Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 91 Seperti Mimpi

Apartemen berada di lantai lima. Karena tidak ada lift, semua lantai harus menggunakan tangga. Tuan Kelima mengendong aku dan menaiki tangga. Sambil berjalan dia berkata : "Waktu memeluk tidak merasa berat, mengapa sekarang terasa begitu berat? Katakan padaku, kamu berapa kilo?"

Aku : .....

Berat badan wanita itu sebuah rahasia.

"Tidak tahu. Kamu sendiri yang mau menggendong aku. Pria yang menyerah di tengah jalan itu bukan seorang pria"

Aku sengaja mengejeknya. Siapa menyuruh dia membuang tongatku. Tidak ada tongkat itu, aku bagaimana bisa belajar berjalan dan besok bagaimana pergi kerja?

Tuan Kelima berteriak : "Aku menyerah di tengah jalan? Masalah seperti ini tidak pernah terjadi di hidupku!"

Ejekan dari aku membuat Pria ini menjadi emosi. Dia menggendong aku dan mulai berlari ke atas tangga. Bahkan melangkahi dua tangga dalam satu kali. Aku pun berteriak dengan kaget.

"Jangan begitu cepat, hati hati"

Kalau manusia ini tidak hati hati, yang jatuh itu kita berdua. Bisa jadi pria ini akan jatuh dia di atas tubuhku dan tubuhku akan menjadi biskuit tipis.

Tuan kelima, "Begini saja takut? Siapa suruh kamu berani mengejek aku!"

"Tuan, aku salah. Tolong jalan dengan hati hati, aku tidak mau menjadi biskuit tipis!"

Meskipun Tuan Kelima sangat emosian, tetapi dia adalah orang yang menerima lembut dan menolak kekerasan. Mendengar aku minta tolong kepadanya, langkah kakinya pun menjadi agak lambat, "Bagus kalau kamu tahu takut"

Menggendong seorang wanita yang hampir 50 kg naik ke lantai lima membuat Tuan Kelima sedikit sesak nafas, tanganku yang melingkari lehernya juga terasa basah karena keringatnya.

Setelah sampai di lantai 5, Tuan Kelima melepaskan aku dan melepaskan kancing kemejanya karena kepanasan.

Aku membuka pintu dan berjalan masuk sambil memegang pintu. Kemudian aku membuka lampu ruang tamu dan melangkah ke kamar mandi. Aku menyerahkan sebuah handuk yang bersih kepada tuan kelima, "Ini, keringkan keringatmu"

Menatap ke handuk itu, Tuan Kelima mendekatkan wajahnya kepadaku, "Silahkan"

Apakah Tuan ini menyuruh aku mengeringkan keringatnya? Aku mengerutkan alisku dan menggosok handuk itu di wajahnya yang tampan itu beberapa kali.

Alis Tuan Kelima mengerut, "Kamu mengira kamu lagi gosok lantai kamar mandi?"

Aku tertawa, "Kamu yang menyuruh aku untuk mengeringkan keringatmu, aku tidak berkata itu adalah lagi gosok lantai kamar mandi"

Tuan Kelima melingkari pinggangku dan menarik aku ke pelukannya. Dia berbisik di telingaku, "Kakimu sepertinya sudah hampir sembuh. Kalau begitu malam ini kita main bersama saja!"

Tuan Kelima menatap aku dengan mata cantiknya dan menggendong aku ke kamar tidurnya. Setelah itu, dia meletakkan aku di tempat tidurnya yang berwarna hijau muda.

Melihat dia sudah mau mendekati aku, aku melambaikan tanganku dengan cemas, "Tidak mau. Ini bukan tempat tidurku. Aku tinggal bersama orang lain"

Ini adalah kamar mandi Jiayu. Meskipun aku benar benar mau melakukan sesuatu, aku tidak boleh melakukan di kamar Jiayu juga.

Alis tuan kelima mengerut dan dia marah, "Ribet!"

Dia mengendong aku di bahunya dengan keras, "Kamar itu kan?"

Dia menunjuk ke kamar tidur yang berada di depan

"Iya"

Terpikir kalau nanti Jiayu tiba tiba pulang, apakah aku harus menggali sebuah lubang dan bersembunyi di dalam?

Tuan Kelima mengendong aku ke kamarku dan meletakkan aku di tempat tidurku. Wajahnya yang cantik itu memejamkan matanya dan mulai mencium aku.

Aku memejamkan mataku dan tubuhku terus bergetar. Meskipun aku pernah berkata tentang itu, tetapi aku tetap merasa sangat gugup. Kalau nanti Jiayu tiba-tiba pulang dan melihat aku sedang berbuat hal seperti ini dengan pria, apakah dia akan terkejut?

Pada saat aku sedang merisaukan tentang hal itu, di luar terdengar suara. Setelah itu terdengar suara Jiayu, "Xiao Xiao, apakah kamu di rumah?"

Aku kaget dan langsung mendorong Tuan Kelima dari aku. Aku buru buru bangun dari tempat tidurku dan melupakan kakiku yang cedera.

Tuan Kelima yang di dorong olehku jatuh ke lantai dan dia melirik aku dengan wajah tidak senang.

Jiayu sudah masuk ke dalam, dia melihat wajahku yang merah dan Tuan Kelima yang berada di lantai dan sedang memarahi aku, "Kalian..........."

Dia melihat Tuan Kelima dan aku dengan wajah tidak percaya, "Lupakan saja, aku tidak melihat apa apa"

Jiayu pulang ke kamarnya sendiri dengan frustrasi dan mengunci pintu kamarnya

Tuan kelima marah, "Nanti baru selesaikan masalah ini dengamu!"

Setelah itu, dia langsung pulang dengan tidak senang.

Aku duduk di atas tempat tidur dan menepuk dadaku, kali ini Tuan kelima pasti marah besar.

Jangankan tentang hiburan dia diganggu oleh orang lain, masalah aku mendorong dia saja sudah bisa membuat dia marah beberapa hari.

Aku tidak berani mencari Jiayu dan menjelaskan tentang masalah tadi. Jiayu malah datang sendiri.

"Kakimu sudah sembuh? Tidak sakit lagi?"

Aku hanya tertawa, tidak bisa berkata apa apa

Wajah Jiayu tidak senang, "Lupakan saja. Kamu juga bukan anak kecil. Tubuhmu memiliki keperluan itu normal"

Jiayu pun pulang ke kamarnya dengan frustrasi.

Besok harinya, aku yang tidak memiliki tongkat hanya bisa berjalan turun tangga sambil memegang pegangan tangga. Setelah itu, ada satu lengan memegang aku.

Aku menoleh ke Jiayu yang mengembangkan mulutnya, "Kamu hanya ingat membahagiakan dirimu sampai tongkatmu pun hilang?"

Jiayu selalu tidak setuju aku bersama Tuan Kelima. Semalam aku bahkan hampir melakukan hal itu dengan Tuan Kelima di depannya.

"Lupakan saja. Aku bangun agak pagi hari ini, aku antar kamu pergi kerja saja"

Walaupun sedang marah, Jiayu tetap sangat baik denganku. Dia mengantar aku ke Kaiwelz sebelum pergi kerja.

Sebelum aku turun dari mobil, rekan kerja semalam yang membantuku memegang tongkat dan berdiri di bawah tangga kantor. Aku tahu dia sedang menunggu aku agar bisa memberikan tongkat kepadaku.

Dia sudah melihat aku sebelum aku sempat memanggilnya.

"Terima kasih"

Rekan kerja ini bernama Min Min. Dia sangat ramah dan baik hati. Sambil membantu aku naik tangga, dia berkata "Orang yang bermarga Chen itu benar benar bukan orang yang baik. Kakimu hanya cedera tetapi dia malah berkata kamu sudah cacat. Benar benar parah!"

Aku tertawa dengan tidak peduli, "Mulut di kepalanya sendiri, aku tidak bisa menutupi mulutnya"

Min Min berkata, "iya juga"

"Kakak Xiao Xiao, pria ganteng yang menggendong kamu semalam itu siapa? Pria itu sangat ganteng. Apakah dia adalah pacarmu?"

Sepertinya Min Min belum pernah melihat video-video yang berada di internet makanya dia tidak tahu masalah aku dengan Tuan Kelima.

"Orang itu adalah temanku"

"Apakah kamu boleh memperkenalkan dia kepadaku?"

"Boleh. Kalau ada kesempatan aku akan memperkenalkan dia kepadamu"

Kalau Tuan Kelima itu orang biasa, boleh boleh aja. Tetapi dia adalah playboy, aku tidak boleh membawa bencana untuk gadis kecil ini.

Pada siang, semua rekan kerja pergi ke restoran. Aku duduk di depan mejaku istirahat, sambil menunggu Min Min membawa nasi untukku.

Pada saat aku hampir tertidur, aku merasa ada yang sedang mengelus rambutku dengan lembut. Aku mendengar sebuah suara yang tidak asing, "Gadis kecil, jangan berkata apa yang kamu tidak tahu"

"Siapa?"

Aku melihat ke sekitar dan tidak ada satu orang pun. "Aku mimpi lagi"

Dan aku pun tertidur.

Min Min mengayunkan lenganku dan membangunkanku, "Bangun, makan dulu"

Aku membuka mataku dan Min Min membuka kotak nasi sambil tersenyum, "Lihat apa yang aku bungkus untuk kamu? Ayam pedas! Makanan kesukaanku!"

"Terima kasih"

Aku mengambil nasi kotaknya dan makan dengan enak, "Iya, Enak"

Sebenarnya aku tidak sangat menyukai lauk ini, tetapi menghadapi Min Min yang berbaik hati, aku hanya bisa memperilaku seolah-olah sangat enak. Setelah itu, jika aku meminta Min Min untuk membungkuskan makanan, dia akan selalu membungkus ayam pedas.

"Kakak Xiao Xiao?"

Min Min tersenyum.

"Iya?"

"Kamu harus menepati janjimu"

"Oh? Oh."

Aku baru mengerti ternyata Min Min masih berpikir tentang Tuan Kelima yang ganteng.

Min Min pergi ke meja kerjanya dengan ekspresi senang. Aku pun sambil makan dan sambil berpikir tentang mimpi tadi. Apakah itu benar benar sebuah mimpi?

Pada saat pulang kerja, Tuan Kelima menelponku, "Setelah pulang kerja datang ke rumahku. Aku menyuruh orang mengantar kursi roda untuk kamu"

Aku memuntahkan air yang sedang aku minum.

"Tuan, kamu mengira aku benar benar cacat ya?"

"Memang tidak?"

Aku tidak tahu mau berkata apa lagi.

Setelah pulang kerja, benar benar ada yang datang jemput aku. Orang itu mendorong sebuah kursi roda dan berkata sambil senyum, "Nona, silahkan duduk"

Aku hanya meliriknya. Di dalam hati aku berpikir, matamu yang mana melihat aku perlu kursi roda?

Aku tidak menghiraukan orang itu dan turun tangga menggunakan tongkatku.

Orang itu membawa kursi roda pergi dan datang memegang aku. Aku berjalan ke depan mobilnya dan masuk ke dalam mobil.

Orang itu datang mengambil tongkatku dan menyimpannya di bagasi belakang bersama kursi roda.

Orang itu mengantar aku ke apartemen tuan Kelima. Aku memegang tongkat sambil masuk ke dalam Lift dan mengetuk pintu apartemen tuan Kelima.

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu