Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 208 Identitas (1)

Tuan Kelima : "Apakah mobil sudah dikirim untuk diperbaiki?"

"Sudah kirim."

Aku menjawabnya .

Tuan Kelima menghela nafas, "Hari sudah malam, jangan masak lagi, ayo keluar makan."

"Hei, kenapa kamu menatapku begitu?"

Tuan Kelima menyadari bahwa aku hanya berdiri diam, dia tiba-tiba mendongak, melihat aku menatapnya, dan tersenyum.

"Tidak ada apa-apa."

Apa yang dia lakukan untukku, aku akan ingat di hatiku, dan kalau ucapan terima kasih terlalu berlebihan, kesannya terlalu manja.

Mata Tuan Kelima yang lebih indah bersinar menatapku, "Ayo pergi."

Setelah lebih dari sepuluh menit, kami sampai di sebuah restoran China di dekat distrik militer. Karena kami datangnya mendadak, kami tidak kebagian ruangan pribadi. Kami menemukan tempat duduk di aula dan ketika makanan disajikan di atas meja. Qiang Qiang yang sudah kelaparan langsung melahapnya.

Tuan Kelima tersenyum dan mengetuk tangan kecilnya Qiang Qiang dengan sumpit, "Perlahan makannya, nanti tersedak."

Qiang Qiang yang sangat lapar ,tidak peduli apapun , bahkan tidak mengangkat kepalanya dan terus melahap makanan. "Ya, itu tidak akan terjadi."

Qiang Qiang baru selesai berbicara, sudah batuk dan tersedak.

Tuan Kelima mengernyit, langsung bangun, menepuk punggung kecilnya Qiang Qiang, berkata: "Tuh lihat, tersedak kan!"

Ketika aku melihat adegan ini, aku merasa hangat dan terharu. Jika dunia bisa sedamai ini, kami bertiga selalu bisa hidup seperti ini. Alangkah baiknya hidupku kalau bisa seperti ini terus?

"Papa, mama, bukankah itu kakak?"

Tiba-tiba terdengar suara anak-anak, suara ini membuat hatiku berdebar, dan ketika aku melihat ke atas, aku melihat sebuah keluarga yang terdiri dari tiga orang.

Terlihat sosok kekar, usia yang sudah tidak muda lagi, mengenakan seragam militer lengkap, itu papanya Tuan Kelima, dan Xu Jingya, yang mengenakan gaun yang berkilau namun elegan, dan Jiao Jiao, seorang gadis kecil yang dipegang di tangannya.

Ketika orang tua itu mendengar kata-kata Jiao Jiao, dia mengalihkan pandangannya, dan terlihat sangat kaku dan dingin.

Aku melihat kedepannku dan tidak tahu apakah Tuan Kelima tadi ada mendengar suara Jiao Jiao apa tidak. Apakah tahu papanya sedang menuju kemari.

Di bawah meja, kakiku menendang Tuan Kelima, dan Tuan Kelima mendongak dan menatapku, "Kenapa? Karena mendengar suara lalat, lalu tidak mau makan?"

Aku : ...

Aku juga ingin menganggap suara Jiao Jiao seperti suara lalat.

Masalahnya adalah papanya sekarang sedang menatap kearah kita, seakan-akan siap menerkam kita seperti seekor harimau!

Tuan Kelima bahkan tidak bergeming, tidak memperhatikan tatapan tajam papanya, tetap fokus makan, sambil sesekali mengambil makanan untukQiang Qiang, bahkan tidak melihat ke arah pria tua itu.

Ketika melewati kami, pria tua itu mendengus, "Bikin malu!"

Tuan Kelima cemberut, tetapi pada akhirnya juga tidak peduli dengan papanya.

Jiao Jiao sambil berjalan dan bertanya: "ma, mengapa kakak tidak melihat Papa?" Bukankah dia seharusnya menyapa Papa? "

Xu Jingya menjawab dengan suara menghina: "Dia memang tidak pernah menganggap papamu di dalam hatinya."

Kata-katanya memicu lelaki tua itu mendengus.

Jiao Jiao bertanya lagi: "Oh, aku tahu, kakakku hanya memiliki wanita bekas itu. Kemarin dia membuat pesan di papan reklame raksasa untuk wanita itu …..."

"Diam!"

Suara pria tua itu begitu bergemuruh sehingga Jiao Jiao tiba-tiba menutup mulutnya, dan langsung ketakutan dan bersembunyi di belakang Xu Jingya.

Xu Jingya kesal pada pria tua itu: "Apa yang kamu lakukan? Kamu ingin menakutinya?" Sambil menarik Jiao Jiao ke depannya, dia berbisik pelan: "Jiao Jiao, jangan takut."

Lelaki tua itu melirik si mungil dan bagaimanpun juga itu adalah anak perempuannya sendiri. Perlahan-lahan dia berkata: "Papa tadi menakutimu ya? Papa minta maaf padamu, putri kecil yang baik ..."

Hanya menyukai anak yang lahir dari wanita yang dicintainya, perlakuan yang tidak sama. Aku berkaca dari perlakuan pria tua itu terhadap Jiao Jiao, dan kemudian menghela nafas untuk Tuan Kelima.

Tuan Kelima malah bertanya kepada Qiang Qiang: "Makanannya enak? Mau tambah lagi?"

Qiang Qiang menggelengkan kepalanya, mata kecil Qiang Qiang melihat kearah Tuan Kelima, dan melihat kearah papanya Tuan Kelima sana, terlihat ada kekhawatiran untuk Tuan Kelima dari Qiang Qiang.

Tuan Kelima: "Kalau tidak mau tambah, mari kita pulang."

Qiang Qiang segera berdiri dari kursinya, tangan kecilnya meraih tangan Tuan Kelima, "ayah angkat, ayo kita pulang."

Kami satu barisan bertiga keluar dari restoran, angin malam bertiup, dan rasa tidak nyaman di hatiku sedikit memudar. Tatapanku miring ke arah Tuan Kelima. Aku melihat jelas ada kekecewaan dan kesedihan mendalam yang tersembunyi di raut wajahnya malam itu.

Kami berjalan kaki pulang, dan karena saat kami ke restoran juga berjalan kaki dan sepanjang jalan tangan kecilnya Qiang Qiang digandeng oleh Tuan Kelima, tidak mengubah naluri dan sikap anak itu, dia terus sesekali melompat dengan ceria, mengatakan sesuatu yang sangat menyenangkan sepanjang jalan, Tuan Kelima sambil mengawasinya, Terlihat sentuhan kelembutan dan kasih sayang dimata Tuan Kelima.

Sesampainya di apartemen, Tuan Kelima tidak ikut masuk, tangan Qiang Qiang menariknya, "Ayah angkat tidak ikut masuk?"

Tuan Kelima tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya, tetapi wajahnya terlihat raut kesepian, "ayah sedikit mengantuk."

Qiang Qiang mengangguk dan bergumam : oh.

Setelah Qiang Qiang tertidur nyenyak, aku keluar dari apartemen dan menuju ke apartemen Tuan Kelima dan mengetuk pintunya.

Tuan Kelima segera membuka pintu, seperti yang aku pikirkan, dia belum tidur sama sekali. Mengenakan baju tidur di tubuhnya, matanya masih terlihat segar dan dia terkejut melihatku, "Kenapa kamu belum tidur?"

Aku : "Aku tidak terlalu mengantuk, aku datang untuk mengobrol dengan kamu."

Aku tahu bahwa pada saat Tuan Kelima mengantar kami pulang, ada raut kesediahn dan kesepian di wajahnya, setelah Qiang Qiang tidur nyenyak, makanya aku datang untuk melihatnya.

Aku memasuki rumahnya, dan Tuan Kelima menutup pintu. Aku melihat sekeliling ruang tamunya. "Aku tidak menyangka, kamu yang seorang bujangan, tapi rumah kamu begitu bersih dan rapi."

Setelah pindah ke sini, aku belum pernah melihatnya menyewa jasa tukang bersih-bersih.

Tuan Kelima: "Memangnya semua bujangan pasti kacau dan kotor tak terurus! Ibuku sudah mengajariku sejak usia dini, untuk menjaga kebersihan." Dia sambil berkata, sambil duduk di sofa, dan menyalakan sebatang rokok.

Novel Terkait

That Night

That Night

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu