Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 91 Seperti Mimpi
Apartemen berada di lantai lima. Karena tidak ada lift, semua lantai harus menggunakan tangga. Tuan Kelima mengendong aku dan menaiki tangga. Sambil berjalan dia berkata : "Waktu memeluk tidak merasa berat, mengapa sekarang terasa begitu berat? Katakan padaku, kamu berapa kilo?"
Aku : .....
Berat badan wanita itu sebuah rahasia.
"Tidak tahu. Kamu sendiri yang mau menggendong aku. Pria yang menyerah di tengah jalan itu bukan seorang pria"
Aku sengaja mengejeknya. Siapa menyuruh dia membuang tongatku. Tidak ada tongkat itu, aku bagaimana bisa belajar berjalan dan besok bagaimana pergi kerja?
Tuan Kelima berteriak : "Aku menyerah di tengah jalan? Masalah seperti ini tidak pernah terjadi di hidupku!"
Ejekan dari aku membuat Pria ini menjadi emosi. Dia menggendong aku dan mulai berlari ke atas tangga. Bahkan melangkahi dua tangga dalam satu kali. Aku pun berteriak dengan kaget.
"Jangan begitu cepat, hati hati"
Kalau manusia ini tidak hati hati, yang jatuh itu kita berdua. Bisa jadi pria ini akan jatuh dia di atas tubuhku dan tubuhku akan menjadi biskuit tipis.
Tuan kelima, "Begini saja takut? Siapa suruh kamu berani mengejek aku!"
"Tuan, aku salah. Tolong jalan dengan hati hati, aku tidak mau menjadi biskuit tipis!"
Meskipun Tuan Kelima sangat emosian, tetapi dia adalah orang yang menerima lembut dan menolak kekerasan. Mendengar aku minta tolong kepadanya, langkah kakinya pun menjadi agak lambat, "Bagus kalau kamu tahu takut"
Menggendong seorang wanita yang hampir 50 kg naik ke lantai lima membuat Tuan Kelima sedikit sesak nafas, tanganku yang melingkari lehernya juga terasa basah karena keringatnya.
Setelah sampai di lantai 5, Tuan Kelima melepaskan aku dan melepaskan kancing kemejanya karena kepanasan.
Aku membuka pintu dan berjalan masuk sambil memegang pintu. Kemudian aku membuka lampu ruang tamu dan melangkah ke kamar mandi. Aku menyerahkan sebuah handuk yang bersih kepada tuan kelima, "Ini, keringkan keringatmu"
Menatap ke handuk itu, Tuan Kelima mendekatkan wajahnya kepadaku, "Silahkan"
Apakah Tuan ini menyuruh aku mengeringkan keringatnya? Aku mengerutkan alisku dan menggosok handuk itu di wajahnya yang tampan itu beberapa kali.
Alis Tuan Kelima mengerut, "Kamu mengira kamu lagi gosok lantai kamar mandi?"
Aku tertawa, "Kamu yang menyuruh aku untuk mengeringkan keringatmu, aku tidak berkata itu adalah lagi gosok lantai kamar mandi"
Tuan Kelima melingkari pinggangku dan menarik aku ke pelukannya. Dia berbisik di telingaku, "Kakimu sepertinya sudah hampir sembuh. Kalau begitu malam ini kita main bersama saja!"
Tuan Kelima menatap aku dengan mata cantiknya dan menggendong aku ke kamar tidurnya. Setelah itu, dia meletakkan aku di tempat tidurnya yang berwarna hijau muda.
Melihat dia sudah mau mendekati aku, aku melambaikan tanganku dengan cemas, "Tidak mau. Ini bukan tempat tidurku. Aku tinggal bersama orang lain"
Ini adalah kamar mandi Jiayu. Meskipun aku benar benar mau melakukan sesuatu, aku tidak boleh melakukan di kamar Jiayu juga.
Alis tuan kelima mengerut dan dia marah, "Ribet!"
Dia mengendong aku di bahunya dengan keras, "Kamar itu kan?"
Dia menunjuk ke kamar tidur yang berada di depan
"Iya"
Terpikir kalau nanti Jiayu tiba tiba pulang, apakah aku harus menggali sebuah lubang dan bersembunyi di dalam?
Tuan Kelima mengendong aku ke kamarku dan meletakkan aku di tempat tidurku. Wajahnya yang cantik itu memejamkan matanya dan mulai mencium aku.
Aku memejamkan mataku dan tubuhku terus bergetar. Meskipun aku pernah berkata tentang itu, tetapi aku tetap merasa sangat gugup. Kalau nanti Jiayu tiba-tiba pulang dan melihat aku sedang berbuat hal seperti ini dengan pria, apakah dia akan terkejut?
Pada saat aku sedang merisaukan tentang hal itu, di luar terdengar suara. Setelah itu terdengar suara Jiayu, "Xiao Xiao, apakah kamu di rumah?"
Aku kaget dan langsung mendorong Tuan Kelima dari aku. Aku buru buru bangun dari tempat tidurku dan melupakan kakiku yang cedera.
Tuan Kelima yang di dorong olehku jatuh ke lantai dan dia melirik aku dengan wajah tidak senang.
Jiayu sudah masuk ke dalam, dia melihat wajahku yang merah dan Tuan Kelima yang berada di lantai dan sedang memarahi aku, "Kalian..........."
Dia melihat Tuan Kelima dan aku dengan wajah tidak percaya, "Lupakan saja, aku tidak melihat apa apa"
Jiayu pulang ke kamarnya sendiri dengan frustrasi dan mengunci pintu kamarnya
Tuan kelima marah, "Nanti baru selesaikan masalah ini dengamu!"
Setelah itu, dia langsung pulang dengan tidak senang.
Aku duduk di atas tempat tidur dan menepuk dadaku, kali ini Tuan kelima pasti marah besar.
Jangankan tentang hiburan dia diganggu oleh orang lain, masalah aku mendorong dia saja sudah bisa membuat dia marah beberapa hari.
Aku tidak berani mencari Jiayu dan menjelaskan tentang masalah tadi. Jiayu malah datang sendiri.
"Kakimu sudah sembuh? Tidak sakit lagi?"
Aku hanya tertawa, tidak bisa berkata apa apa
Wajah Jiayu tidak senang, "Lupakan saja. Kamu juga bukan anak kecil. Tubuhmu memiliki keperluan itu normal"
Jiayu pun pulang ke kamarnya dengan frustrasi.
Besok harinya, aku yang tidak memiliki tongkat hanya bisa berjalan turun tangga sambil memegang pegangan tangga. Setelah itu, ada satu lengan memegang aku.
Aku menoleh ke Jiayu yang mengembangkan mulutnya, "Kamu hanya ingat membahagiakan dirimu sampai tongkatmu pun hilang?"
Jiayu selalu tidak setuju aku bersama Tuan Kelima. Semalam aku bahkan hampir melakukan hal itu dengan Tuan Kelima di depannya.
"Lupakan saja. Aku bangun agak pagi hari ini, aku antar kamu pergi kerja saja"
Walaupun sedang marah, Jiayu tetap sangat baik denganku. Dia mengantar aku ke Kaiwelz sebelum pergi kerja.
Sebelum aku turun dari mobil, rekan kerja semalam yang membantuku memegang tongkat dan berdiri di bawah tangga kantor. Aku tahu dia sedang menunggu aku agar bisa memberikan tongkat kepadaku.
Dia sudah melihat aku sebelum aku sempat memanggilnya.
"Terima kasih"
Rekan kerja ini bernama Min Min. Dia sangat ramah dan baik hati. Sambil membantu aku naik tangga, dia berkata "Orang yang bermarga Chen itu benar benar bukan orang yang baik. Kakimu hanya cedera tetapi dia malah berkata kamu sudah cacat. Benar benar parah!"
Aku tertawa dengan tidak peduli, "Mulut di kepalanya sendiri, aku tidak bisa menutupi mulutnya"
Min Min berkata, "iya juga"
"Kakak Xiao Xiao, pria ganteng yang menggendong kamu semalam itu siapa? Pria itu sangat ganteng. Apakah dia adalah pacarmu?"
Sepertinya Min Min belum pernah melihat video-video yang berada di internet makanya dia tidak tahu masalah aku dengan Tuan Kelima.
"Orang itu adalah temanku"
"Apakah kamu boleh memperkenalkan dia kepadaku?"
"Boleh. Kalau ada kesempatan aku akan memperkenalkan dia kepadamu"
Kalau Tuan Kelima itu orang biasa, boleh boleh aja. Tetapi dia adalah playboy, aku tidak boleh membawa bencana untuk gadis kecil ini.
Pada siang, semua rekan kerja pergi ke restoran. Aku duduk di depan mejaku istirahat, sambil menunggu Min Min membawa nasi untukku.
Pada saat aku hampir tertidur, aku merasa ada yang sedang mengelus rambutku dengan lembut. Aku mendengar sebuah suara yang tidak asing, "Gadis kecil, jangan berkata apa yang kamu tidak tahu"
"Siapa?"
Aku melihat ke sekitar dan tidak ada satu orang pun. "Aku mimpi lagi"
Dan aku pun tertidur.
Min Min mengayunkan lenganku dan membangunkanku, "Bangun, makan dulu"
Aku membuka mataku dan Min Min membuka kotak nasi sambil tersenyum, "Lihat apa yang aku bungkus untuk kamu? Ayam pedas! Makanan kesukaanku!"
"Terima kasih"
Aku mengambil nasi kotaknya dan makan dengan enak, "Iya, Enak"
Sebenarnya aku tidak sangat menyukai lauk ini, tetapi menghadapi Min Min yang berbaik hati, aku hanya bisa memperilaku seolah-olah sangat enak. Setelah itu, jika aku meminta Min Min untuk membungkuskan makanan, dia akan selalu membungkus ayam pedas.
"Kakak Xiao Xiao?"
Min Min tersenyum.
"Iya?"
"Kamu harus menepati janjimu"
"Oh? Oh."
Aku baru mengerti ternyata Min Min masih berpikir tentang Tuan Kelima yang ganteng.
Min Min pergi ke meja kerjanya dengan ekspresi senang. Aku pun sambil makan dan sambil berpikir tentang mimpi tadi. Apakah itu benar benar sebuah mimpi?
Pada saat pulang kerja, Tuan Kelima menelponku, "Setelah pulang kerja datang ke rumahku. Aku menyuruh orang mengantar kursi roda untuk kamu"
Aku memuntahkan air yang sedang aku minum.
"Tuan, kamu mengira aku benar benar cacat ya?"
"Memang tidak?"
Aku tidak tahu mau berkata apa lagi.
Setelah pulang kerja, benar benar ada yang datang jemput aku. Orang itu mendorong sebuah kursi roda dan berkata sambil senyum, "Nona, silahkan duduk"
Aku hanya meliriknya. Di dalam hati aku berpikir, matamu yang mana melihat aku perlu kursi roda?
Aku tidak menghiraukan orang itu dan turun tangga menggunakan tongkatku.
Orang itu membawa kursi roda pergi dan datang memegang aku. Aku berjalan ke depan mobilnya dan masuk ke dalam mobil.
Orang itu datang mengambil tongkatku dan menyimpannya di bagasi belakang bersama kursi roda.
Orang itu mengantar aku ke apartemen tuan Kelima. Aku memegang tongkat sambil masuk ke dalam Lift dan mengetuk pintu apartemen tuan Kelima.
Novel Terkait
Waiting For Love
SnowLove And Pain, Me And Her
Judika DenadaMeet By Chance
Lena TanEternal Love
Regina WangPengantin Baruku
FebiBehind The Lie
Fiona LeeCintaku Yang Dipenuhi Dendam×
- Bab 1 Dua Keluarga
- Bab 2 Kelembutan Terakhir
- Bab 3 Masuk Penjara
- Bab 4 Tingkah Pelacur
- Bab 5 Memberikan Anaknya Kepada Yang Lain
- Bab 6 Seseorang Yang Kaya Dan Misterius
- Bab 7 Tak Terduga
- Bab 8 Begitu Membencimu
- Bab 9 Di Peternakan Kuda
- Bab 10 Campur Tangan Tuan Kelima
- Bab 11 Main Ganda
- Bab 12 Cinta Satu-Satunya
- Bab 13 Anakku
- Bab 14 Belajar Menyenangkanku
- Bab 15 Peran Yang Memalukan
- Bab 16 Penyesalan
- Bab 17 Penuh Keraguan
- Bab 18 Terperangkap
- Bab 19 Penuh dengan Akal Buruk
- Bab 20 Pasangan Serasi
- Bab 21 Memiliki Kesempatan
- Bab 22 Konferensi Pers
- Bab 23 Sangat Memalukan
- Bab 24 Tidak Ada Seorang Pun
- Bab 25 Ciuman Di Luar Kendali
- Bab 26 Membahayakan Dirinya Sendiri
- Bab 27 Paling Menyesal Pernah Mencintaimu
- Bab 28 Suatu Ancaman
- Bab 29 Orang-Orang Malang
- Bab 30 Antara Cinta Dan Benci
- Bab 31 Pembalasan Li Li
- Bab 32 Keterlaluan Bodohnya
- Bab 33 Bersedia Cuci Tangan dan Membuat Sup
- Bab 34 Gangguan Kepribadian
- Bab 35 Dia Mengidap Penyakit Kotor
- Bab 36 Kamu Hanya Bisa Menjadi Milikku
- Bab 37 Orang-Orang Munafik
- Bab 38 Skandal dan Gosip Melanda
- Bab 39 Dikurung
- Bab 40 Proposal Lamaran
- Bab 41 Sifat Tuan Muda
- Bab 42 Memanggil Wartawan
- Bab 43 Tidak Memahami
- Bab 44 Penyergapan Dimana-mana
- Bab 45 Ayah dan Putra yang Berpapasan
- Bab 46 Insting Ibu Dan Anak
- Bab 47 Permainan Mengerikan
- Bab 48 Godaan
- Bab 49 Keracunan Alkohol
- Bab 50 Dirimu Yang Kejam
- Bab 51 Seekor Rubah
- Bab 52 Marah Setengah Mati
- Bab 53 Sudah Di Jalur Yang Benar
- Bab 54 Dikacaukan Dua Kali
- Bab 55 Pria-Pria Brengsek
- Bab 56 Pemesan Kue Misterius
- Bab 57 Identitas Hu Yeming, Pimpinan Kejahatan
- Bab 58 Pandangan Cinta
- Bab 59 Balasan Jahat Untuk Orang Jahat
- Bab 60 Muntah
- Bab 61 Kekasih Lain
- Bab 62 Bantuan
- Bab 63 Bersama Di Mobil Mogok
- Bab 64 Waktu Itu Sangat Indah
- Bab 65 Menjijikan
- Bab 66 Gempa Bumi
- Bab 67 Menyerang Membabi Buta
- Bab 68 Golongan Darah Panda
- Bab 69 Dia Adalah Putramu !
- Bab 70 Ganti Rumah Sakit
- Bab 71 Siapa Yang Berbohong
- Bab 72 Kejutan
- Bab 73 Mengakui Pencuri Sebagai Ibunya
- Bab 74 Kembali Ke Tempat Semula
- Bab 75 Sudah Pergi
- Bab 76 Kesedihan Di Hati
- Bab 77 Ayah Angkat
- Bab 78 Membersihkan Pistol Keluar Api
- Bab 79 Gelang
- Bab 80 Merendahkan
- Bab 81 Membawa Pergi
- Bab 82 Seperti Seorang Kakak
- Bab 83 Kacau Balau
- Bab 84 Bersembunyi di Ruang Rahasia
- Bab 85 Istri Teman
- Bab 86 Kebakaran Besar
- Bab 87 Menyangkal
- Bab 88 Sinis
- Bab 89 Sedikit Trik
- Bab 90 Membayar Dengan Tubuh
- Bab 91 Seperti Mimpi
- Bab 92 Wanita Cantik Yang Kehilangan Kaki
- Bab 93 Potong Perutnya
- Bab 94 Chen Liyan Ditampar
- Bab 95 Pesta Topeng
- Bab 96 Langit Malam
- Bab 97 Pergi Jauh
- Bab 98 Menangkap Basah
- Bab 99 Aku Akan Tanggung Untukmu
- Bab 100 Rela Diselingkuhi
- Bab 101 Selalu Mencintainya
- Bab 102 Itu Dia
- Bab 103 Menjaganya
- Bab 104 Kejam
- Bab 105 Manusia Yang Tidak Memiliki Hati Nurani
- Bab 106 Membantu Dia Mengugurkan Anaknya
- Bab 107 Dia Menyukaimu
- Bab 108 Memaksa
- Bab 109 Tidak Masuk Akal
- Bab 110 Siapa Itu
- Bab 111 Hukuman Yang Mesra
- Bab 112 Malu Dan Marah
- Bab 113 Menyukai Orang Yang Memasak Mie
- Bab 114 Menikmati
- Bab 115 Aneh
- Bab 116 Kesedihan Hati di Kanada (1)
- Bab 116 Kesedihan Di Kanada (2)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (1)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (2)
- Bab 118 Masuk Perangkap (1)
- Bab 118 Masuk Perangkap (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (1)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (3)
- Bab 120 Jebakan (1)
- Bab 120 Jebakan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (1)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (3)
- Bab 122 Koma (1)
- Bab 122 Koma (2)
- Bab 123 Melepaskan (1)
- Bab 123 Melepaskan (2)
- Bab 123 Melepaskan (3)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (1)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (2)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (1)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (2)
- Bab 126 Sulit Dipercaya
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (1)
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (2)
- Bab 128 Relaks (1)
- Bab 128 Relaks (2)
- Bab 128 Relaks (3)
- Bab 129 Dirampok (1)
- Bab 129 Dirampok (2)
- Bab 129 Dirampok (3)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (1)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (2)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (1)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (2)
- Bab 132 Perangkap (1)
- Bab 132 Perangkap (2)
- Bab 133 Meninggikan (1)
- Bab 133 Meninggikan (2)
- Bab 134 Mempermalukan (1)
- Bab 134 Mempermalukan (2)
- Bab 135 Wanita Murahan (1)
- Bab 135 Wanita Murahan (2)
- Bab 136 Cadangan (1)
- Bab 136 Cadangan (2)
- Bab 137 Konflik (1)
- Bab 137 Konflik (2)
- Bab 138 Dinyatakan (1)
- Bab 138 Dinyatakan (2)
- Bab 139 Perubahan (1)
- Bab 139 Perubahan (2)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (1)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (2)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (1)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (2)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (1)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (2)
- Bab 143 Mengkhianati (1)
- Bab 143 Mengkhianati (2)
- Bab 144 Anak Siapa (1)
- Bab 144 Anak Siapa (2)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (1)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (2)
- Bab 146 Perencanaan (1)
- Bab 146 Perencanaan (2)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (1)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (2)
- Bab 148 Bajingan (1)
- Bab 148 Bajingan (2)
- Bab 149 Apakah Kamu Merasa Puas? (1)
- Bab 149 Apa Kamu Merasa Puas ? (2)
- Bab 150 Gila (1)
- Bab 150 Gila (2)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (1)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (2)
- Bab 153 Menyogok (1)
- Bab 152 Menyogok (2)
- Bab 153 Identitas (1)
- Bab 153 Identitas (2)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (1)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 155 Jatuh Cinta (1)
- Bab 155 Jatuh Cinta (2)
- Bab 156 Berciuman (1)
- Bab 156 Berciuman (2)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (1)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (2)
- Bab158 PindahTempat (1)
- Bab 158 Pindah Tempat (2)
- Bab 159 Serba Salah (1)
- Bab 159 Serba Salah (2)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (1)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (2)
- Bab 161 Bodoh Sekali (1)
- Bab 161 Bodoh Sekali (2)
- Bab 162 Tidak Tega (1)
- Bab 162 Tidak Tega (2)
- Bab 163 Jantung Berdebar (1)
- Bab 163 Jantung Berdebar (2)
- Bab 164 Pengkhianatan (1)
- Bab 164 Pengkhianatan (2)
- Bab 165 Wajah Memerah (1)
- Bab 165 Wajah Memerah (2)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (1)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (2)
- Bab 167 Pacar (1)
- Bab 167 Pacar (2)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 169 Mengusir (1)
- Bab 169 Mengusir (2)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (2)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (1)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (2)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (1)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (2)
- Bab 174 Sepupu (1)
- Bab 174 Sepupu (2)
- Bab 175 Mata-mata (1)
- Bab 175 Mata-Mata (2)
- Bab 176 Memeluk (1)
- Bab 176 Memeluk (2)
- Bab 177 Hantu Di Pemakaman
- Bab 177 Ketakutan Hantu Di Pemakaman
- Bab 178 Memihak Kesalahan (1)
- Bab 178 Memihak Kesalahan (2)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (1)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (2)
- Bab 180 Istri (1)
- Bab 180 Istri (2)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (1)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (2)
- Bab 182 Hati Dingin (1)
- Bab 182 Hati Dingin (2)
- Bab 183 Masuk Perangkap (1)
- Bab 183 Masuk Perangkap (2)
- Bab 184 Wanita Bodoh (1)
- Bab 184 Wanita Bodoh (2)
- Bab 185 Rela (1)
- BAB 185 Rela (2)
- Bab 186 Sembahyang (1)
- Bab 186 Sembahyang (2)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (1)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (2)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (1)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (2)
- Bab 189 Pukul (1)
- Bab 189 Pukul (2)
- bab 190 Bersikap Imut (1)
- bab 190 Bersikap Imut (2)
- Bab 191 Tipuan (1)
- bab 191 Tipuan (2)
- Bab 192 Pesta (1)
- Bab 192 Pesta (2)
- Bab 193 Muntah Darah (1)
- Bab 193 Muntah Darah (2)
- Bab 194 Pacar Baru (1)
- Bab 194 Pacar Baru (2)
- Bab 195 Panggil Mama (1)
- Bab 195 Panggil Mama (2)
- Bab 196 Tidur Bersama (1)
- Bab 196 Tidur Bersama (2)
- Bab 197 Panda (1)
- Bab 197 Panda (2)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (1)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (2)
- Bab 199 Menyalahkan (1)
- Bab 199 Menyalahkan (2)
- Bab 200 Penuaan Dini (1)
- Bab 200 Penuaan Dini (2)
- Bab 201 Suka atau Tidak Suka (1)
- Bab 201 Sama Tidak Sama
- Bab 202 Ganti Pasangan (1)
- Bab 202 Ganti Pasangan (2)
- Bab 203 Bodoh (1)
- Bab 203 Bodoh (2)
- Bab 204 Pelajaran (1)
- Bab 204 Pelajaran (2)
- Bab 205 Peduli (1)
- Bab 205 Peduli (2)
- Bab 206 Pertunangan (1)
- Bab 206 Pertunangan (2)
- Bab 207 Tuduhan (1)
- Bab 207 Tuduhan (2)
- Bab 208 Identitas (1)
- Bab 208 Identitas (2)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (1)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (2)
- Bab 210 Mimpi (1)
- Bab 210 Mimpi (2)
- Bab 211 Merindukanmu (1)
- Bab 211 Merindukanmu (2)
- Bab 212 Jarum Berdarah (1)
- Bab 212 Jarum Berdarah (2)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiri (1)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiiri (2)
- Bab 214 Tembakan (1)
- Bab 214 Tembakan (2)
- Bab 215 Keguguran (1)
- Bab 215 Keguguran (2)
- Bab 216 Harta Warisan (1)
- Bab 216 Harta Warisan (2)
- Bab 217 Perjalanan Bisnis (1)
- Bab 217 Perjalanan (2)
- Bab 218 Anak Kandung (1)
- Bab 218 Anak Kandung (2)
- Bab 219 Ayah (1)
- Bab 219 Ayah (2)
- Bab 220 Kejam (1)
- Bab 220 Kejam (2)
- Bab 221 Mandul (1)
- Bab 221 Mandul (2)
- Bab 222 Egois (1)
- Bab 222 Egois (2)
- Bab 232 Memberikan Pelukan (1)
- bab 232 Memberikan Pelukan (2)
- Bab 224 Menikah Denganmu (1)
- Bab 224 Menikah Denganmu (2)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (1)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (2)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (1)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (2)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (3)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (4)
- Bab 228 Garis Merah (1)
- Bab 228 Garis Merah (2)
- Bab 229 Dalam Masalah (1)
- Bab 229 Dalam Masalah (2)
- Bab 230 Muntah (1)
- Bab 230 Mual (2)
- Bab 231 Berbahaya (1)
- Bab 231 Berbahaya (2)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (1)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (2)
- Bab 233 Kecurigaan (1)
- Bab 233 Kecurigaan (2)
- Bab 234 Bantuan (1)
- Bab 234 Bantuan (2)
- Bab 235 Marah
- Bab 236 Dibebaskan (1)
- Bab 236 Dibebaskan (2)
- Bab 237 Pernikahan (1)
- Bab 237 Pernikahan (2)
- Bab 238 Munafik (1)
- Bab 238 Munafik (2)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (1)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (2)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (1)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (2)
- Bab 241 Gangguan (1)
- Bab 241 Gangguan (2)
- Bab 242 HIV (1)
- Bab 242 HIV(2)
- Bab 243 Pendarahan Otak (1)
- Bab 243 Pendarahan Otak (2)
- Bab 244 Tamparan (1)
- Bab 244 Tamparan (2)
- Bab 245 Keracunan Makanan (1)
- Bab 245 Keracunan Makanan (2)
- Bab 246 Selingkuh (1)
- Bab 246 Selingkuh (2)
- Bab 247 Vasektomi (1)
- Bab 247 Vasektomi (2)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (1)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (2)
- Bab 249 Canggung
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (1)
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (2)
- Bab 251 (Episode Terakhir) Kekerasan Tuan Muda
- Bab 252(Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (1)
- Bab 252 (Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (2)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (1)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (2)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (3)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (4)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (1)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (2)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (3)