Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 153 Identitas (1)
“Hey, dia mau dua miliar, kamu kebanyakan uang ya!” Aku dengan tidak berani percaya berkata pada Tuan kelima.
Tuan kelima membantu mengangkatku dan berkata: “Asalkan lehermu membaik, dua miliar bukan apa-apa!”
Aku tidak bisa berkata apapun, bagaimana orang ini bisa begitu murah hati, Lan Ke sangat jelas sedang merampok di tengah kebakaran!
Tuan kelima membawaku masuk ke apartemen Lan Ke, tempat tinggal bujangan yang khas. Tidak ada sesuatu yang feminin di aula. Tuan kelima membawaku duduk di sofa, Lan Ke datang, dan meletakkan tangannya di leherku, menekan, memijat, dan mengurut, lebih serius daripada beberapa hari yang lalu, dan waktunya lebih lama.
“Datang setiap hari selama seminggu.” Lan Ke mengambil kembali tangannya dan leherku tiba-tiba terasa jauh lebih baik. Aku menggoyangkan leherku pelan-pelan dan berdiri, Tuan kelima bertanya padaku, “Bagaimana bocah ini memijatnya?”
“Baik.” Aku mengerutkan kening, orang ini memang memiliki keahlian, tetapi jumlah uang yang dia minta lumayan kejam.
“Ayo pergi.” Tuan kelima duluan keluar, ketika aku akan pergi, Lan Ke bertanya: “Kenapa kamu memiliki tahi lalat di belakang telingamu?”
“Tumbuh sendiri.” Aku merasa lucu dengan pertanyaan Lan Ke, tahi lalat kalau bukan tumbuh memangnya bisa dibeli?
“Maksudku, apakah itu bawaan dari dalam rahim.” Lan Ke mengerutkan kening.
Aku memiringkan kepala: “Kamu benar-benar orang aneh, kenapa bisa tertarik dengan tahi lalatku. Terlalu kurang kerjaan.” Orang ini selalu saja menyindirku, dan suka merampok di tengah kebakaran, aku mengambil kesempatan untuk menyindirnya.
Lan Ke memelototi dan berkata, “Kamu yang kurang kerjaan, sesuka hatimu mau bilang atau tidak!” Setelah berkata, tidak lagi melayaniku, langsung masuk ke rumah.
Aku keluar dari apartemen Lan Ke, Tuan kelima sudah menungguku di dalam mobil.
“Mengapa keluar begitu lambat, apa yang kamu lakukan di dalam!” Pria itu berwajah tidak sabar.
“Tidak apa-apa.” Tuan muda ini tidak ragu menghabiskan banyak uang untuk merawatku, aku sangat berterima kasih padanya.
Tetapi aku berdiri di depan mobil tidak naik, aku sangat khawatir dan memastikannya lagi: “Apakah kamu benar akan membayarnya dua miliar? Jumlah uang ini, aku tidak mampu membayarnya.”
Tuan kelima menatapku dengan tatapan suram: “Tunggu kamu bayar, lebih baik aku menunggu kehidupan selanjutnya, cepat masuk mobil, temanku masih sedang menungguku untuk berkumpul.”
Aku tidak mengatakan apapun lagi, masuk ke mobil. Mumpung dia sudah mengatakan seperti itu, dia sendiri yang ingin menghabiskan uang bukan aku yang meminta padanya. Untuk apa aku masih merasa ragu.
Tuan kelima tidak melayaniku sepanjang jalan, hanya mengantarku kembali ke apartemen, ketika aku turun dari mobil dia barulah berkata: “Hutang ini dicatat dulu, tunggu besok-besok dihitung sekaligus.”
“Apa yang kamu katakan?” Aku berdiri dengan ekspresi terkejut.
Tuan kelima mengangkat alisnya: “Kalau tidak, kamu menandatangani kontrak denganku, menjual diri seumur hidup, maka kamu tidak perlu membayar uang itu.”
“Kamu....” Aku terkejut dan kesal, merasa telah dipermainkan oleh orang ini.
Bibir Tuan kelima terangkat sebuah senyuman, menginjak gas, mengendarai mobil dan pergi.
Pokoknya aku tidak memiliki uang, hanya memiliki nyawa. Sambil naik ke atas, aku sambil bersumpah, membunuh aku pun tidak akan mengembalikannya, aku juga tidak mampu membayarnya.
Aku menelepon Wen Yiru dan memberitahunya akan kembali beberapa hari lagi, aku merawat tulang punggung di sini, Wen Yiru sangat prihatin: “Bagaimana kondisimu sekarang? Sudah membaik? Kalau masih sakit, tinggal lagi beberapa hari, membiarkan dokter itu mengobatimu.”
Aku: “Katanya dijamin sembuh dalam tujuh hari, aku melihat orang itu lumayan pandai, seharusnya tidak berbohong.”
Wen Yiru: “Baiklah, kalau kamu butuh uang, katakan saja.”
“Ya.”
Aku menutup telepon, menghadap ke cermin, mengaca belakang telinga, ada tumbuh tahi lalat di sana, aku pernah mendengar Jiayu dan Mo Ziqian memberitahuku, aku sendiri sama sekali tidak dapat melihatnya.
Tidak menyangka ditemukan oleh Lan Ke si bocah itu, ngomong-ngomong, aku sendiri pun tidak tahu kapan tumbuh tahi lalat ini, atau mungkin bawaan lahir.
Kalau itu benar-benar bawaan lahir, dapatkah itu membantuku menemukan keluarga? Aku menggelengkan kepala, keluargaku sudah meninggalkanku,untuk apa mencari mereka lagi.
Pada pagi hari, Tuan kelima meneleponku: "Lan Ke praktek hari ini, malam ini kita pergi rumahnya mencari dia.” Selesai berkata Tuan kelima langsung menutup telepon.
Pada pukul delapan malam, Tuan kelima datang menjemputku, aku berpikir sepanjang jalan, akankah dia mendadak meminta uang denganku? Untungnya, dia sangat sibuk. Dia tidak berhenti menelepon di sepanjang jalan dan sama sekali tidak berbicara denganku.
Ketika tiba di apartemen Lan Ke, dia masih menelepon, orang di sana mendesaknya untuk pergi, dia menjawab tidak punya waktu dan langsung menutup telepon. Aku bingung dan berkata: “Kalau kamu memiliki urusan pergi saja, aku akan masuk sendiri.”
Tuan kelima memelototiku: “Apa yang ingin kamu lakukan dengan bocah itu?”
Tiba-tiba aku tertegun, marah hingga menaikkan bola mataku ke atas.
“Gila!” Aku memarahinya dan langsung menuju ke pintu.
Lan Ke mencuci tangannya, berdiri di belakangku, membantuku memijat tulang belakang sambil bertanya, “Apakah kamu anak yatim piatu?”
Aku: “Ada apa?”
Lan Ke: "Tidak ada apa-apa, penasaran.”
Aku: “Berhati-hatilah penasaran akan membunuh kucing.”
Lan Ke: “Aku tidak tahu apakah akan membunuh kucing, tapi aku menebak tahi lalatmu ini, pasti tumbuh dari dalam rahim.”
“Kenapa?”
********(penasaran membunuh kucing didapat dari cerita kucing yang terlalu penasaran dengan isi toples di atas meja dan tidak sengaja jatuh ke dalam sup panas)********
Aku membalik dan tampak terkejut, mengapa dia memiliki pikiran seperti ini?
Lan Ke akan berkata, namun Tuan kelima berwajah suram dan berkata: “Apakah kalian sudah selesai?”
Dia tiba-tiba menarik tanganku dan membawaku ke pelukannya, disaat berikutnya, aku tanpa terduga sudah berada di dalam pelukannya: “Kalau menggoda yang lain lagi, uang dua miliar, kamu bayar sendiri!”
Suara rendah Tuan kelima terdengar di telingaku, seperti telinga yang gemuruh, membuatku langsung menjadi lembut.
Aku tidak berani bertanya apapun, uang sejumlah dua miliar, membunuhku pun aku tidak mampu membayarnya.
Dan Lan Ke, tangannya yang masih dalam postur memijat tulang punggungku, pada saat ini juga mendinginkan wajahnya: “Apakah masih ingin diobati? Mengobati setengah akan kehilangan nyawa.”
Aku tidak tahu apakah Lan Ke sedang menakuti orang, dia terlihat serius dan marah.
Tuan kelima juga tidak berani mengambil resiko, melihat Lan Ke dan menatapku, kemudian berbisik mengancamku: “Jangan dekat-dekat dengannya, dengarkah kamu!”
Kata-katanya membuatku tertegun, dan Tuan kelima sudah keluar. Lan Ke terus membantuku memijat, tetapi selalu berwajah suram dan tidak berkata.
Setelah perawatan, aku keluar dari apartemen Lan Ke dan melihat Tuan kelima bersandar pada mobil dan merokok, sosoknya yang tinggi berdiri dibawah cahaya lampu terlihat penuh pikiran dan keberatan, tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.
Mendengar langkah kakiku, dia membuang rokoknya dan membungkukkan tubuhnya masuk ke dalam mobil, menyalakan lampu. Terpikir perkataannya bahwa membiarkan diriku sendiri mengeluarkan dua miliar rupiah, aku langsung kehabisan nafas dan tidak ingin masuk ke mobil.
Mata Tuan kelima yang muram terangkat, "Apa yang kamu lakukan tertegun disana? Ingin tinggal disini menemani si bocah itu?”
Perkataan Tuan kelima membuat kulit kepalaku kebal, apa saja pikiran di dalam otak orang ini? Aku masuk ke dalam mobil tanpa mengatakan apapun, Tuan kelima menyalakan mobil dan dengan cepat meninggalkan komplek itu.
Kembali ke apartemen, sudah jam sepuluh malam, aku menelepon video call dengan Qiang-Qiang, dan segera tertidur. Dalam mimpi, Tuan kelima mengulurkan tangan besarnya dan meminta dua miliar padaku dan aku terbangun ketakutan.
Karena Lan Ke harus praktek di klinik akhir-akhir ini, perawatanku diatur pada malam hari.
Pada siang hari, aku pergi mencari Jiayu, Jiayu berbaring di sofa dan sedang membaca buku cara mengasuh anak, televisi sedang menyiarkan program pendidikan pra kelahiran. Seluruh tubuh Jiayu yang menjadi gendut, dan wajahnya dipenuhi dengan lapisan cahaya seorang ibu.
Novel Terkait
My Charming Wife
Diana AndrikaWaiting For Love
SnowMenunggumu Kembali
NovanMr. Ceo's Woman
Rebecca WangTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelCintaku Yang Dipenuhi Dendam×
- Bab 1 Dua Keluarga
- Bab 2 Kelembutan Terakhir
- Bab 3 Masuk Penjara
- Bab 4 Tingkah Pelacur
- Bab 5 Memberikan Anaknya Kepada Yang Lain
- Bab 6 Seseorang Yang Kaya Dan Misterius
- Bab 7 Tak Terduga
- Bab 8 Begitu Membencimu
- Bab 9 Di Peternakan Kuda
- Bab 10 Campur Tangan Tuan Kelima
- Bab 11 Main Ganda
- Bab 12 Cinta Satu-Satunya
- Bab 13 Anakku
- Bab 14 Belajar Menyenangkanku
- Bab 15 Peran Yang Memalukan
- Bab 16 Penyesalan
- Bab 17 Penuh Keraguan
- Bab 18 Terperangkap
- Bab 19 Penuh dengan Akal Buruk
- Bab 20 Pasangan Serasi
- Bab 21 Memiliki Kesempatan
- Bab 22 Konferensi Pers
- Bab 23 Sangat Memalukan
- Bab 24 Tidak Ada Seorang Pun
- Bab 25 Ciuman Di Luar Kendali
- Bab 26 Membahayakan Dirinya Sendiri
- Bab 27 Paling Menyesal Pernah Mencintaimu
- Bab 28 Suatu Ancaman
- Bab 29 Orang-Orang Malang
- Bab 30 Antara Cinta Dan Benci
- Bab 31 Pembalasan Li Li
- Bab 32 Keterlaluan Bodohnya
- Bab 33 Bersedia Cuci Tangan dan Membuat Sup
- Bab 34 Gangguan Kepribadian
- Bab 35 Dia Mengidap Penyakit Kotor
- Bab 36 Kamu Hanya Bisa Menjadi Milikku
- Bab 37 Orang-Orang Munafik
- Bab 38 Skandal dan Gosip Melanda
- Bab 39 Dikurung
- Bab 40 Proposal Lamaran
- Bab 41 Sifat Tuan Muda
- Bab 42 Memanggil Wartawan
- Bab 43 Tidak Memahami
- Bab 44 Penyergapan Dimana-mana
- Bab 45 Ayah dan Putra yang Berpapasan
- Bab 46 Insting Ibu Dan Anak
- Bab 47 Permainan Mengerikan
- Bab 48 Godaan
- Bab 49 Keracunan Alkohol
- Bab 50 Dirimu Yang Kejam
- Bab 51 Seekor Rubah
- Bab 52 Marah Setengah Mati
- Bab 53 Sudah Di Jalur Yang Benar
- Bab 54 Dikacaukan Dua Kali
- Bab 55 Pria-Pria Brengsek
- Bab 56 Pemesan Kue Misterius
- Bab 57 Identitas Hu Yeming, Pimpinan Kejahatan
- Bab 58 Pandangan Cinta
- Bab 59 Balasan Jahat Untuk Orang Jahat
- Bab 60 Muntah
- Bab 61 Kekasih Lain
- Bab 62 Bantuan
- Bab 63 Bersama Di Mobil Mogok
- Bab 64 Waktu Itu Sangat Indah
- Bab 65 Menjijikan
- Bab 66 Gempa Bumi
- Bab 67 Menyerang Membabi Buta
- Bab 68 Golongan Darah Panda
- Bab 69 Dia Adalah Putramu !
- Bab 70 Ganti Rumah Sakit
- Bab 71 Siapa Yang Berbohong
- Bab 72 Kejutan
- Bab 73 Mengakui Pencuri Sebagai Ibunya
- Bab 74 Kembali Ke Tempat Semula
- Bab 75 Sudah Pergi
- Bab 76 Kesedihan Di Hati
- Bab 77 Ayah Angkat
- Bab 78 Membersihkan Pistol Keluar Api
- Bab 79 Gelang
- Bab 80 Merendahkan
- Bab 81 Membawa Pergi
- Bab 82 Seperti Seorang Kakak
- Bab 83 Kacau Balau
- Bab 84 Bersembunyi di Ruang Rahasia
- Bab 85 Istri Teman
- Bab 86 Kebakaran Besar
- Bab 87 Menyangkal
- Bab 88 Sinis
- Bab 89 Sedikit Trik
- Bab 90 Membayar Dengan Tubuh
- Bab 91 Seperti Mimpi
- Bab 92 Wanita Cantik Yang Kehilangan Kaki
- Bab 93 Potong Perutnya
- Bab 94 Chen Liyan Ditampar
- Bab 95 Pesta Topeng
- Bab 96 Langit Malam
- Bab 97 Pergi Jauh
- Bab 98 Menangkap Basah
- Bab 99 Aku Akan Tanggung Untukmu
- Bab 100 Rela Diselingkuhi
- Bab 101 Selalu Mencintainya
- Bab 102 Itu Dia
- Bab 103 Menjaganya
- Bab 104 Kejam
- Bab 105 Manusia Yang Tidak Memiliki Hati Nurani
- Bab 106 Membantu Dia Mengugurkan Anaknya
- Bab 107 Dia Menyukaimu
- Bab 108 Memaksa
- Bab 109 Tidak Masuk Akal
- Bab 110 Siapa Itu
- Bab 111 Hukuman Yang Mesra
- Bab 112 Malu Dan Marah
- Bab 113 Menyukai Orang Yang Memasak Mie
- Bab 114 Menikmati
- Bab 115 Aneh
- Bab 116 Kesedihan Hati di Kanada (1)
- Bab 116 Kesedihan Di Kanada (2)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (1)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (2)
- Bab 118 Masuk Perangkap (1)
- Bab 118 Masuk Perangkap (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (1)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (3)
- Bab 120 Jebakan (1)
- Bab 120 Jebakan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (1)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (3)
- Bab 122 Koma (1)
- Bab 122 Koma (2)
- Bab 123 Melepaskan (1)
- Bab 123 Melepaskan (2)
- Bab 123 Melepaskan (3)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (1)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (2)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (1)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (2)
- Bab 126 Sulit Dipercaya
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (1)
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (2)
- Bab 128 Relaks (1)
- Bab 128 Relaks (2)
- Bab 128 Relaks (3)
- Bab 129 Dirampok (1)
- Bab 129 Dirampok (2)
- Bab 129 Dirampok (3)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (1)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (2)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (1)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (2)
- Bab 132 Perangkap (1)
- Bab 132 Perangkap (2)
- Bab 133 Meninggikan (1)
- Bab 133 Meninggikan (2)
- Bab 134 Mempermalukan (1)
- Bab 134 Mempermalukan (2)
- Bab 135 Wanita Murahan (1)
- Bab 135 Wanita Murahan (2)
- Bab 136 Cadangan (1)
- Bab 136 Cadangan (2)
- Bab 137 Konflik (1)
- Bab 137 Konflik (2)
- Bab 138 Dinyatakan (1)
- Bab 138 Dinyatakan (2)
- Bab 139 Perubahan (1)
- Bab 139 Perubahan (2)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (1)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (2)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (1)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (2)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (1)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (2)
- Bab 143 Mengkhianati (1)
- Bab 143 Mengkhianati (2)
- Bab 144 Anak Siapa (1)
- Bab 144 Anak Siapa (2)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (1)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (2)
- Bab 146 Perencanaan (1)
- Bab 146 Perencanaan (2)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (1)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (2)
- Bab 148 Bajingan (1)
- Bab 148 Bajingan (2)
- Bab 149 Apakah Kamu Merasa Puas? (1)
- Bab 149 Apa Kamu Merasa Puas ? (2)
- Bab 150 Gila (1)
- Bab 150 Gila (2)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (1)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (2)
- Bab 153 Menyogok (1)
- Bab 152 Menyogok (2)
- Bab 153 Identitas (1)
- Bab 153 Identitas (2)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (1)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 155 Jatuh Cinta (1)
- Bab 155 Jatuh Cinta (2)
- Bab 156 Berciuman (1)
- Bab 156 Berciuman (2)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (1)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (2)
- Bab158 PindahTempat (1)
- Bab 158 Pindah Tempat (2)
- Bab 159 Serba Salah (1)
- Bab 159 Serba Salah (2)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (1)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (2)
- Bab 161 Bodoh Sekali (1)
- Bab 161 Bodoh Sekali (2)
- Bab 162 Tidak Tega (1)
- Bab 162 Tidak Tega (2)
- Bab 163 Jantung Berdebar (1)
- Bab 163 Jantung Berdebar (2)
- Bab 164 Pengkhianatan (1)
- Bab 164 Pengkhianatan (2)
- Bab 165 Wajah Memerah (1)
- Bab 165 Wajah Memerah (2)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (1)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (2)
- Bab 167 Pacar (1)
- Bab 167 Pacar (2)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 169 Mengusir (1)
- Bab 169 Mengusir (2)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (2)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (1)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (2)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (1)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (2)
- Bab 174 Sepupu (1)
- Bab 174 Sepupu (2)
- Bab 175 Mata-mata (1)
- Bab 175 Mata-Mata (2)
- Bab 176 Memeluk (1)
- Bab 176 Memeluk (2)
- Bab 177 Hantu Di Pemakaman
- Bab 177 Ketakutan Hantu Di Pemakaman
- Bab 178 Memihak Kesalahan (1)
- Bab 178 Memihak Kesalahan (2)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (1)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (2)
- Bab 180 Istri (1)
- Bab 180 Istri (2)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (1)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (2)
- Bab 182 Hati Dingin (1)
- Bab 182 Hati Dingin (2)
- Bab 183 Masuk Perangkap (1)
- Bab 183 Masuk Perangkap (2)
- Bab 184 Wanita Bodoh (1)
- Bab 184 Wanita Bodoh (2)
- Bab 185 Rela (1)
- BAB 185 Rela (2)
- Bab 186 Sembahyang (1)
- Bab 186 Sembahyang (2)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (1)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (2)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (1)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (2)
- Bab 189 Pukul (1)
- Bab 189 Pukul (2)
- bab 190 Bersikap Imut (1)
- bab 190 Bersikap Imut (2)
- Bab 191 Tipuan (1)
- bab 191 Tipuan (2)
- Bab 192 Pesta (1)
- Bab 192 Pesta (2)
- Bab 193 Muntah Darah (1)
- Bab 193 Muntah Darah (2)
- Bab 194 Pacar Baru (1)
- Bab 194 Pacar Baru (2)
- Bab 195 Panggil Mama (1)
- Bab 195 Panggil Mama (2)
- Bab 196 Tidur Bersama (1)
- Bab 196 Tidur Bersama (2)
- Bab 197 Panda (1)
- Bab 197 Panda (2)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (1)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (2)
- Bab 199 Menyalahkan (1)
- Bab 199 Menyalahkan (2)
- Bab 200 Penuaan Dini (1)
- Bab 200 Penuaan Dini (2)
- Bab 201 Suka atau Tidak Suka (1)
- Bab 201 Sama Tidak Sama
- Bab 202 Ganti Pasangan (1)
- Bab 202 Ganti Pasangan (2)
- Bab 203 Bodoh (1)
- Bab 203 Bodoh (2)
- Bab 204 Pelajaran (1)
- Bab 204 Pelajaran (2)
- Bab 205 Peduli (1)
- Bab 205 Peduli (2)
- Bab 206 Pertunangan (1)
- Bab 206 Pertunangan (2)
- Bab 207 Tuduhan (1)
- Bab 207 Tuduhan (2)
- Bab 208 Identitas (1)
- Bab 208 Identitas (2)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (1)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (2)
- Bab 210 Mimpi (1)
- Bab 210 Mimpi (2)
- Bab 211 Merindukanmu (1)
- Bab 211 Merindukanmu (2)
- Bab 212 Jarum Berdarah (1)
- Bab 212 Jarum Berdarah (2)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiri (1)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiiri (2)
- Bab 214 Tembakan (1)
- Bab 214 Tembakan (2)
- Bab 215 Keguguran (1)
- Bab 215 Keguguran (2)
- Bab 216 Harta Warisan (1)
- Bab 216 Harta Warisan (2)
- Bab 217 Perjalanan Bisnis (1)
- Bab 217 Perjalanan (2)
- Bab 218 Anak Kandung (1)
- Bab 218 Anak Kandung (2)
- Bab 219 Ayah (1)
- Bab 219 Ayah (2)
- Bab 220 Kejam (1)
- Bab 220 Kejam (2)
- Bab 221 Mandul (1)
- Bab 221 Mandul (2)
- Bab 222 Egois (1)
- Bab 222 Egois (2)
- Bab 232 Memberikan Pelukan (1)
- bab 232 Memberikan Pelukan (2)
- Bab 224 Menikah Denganmu (1)
- Bab 224 Menikah Denganmu (2)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (1)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (2)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (1)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (2)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (3)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (4)
- Bab 228 Garis Merah (1)
- Bab 228 Garis Merah (2)
- Bab 229 Dalam Masalah (1)
- Bab 229 Dalam Masalah (2)
- Bab 230 Muntah (1)
- Bab 230 Mual (2)
- Bab 231 Berbahaya (1)
- Bab 231 Berbahaya (2)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (1)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (2)
- Bab 233 Kecurigaan (1)
- Bab 233 Kecurigaan (2)
- Bab 234 Bantuan (1)
- Bab 234 Bantuan (2)
- Bab 235 Marah
- Bab 236 Dibebaskan (1)
- Bab 236 Dibebaskan (2)
- Bab 237 Pernikahan (1)
- Bab 237 Pernikahan (2)
- Bab 238 Munafik (1)
- Bab 238 Munafik (2)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (1)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (2)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (1)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (2)
- Bab 241 Gangguan (1)
- Bab 241 Gangguan (2)
- Bab 242 HIV (1)
- Bab 242 HIV(2)
- Bab 243 Pendarahan Otak (1)
- Bab 243 Pendarahan Otak (2)
- Bab 244 Tamparan (1)
- Bab 244 Tamparan (2)
- Bab 245 Keracunan Makanan (1)
- Bab 245 Keracunan Makanan (2)
- Bab 246 Selingkuh (1)
- Bab 246 Selingkuh (2)
- Bab 247 Vasektomi (1)
- Bab 247 Vasektomi (2)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (1)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (2)
- Bab 249 Canggung
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (1)
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (2)
- Bab 251 (Episode Terakhir) Kekerasan Tuan Muda
- Bab 252(Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (1)
- Bab 252 (Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (2)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (1)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (2)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (3)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (4)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (1)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (2)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (3)