Tuan kelima mendengus, tidak melayaniku.

Orang ini seperti anak kecil.

Aku bangkit dan ingin pergi. Tuan kelima berkata lagi dengan membawa nada suara tidak tahu malu, “Aku lapar, buatkan sup untukku.”

Aku menatap pria itu dengan tatapan tak berdaya, “Oke.”

Aku pergi ke dapur, sangat jelas tidak ada apa-apa di dapur tuan muda ini, aku hanya bisa berjalan dibawah bintang-bintang di atas langit dan pergi membeli beberapa bahan dan kembali sibuk di dalam dapur.

Ketika aku selesai membuat sup, aku masuk dan memanggilnya, tetapi aku melihat bahwa pria itu sudah tidur dengan mata tertutup. Lapisan merah di wajahnya berangsur-angsur berkurang, aku mengulurkan tangan dan menyentuhnya, dahinya berkeringat.

Orang ini sudah tidak demam.

Aku diam-diam membungkukkan badanku, melepaskan sepatunya yang bersinar, menambahkan selimut di atas tubuhnya, dan keluar.

Sup yang sudah disiapkan, kuletakkan dalam waktu yang lama, akan menjadi tidak enak, aku hanya bisa memakannya sendiri. Aku bersiap-siap untuk memasakkan seporsi lagi ketika Tuan muda itu bangun.

Terdengar bisikan seperti anak yang bergumam di kamar: “Bu.....”

Aku memegang mangkuk dan lanjut makan.

Tuan kelima setelah memanggil beberapa kali ibu, langsung tidak ada suara lagi. Aku pikir dia tertidur lagi, namun tanpa diduga tiba-tiba terdengar suaranya yang dingin, “Dimana makananku?”

Kulit kepalaku terasa kebal, aku mengangkat kepala ke atas. Terlihat pria berwajah agak merah berdiri di depan pintu kamar tidur. Tubuh yang tadinya terlihat kuat dan kekar sekarang tampak agak lemah. Bagaimana Tuan muda ini bisa begitu kebetulan, aku baru saja menghabiskan sup, dia langsung bangun.

“Ehmm, sekarang aku masak lagi untukmu.”

Aku segera masuk ke dapur.

Novel Terkait

Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu