Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (2)

Saat ini, berhadapan dengan Wen Yiru aku tiba-tiba saja mengerutkan alis, aku merasakan semacam perasaan dingin dan kesendirian, Wen Yiru bagaimana pun bukan ibuku, yang dipikirkan di hatinya bagaimana pun adalah cucunya sendiri, dan aku, hanya lah orang luar.

“Mama, kak Sisi sudah mau datang, dia jahat, Qiang Qiang takut.” Setelah kembali ke kamar, Qiang Qiang berdiri di sampingku berkata.

Aku menghiburnya dengan mengelus-elus kepala Qiang Qiang, dengan lembut berkata: “Jangan takut, Mama bisa menjagamu, Mama bawa kamu pergi dari sini ya?”

Qiang Qiang menganggukkan kepala, namun berkata lagi: “Tapi Qiang Qiang tidak ingin meninggalkan Nenek.”

Aku: “Kita bisa datang menjenguk Nenek.”

Qiang Qiang terdiam beberapa saat dan menganggukkan kepala.

Malam harinya, aku lagi-lagi masuk ke website property makelar rumah, dan pagi keesokkan harinya menelepon salah satu kantor, bertanya pada mereka ada tidak rumah yang lokasi dan harganya yang cocok. Harga yang bisa kuterima semuanya di daerah terpencil, jaraknya dari Kaiwelz bukan jauh biasa-biasa saja, bagi aku kalangan yang tak ada mobil ini benar-benar tidak praktis. Dan untuk tempat yang agak lumayan, harganya pun mahalnya bukan main, sebagai seorang ibu tak bersuami yang simpanan uangnya terbatas ini, aku benar-benar tidak bisa membelinya.

Beberapa hari pun lewat begitu saja, rencana untuk mengontrak rumahku tertundah seperti ini.

Dan Mo Ziqian malah membawa Sisi pulang kemari.

Sisi digendong tidur oleh Papanya, satu kakinya masih menggunakan gips, tangan kecilnya merangkul erat leher Mo Ziqian, auranya masih sombong dan juga dingin.

Wen Yiru berpesan ke pengasuh: “Bawa Tuan dan Nona ke kamar.”

Pengasuh dengan hormat membawa jalan di depan, Mo Ziqian menggendong Sisi naik ke atas.

Kamar Sisi diatur di sebelah kamar Qiang Qiang, meski dulunya adalah sebuah kamar tamu, tapi setelah ditata dengan seksama beberapa waktu ini sudah jadi seperti kamar anak-anak.

Wen Yiru menambahkan satu set secara keseluruhan perabotan anak-anak, dan juga berpesan ke pembantu tidak boleh tidak melayani Nona dengan baik.

Aku dan Qiang Qiang seperti ini, melihat ayah dan anak itu masuk ke kamar Sisi, ketika Mo Ziqian meletakkan Sisi, tangan kecil Sisi masih saja mengenggami lehernya tidak mau lepas, memuncungkan mulut kecil berkata: “Papa jangan pergi, Sisi takut.”

Sambil berkata, Sisi sambil memandang ke arahku, yah seakan seperti aku kapan saja bisa melukainya. Mo Ziqian menyentuh kepala Sisi dengan lembut, “Anak baik, jangan takut, tidak ada orang yang bisa melukaimu.”

Sisi mengerutkan rambut alis bergaya menangis, “Kalau Tante memukulku gimana? Papa, Tante paling benci aku, dia pasti bisa mempersulit aku saat Papa tidak di rumah.”

Mo Ziqian membalikkan kepala memandangiku sejenak, agak mengerutkan alis, dan menoleh kembali berkata ke Sisi: “Tidak mungkin, asal kamu baik, Tante tidak akan memukulmu.”

Perkataan Mo Ziqian ini membuat hatiku tersumbat sebuah batu besar, aku kelihatan Sisi yang berada di balik badan Mo Ziqian mengedip-ngedipkan mata, maksudnya itu sedang mengatakan: Aku sudah kembali, Papa paling sayang aku, kamu sudah boleh membawa Qiang Qiang angkat kaki.

“Mama, kita pergi ya.” Qiang Qiang menarik-narik tanganku. Aku membawa Qiang Qiang kembali ke kamarku sendiri.

Satu jam kemudian, Mo Ziqian mengetuk pintu kamarku, “Wanwan.”

“Diam!” Aku memberi kode tangan untuk diam ke pria itu, “Namaku Lin Xiao, ok?”

Mo Ziqian menghela nafas sejenak, “Maaf, aku bawa pulang Sisi. Suasana hatinya di sana tidak baik, selalu saja berpikir mau bunuh diri, kali ini karena pihak keamanan sekolah tidak memperhatikan, dia loncat dari gedung. Pihak sekolah tidak mengizinkan dia tinggal lagi di sana, memintaku membawanya pulang, atau mungkin pindah ke tempat lain.”

“Aku tahu, aku lagi-lagi membuatmu sulit, tapi bagaimanapun aku adalah ayah Sisi, sebelum kakinya membaik, aku ada kewajiban untuk menemaninya, merawatnya. Tapi di sini, kamu tahu juga Neneknya hanya bisa lebih memanjakannya lagi, jadi aku bawa dia ke sini supaya……”

Mo Ziqian bimbang sejenak, “Supaya dia bisa merawat, mendidik Sisi. Aku percaya, hanya dia lah yang bisa mendidik Sisi dengan baik.”

Saat menyebut Wen Yiru, Mo Ziqian memilih menggunakan kata “Dia” sebagai pengganti kata.

Aku sudah tidak ingin mendengar pria itu berkata lagi, “Urusan keluargamu aku tidak bisa ikut campur, juga tidak mau mengatur, tapi mohon jangan ganggu aku lagi ok? Aku sangat lelah, mau tidur.”

“Baiklah.” Pandangan mata Mo Ziqian menggelap, dia membelokkan badan diam-diam pergi, dan sakit di kepalaku sangat hebat, Mo Ziqian membawa Sisi kemari, membuat rasa tidak sampai hati meninggalkannya yang tersisa pun menjadi terbakar habis.

Pagi hari, ketika aku membawa Qiang Qiang turun, kelihatan Mo Ziqian sedang menyuapi Sisi di kamarnya, kasih sayang seorang ayah itu membanjiri penuh wajah itu. Sisi tersedak kuah, Mo Ziqian pun mengeluarkan satu tangan menepuk-nepuk di punggungnya, kemudian dengan cermatnya menggunakan sapu tangan mengusap kering sisa kuah di ujung mulutnya.

“Mama, Papa baik sekali terhadap kakak.” Qiang Qiang berdiri di depan pintu kamar Sisi dengan kaki yang tak bergerak, di dalam sepasang mata bak batu permata hitam itu penuh mendambakan dan mengharap.

Aku dengan lembut menarik tangan Qiang Qiang, “Kita pergi ya.”

Di ruang makan, Wen Yiru sedang berpesan ke pelayan untuk menghidangkan sarapan ke meja, aku dan Qiang Qiang turun tangga dari atas ke bawah, Wen Yiru menoleh memanggil: “Xiaoxiao, Qiang Qiang ke sini makan.”

Qiang Qiang berlari ke sana, tapi aku malah tidak bergerak, dengan datar berkata: “Aku sekarang tidak lapar, kalian makan saja.”

Sepasang mata Wen Yiru yang cantik itu melihat dingin diriku, diam beberapa saat berkata: “Baiklah, ingat jangan sampai kelaparan.”

Aku pergi meninggalkan rumah Wen Yiru, juga tidak makan sarapan, karena juga tidak ada nafsu sama sekali. Siang ketika jam istirahat, aku masih saja mengecek info tentang rumah, tapi dari awal sampai akhir tidak menemukan kontrakan yang memuaskan.

Setelah pulang kerja, aku dengan hati yang berat keluar dari Kaiwelz, namun kedengaran suara bersiul dari belakang, tanpa disadari menoleh ke sana, aku melihat Tuan Kelima duduk di dalam sebuah mobil berplat nomor daerah lain, memakai kacamata hitam di wajahnya, bergaya cool bersiul terhadapku.

Aku mengerut-ngerutkan alis, mau apa Tuan muda ini, bermaksud sekali-sekali untuk tebar pesona di Kaiwelz kah?

“Wah, gantengnya.” Karyawan-karyawan wanita bak seperti lalat terlihat makanan saja, mengeluarkan ekspresi muka seperti tersambar kebodohan cinta yang tak ada tandingannya.

Tuan Kelima memajukan mobil bergerak beberapa meter, sampai ke depanku, mengangkat tangan mendorong kacamata hitam ke atas kepalanya, “Hei, hari itu bukan pergi beli “payung kecil” ya? Kenapa sudah pergi tidak kembali lagi, aku Tuanmu ini menunggumu lama sekali!”

*****(payung kecil=kondom)******

“Hei” teringat hari itu dia mempermalukan aku, berbuat hal yang mencemarkan nama baikku, aku pun ingin mencabik-cabik mukanya.

Tuan Kelima tersenyum puas, “Kenapa, marah ya? Nah, ini souvenir dari daerah lokal sini, hadiah untukmu untuk tanda minta maaf.”

Tuan Kelima melemparkan sepasang boneka babi kecil. Sepasang babi kecil itu satu memakai dasi, satu memakai pita di kepala, jelas sekali satu jantan satu betina, dan saat ini, mereka sedang terus menahan pegas, satu gerakan berciuman dari mulut ke mulut.

Aku tak bisa menahan diri menarik memisahkan kedua babi kecil, siapa yang tahu baru saja melepaskan tangan, dua babi itu kemudian dengan cepatnya bersatu kembali, melanjutkan gerakan tadi.

Tuan muda ini sedang mempermainkan aku lagi kah, aku tidak ada tenaga lagi memisahkan mereka berdua lagi, Tuan Kelima tertawa Hihi, “Kenapa, tidak biasa ya melihat dua orang bermesraan!”

Novel Terkait

CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu