Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 34 Gangguan Kepribadian
Kadang-kadang, dia menatapku dengan marah, ketika waktu itu aku tidak sengaja menjatuhkan putrinya dan dia menatapku dengan marah, seolah-olah dia akan mencabik-cabikku.
Gangguan kepribadian yang khas!
"Mo Ziqian, kamu seharusnya ada simpanan lagi disini,ya kan?!" Kutukanku berubah menjadi seringai.
Mo Ziqian tertegun sejenak dan menatapku dengan muram.
Dia mungkin memikirkan itu bertahun-tahun yang lalu, dan aku juga pernah mengatakan itu.
Aku masih mengejek dan berkata, "Kalau tidak, bagaimana mungkin bisa meninggalkan istri muda dan anak perempuan tercinta kamu dan datang untuk tinggal di sini, kalau bukan ada simpanan lain disini?"
Aku menggelengkan kepala dan berkata dengan suara dingin, "Ya, anjing tidak bisa mengubah sifat alaminya, mereka memang suka memakan kotoran. Tiga tahun lalu, kamu bisa menipu dalam pernikahan kita, tiga tahun kemudian, kamu masih bisa menipu orang lain, tetapi harus lebih berhati-hati, jangan ditemukan oleh istri mudamu suatu hari, dia juga akan mengendarai mobil dan menabrak kamu, kalau sudah begitu,kamu mungkin tidak seberuntung itu bisa hidup.”
Aku berkata, sambil terkikik, dan tidak peduli seberapa jelek wajah Mo Ziqian, mengambil langkahnya sendiri dan pergi dengan cepat.
Kembali ke apartemen Tuan Kelima, aku melepas sepatu, bertelanjang kaki, dan pergi ke dapur dengan tas besar. Tuan Kelima berdiri di depan jendela, entah apa yang dia lihat.
Aku langsung pergi ke dapur dengan barang-barang aku.
Sementara aku sibuk menggoreng, Tuan Kelima bersandar di pintu dapur dan bertanya dengan santai, "Apakah kamu melihat Mo Ziqian?"
"Ya."
Kali ini aku tidak terpengaruh oleh nama Mo Ziqian. Baru saja, aku telah membuatnya merasa malu dan agak lega.
Tuan Kelima berkata, "Dia sepertinya sangat peduli padamu."
"Kamu pasti salah lihat."
Ketika aku mengambil kantong garam dan menaburkan garam ke dalam panci, aku memikirkan kembali. Mo Ziqian peduli padaku? dan dia mungkin sudah gila.
"Bagaimana kamu bisa kenal Mo Ziqian?"
Aku tidak tahu mengapa, hari ini Tuan Kelima berbicara sedikit lebih banyak.
"Aku tidak ingat lagi, itu masa lalu waktu masih remaja." Aku tidak ingin mengungkit nama Mo Ziqian lagi. Anggap saja aku waktu itu buta karena bisa bersamanya.
Tuan Kelima berkata "Maaf" dan berbalik badan. Tapi entah bagaimana, aku masih melihat ke jendela yang berlawanan. Ada bayangan gelap berdiri di depan jendela. Tampaknya Mo Ziqian sedang menatap kesisi ini.
Aku segera menundukkan kepala dan memarahi diri sendiri karena terkesan murahan. Jelas bahwa dia sudah aku anggap adalah orang yang tidak dikenal lagi dan aku masih saja mau peduli dengan apa yang dia lakukan.
Setengah jam kemudian, empat hidangan dan satu sup disajikan di meja makan.
Daging kacang panjang, telur goreng tomat, kulit ayam suwir, dan sepiring ubur-ubur dingin, yang merupakan masakan terbaik aku.
"Aku hanya bisa memasak ini. Kamu makan seadanya saja ya."
Tuan Kelima mengaitkan bibirnya dan tertawa seolah mengejek, "Itu tidak terlihat bagus."
Namun meski begitu, dia mengambil sumpitnya dan menaruh ubur-ubur dingin di mulutnya. "Rasanya lumayan."
"Itu wajar. aku sudah sering berlatih."
Aku juga tidak sungkan lagi. Duduk didepan Tuan Kelima.
"Kalau dengan Mo Ziqian?"
Aku tidak tahu mengapa, Tuan Kelima selalu menyebut Mo Ziqian secara sadar atau tidak sadar hari ini.
"Tidak, aku hanya bisa memasak mie instan saat itu."
Aku menundukkan kepala dan menikmati masakan aku sendiri, menghabiskan sepanjang hari berlarian tanpa makan siang. Aku sudah sangat lapar. Begitu aku melihat ke atas, aku melihat Tuan Kelima menjepit sayuran dengan tangan kirinya. Lengan kanannya hampir tidak berguna sekarang. Makannya sangat sulit dan sedikit lucu.
"Pop."
Tuan Kelima melemparkan sumpitnya di atas meja makan dan tampak marah. "Suapi aku makan!"
"Ah?"
Mendengarkan suara yang hampir kekanak-kanakan ini, aku terkejut.
"Apakah kamu tuli? Aku mau kamu menyuapi aku makan!"
Tuan Kelima dengan wajah tampannya. Suasana santai menghilang begitu saja. Mungkin pemuda ini belum pernah menemui hal yang memalukan seperti ini, ingin makan, tetapi tidak bisa memegang sumpit karena lengan kanannya terluka.
Aku menyipit tak percaya.
Meski sedikit enggan, tetapi Tuan Kelima terluka untuk aku, sekarang dia tidak bisa makan, aku harus memberinya makan juga.
Jadi aku pergi ke kursi di samping Tuan Kelima dan duduk. Aku mengambil sumpit yang digunakannya tadi untuk membantunya mengambil makanan. Tuan Kelima memakan makanan yang aku ambil dengan sangat lahap.
Suara gigitan dan kunyah terdengar dengan keras.
Bell pintu berbunyi.
Aku bertanya dengan tatapan pada Tuan Kelima apakah akan membuka pintu atau tidak. Tuan Kelima terdiam, jadi aku bangkit untuk membuka pintu. Ketika pintu terbuka, aku melihat seorang wanita setengah baya dengan wajah anggun berdiri di luar.
Wajah ini sepertinya sudah pernah terlihat sebelumnya. Aku ingat bahwa wanita ini adalah ibu tiri dari Tuan Kelima.
Kemudian aku pernah mendengar Tuan Kelima mengatakan bahwa namanya adalah Xu Jingya. Itu adalah wanita yang ayahnya nikahi di luar. Aku tidak tahu apa artinya di luar. Apakah ini setara dengan nikah siri?
Jadi karakter seperti apa ibu kandung dari Tuan Kelima? Bagaimana dia bisa membiarkan suaminya memiliki keluarga lagi di luar rumahnya?
Ketika Xu Jingya melihatku, wajahnya yang serius agak suram.
Dia menatapku dengan tajam, memalingkan wajah dan langsung menuju kearah Tuan Kelima, melirik ikatan perban kupu-kupu putih di lengan Tuan Kelima dan berkata dengan tajam:
" Tuan Muda Kelima, apa yang terjadi! Kamu bahkan tidak menginginkan hidupmu sendiri hanya untuk wanita ini?"
"Aku hidup atau mati. bukan urusanmu."
Tuan Kelima berbicara perlahan, tetapi nadanya tidak baik. Dia berteriak lagi, "Aku lapar. Beri aku makan!"
Aku bergegas pergi dan mengabaikan Xu Jingya. Aku duduk di samping Tuan Kelima dan mengambil sumpit untuk memberinya makan.
Dalam pikiran bawah sadar aku, karena itu adalah seorang ibu titi, secara alami bukanlah identitas yang mulia. Jadi secara alami, aku tidak suka wanita ini.
Xu Jingya menjadi lebih marah ketika dia melihatnya begitu, menggertakkan giginya dan berkata dengan geram. "Apakah kamu pikir aku bersedia untuk mengurusimu?" Aku hanya takut bapakmu kehilangan anak di usia tuanya dan membesarkan kamu dengan sia-sia, aku tidak ingin repot-repot peduli dengan hidup dan matimu!
"Keluar dari sini, Tidak usah datang lagi."
Tuan Kelima, bukan karena wanita ini adalah tetua, tetap saja dalam kata-katanya tidak memiliki makna hormat sama sekali.
Xu Jingya mendengus kesal. 'Kamu tunggu dan lihat akibatnya nanti!'
Pintunya dibanting, dan warna di wajah Tuan Kelima lebih gelap. Dia mengambil sup telur tomat yang telah aku siapkan untuknya dengan tangan kiri dan meminumnya dengan ganas. Dia menyadari bahwa itu bukan bir. Dia meletakkan mangkuk sup di atas meja dengan kasar, dan sup itu muncrat ke semua arah. "Bawakan bir!"
Jantungku bergetar. Tuan Kelima tampak dalam suasana hati yang sangat buruk. Kehidupannya tampaknya tidak sesederhana yang dibayangkan seperti putra seorang tokoh militer dan politik. Hidupnya sepertinya tidak memuaskan.
Aku tidak berani bertanya apa-apa. Meskipun dia terluka dan minum bir tidak membantu untuk penyembuhan luka, aku tetap pergi ke lemari es untuk mengambil sekaleng bir.
Tetapi ketika aku menyerahkannya, aku ragu-ragu. "Minum tidak baik untukmu sekarang. Lebih baik jangan minum?"
Tuan Kelima menatapku dengan tajam, meraih bir dengan paksa, membuka tutupnya dengan giginya, dan mulai minum dengan cepat.
Aku memperhatikannya membanting kaleng bir kosong di atas meja dengan kekhawatiran yang samar-samar.
Untungnya, dia tidak mengatakan untuk mengambil kaleng lain lagi.
Setelah makan malam, aku membersihkan meja, mencuci piring dan sumpit, lalu pergi. Tuan Kelima hanya duduk di sofa, minum bir sekaleng demi sekaleng. Aku ingin membujuknya untuk tidak minum, tetapi tidak ada gunanya, jadi aku menghela nafas dalam hati dan pergi.
Novel Terkait
1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaHalf a Heart
Romansa UniverseBlooming at that time
White RoseGet Back To You
LexyPRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeAwesome Husband
EdisonCintaku Yang Dipenuhi Dendam×
- Bab 1 Dua Keluarga
- Bab 2 Kelembutan Terakhir
- Bab 3 Masuk Penjara
- Bab 4 Tingkah Pelacur
- Bab 5 Memberikan Anaknya Kepada Yang Lain
- Bab 6 Seseorang Yang Kaya Dan Misterius
- Bab 7 Tak Terduga
- Bab 8 Begitu Membencimu
- Bab 9 Di Peternakan Kuda
- Bab 10 Campur Tangan Tuan Kelima
- Bab 11 Main Ganda
- Bab 12 Cinta Satu-Satunya
- Bab 13 Anakku
- Bab 14 Belajar Menyenangkanku
- Bab 15 Peran Yang Memalukan
- Bab 16 Penyesalan
- Bab 17 Penuh Keraguan
- Bab 18 Terperangkap
- Bab 19 Penuh dengan Akal Buruk
- Bab 20 Pasangan Serasi
- Bab 21 Memiliki Kesempatan
- Bab 22 Konferensi Pers
- Bab 23 Sangat Memalukan
- Bab 24 Tidak Ada Seorang Pun
- Bab 25 Ciuman Di Luar Kendali
- Bab 26 Membahayakan Dirinya Sendiri
- Bab 27 Paling Menyesal Pernah Mencintaimu
- Bab 28 Suatu Ancaman
- Bab 29 Orang-Orang Malang
- Bab 30 Antara Cinta Dan Benci
- Bab 31 Pembalasan Li Li
- Bab 32 Keterlaluan Bodohnya
- Bab 33 Bersedia Cuci Tangan dan Membuat Sup
- Bab 34 Gangguan Kepribadian
- Bab 35 Dia Mengidap Penyakit Kotor
- Bab 36 Kamu Hanya Bisa Menjadi Milikku
- Bab 37 Orang-Orang Munafik
- Bab 38 Skandal dan Gosip Melanda
- Bab 39 Dikurung
- Bab 40 Proposal Lamaran
- Bab 41 Sifat Tuan Muda
- Bab 42 Memanggil Wartawan
- Bab 43 Tidak Memahami
- Bab 44 Penyergapan Dimana-mana
- Bab 45 Ayah dan Putra yang Berpapasan
- Bab 46 Insting Ibu Dan Anak
- Bab 47 Permainan Mengerikan
- Bab 48 Godaan
- Bab 49 Keracunan Alkohol
- Bab 50 Dirimu Yang Kejam
- Bab 51 Seekor Rubah
- Bab 52 Marah Setengah Mati
- Bab 53 Sudah Di Jalur Yang Benar
- Bab 54 Dikacaukan Dua Kali
- Bab 55 Pria-Pria Brengsek
- Bab 56 Pemesan Kue Misterius
- Bab 57 Identitas Hu Yeming, Pimpinan Kejahatan
- Bab 58 Pandangan Cinta
- Bab 59 Balasan Jahat Untuk Orang Jahat
- Bab 60 Muntah
- Bab 61 Kekasih Lain
- Bab 62 Bantuan
- Bab 63 Bersama Di Mobil Mogok
- Bab 64 Waktu Itu Sangat Indah
- Bab 65 Menjijikan
- Bab 66 Gempa Bumi
- Bab 67 Menyerang Membabi Buta
- Bab 68 Golongan Darah Panda
- Bab 69 Dia Adalah Putramu !
- Bab 70 Ganti Rumah Sakit
- Bab 71 Siapa Yang Berbohong
- Bab 72 Kejutan
- Bab 73 Mengakui Pencuri Sebagai Ibunya
- Bab 74 Kembali Ke Tempat Semula
- Bab 75 Sudah Pergi
- Bab 76 Kesedihan Di Hati
- Bab 77 Ayah Angkat
- Bab 78 Membersihkan Pistol Keluar Api
- Bab 79 Gelang
- Bab 80 Merendahkan
- Bab 81 Membawa Pergi
- Bab 82 Seperti Seorang Kakak
- Bab 83 Kacau Balau
- Bab 84 Bersembunyi di Ruang Rahasia
- Bab 85 Istri Teman
- Bab 86 Kebakaran Besar
- Bab 87 Menyangkal
- Bab 88 Sinis
- Bab 89 Sedikit Trik
- Bab 90 Membayar Dengan Tubuh
- Bab 91 Seperti Mimpi
- Bab 92 Wanita Cantik Yang Kehilangan Kaki
- Bab 93 Potong Perutnya
- Bab 94 Chen Liyan Ditampar
- Bab 95 Pesta Topeng
- Bab 96 Langit Malam
- Bab 97 Pergi Jauh
- Bab 98 Menangkap Basah
- Bab 99 Aku Akan Tanggung Untukmu
- Bab 100 Rela Diselingkuhi
- Bab 101 Selalu Mencintainya
- Bab 102 Itu Dia
- Bab 103 Menjaganya
- Bab 104 Kejam
- Bab 105 Manusia Yang Tidak Memiliki Hati Nurani
- Bab 106 Membantu Dia Mengugurkan Anaknya
- Bab 107 Dia Menyukaimu
- Bab 108 Memaksa
- Bab 109 Tidak Masuk Akal
- Bab 110 Siapa Itu
- Bab 111 Hukuman Yang Mesra
- Bab 112 Malu Dan Marah
- Bab 113 Menyukai Orang Yang Memasak Mie
- Bab 114 Menikmati
- Bab 115 Aneh
- Bab 116 Kesedihan Hati di Kanada (1)
- Bab 116 Kesedihan Di Kanada (2)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (1)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (2)
- Bab 118 Masuk Perangkap (1)
- Bab 118 Masuk Perangkap (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (1)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (3)
- Bab 120 Jebakan (1)
- Bab 120 Jebakan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (1)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (3)
- Bab 122 Koma (1)
- Bab 122 Koma (2)
- Bab 123 Melepaskan (1)
- Bab 123 Melepaskan (2)
- Bab 123 Melepaskan (3)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (1)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (2)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (1)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (2)
- Bab 126 Sulit Dipercaya
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (1)
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (2)
- Bab 128 Relaks (1)
- Bab 128 Relaks (2)
- Bab 128 Relaks (3)
- Bab 129 Dirampok (1)
- Bab 129 Dirampok (2)
- Bab 129 Dirampok (3)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (1)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (2)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (1)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (2)
- Bab 132 Perangkap (1)
- Bab 132 Perangkap (2)
- Bab 133 Meninggikan (1)
- Bab 133 Meninggikan (2)
- Bab 134 Mempermalukan (1)
- Bab 134 Mempermalukan (2)
- Bab 135 Wanita Murahan (1)
- Bab 135 Wanita Murahan (2)
- Bab 136 Cadangan (1)
- Bab 136 Cadangan (2)
- Bab 137 Konflik (1)
- Bab 137 Konflik (2)
- Bab 138 Dinyatakan (1)
- Bab 138 Dinyatakan (2)
- Bab 139 Perubahan (1)
- Bab 139 Perubahan (2)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (1)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (2)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (1)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (2)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (1)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (2)
- Bab 143 Mengkhianati (1)
- Bab 143 Mengkhianati (2)
- Bab 144 Anak Siapa (1)
- Bab 144 Anak Siapa (2)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (1)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (2)
- Bab 146 Perencanaan (1)
- Bab 146 Perencanaan (2)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (1)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (2)
- Bab 148 Bajingan (1)
- Bab 148 Bajingan (2)
- Bab 149 Apakah Kamu Merasa Puas? (1)
- Bab 149 Apa Kamu Merasa Puas ? (2)
- Bab 150 Gila (1)
- Bab 150 Gila (2)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (1)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (2)
- Bab 153 Menyogok (1)
- Bab 152 Menyogok (2)
- Bab 153 Identitas (1)
- Bab 153 Identitas (2)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (1)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 155 Jatuh Cinta (1)
- Bab 155 Jatuh Cinta (2)
- Bab 156 Berciuman (1)
- Bab 156 Berciuman (2)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (1)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (2)
- Bab158 PindahTempat (1)
- Bab 158 Pindah Tempat (2)
- Bab 159 Serba Salah (1)
- Bab 159 Serba Salah (2)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (1)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (2)
- Bab 161 Bodoh Sekali (1)
- Bab 161 Bodoh Sekali (2)
- Bab 162 Tidak Tega (1)
- Bab 162 Tidak Tega (2)
- Bab 163 Jantung Berdebar (1)
- Bab 163 Jantung Berdebar (2)
- Bab 164 Pengkhianatan (1)
- Bab 164 Pengkhianatan (2)
- Bab 165 Wajah Memerah (1)
- Bab 165 Wajah Memerah (2)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (1)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (2)
- Bab 167 Pacar (1)
- Bab 167 Pacar (2)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 169 Mengusir (1)
- Bab 169 Mengusir (2)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (2)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (1)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (2)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (1)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (2)
- Bab 174 Sepupu (1)
- Bab 174 Sepupu (2)
- Bab 175 Mata-mata (1)
- Bab 175 Mata-Mata (2)
- Bab 176 Memeluk (1)
- Bab 176 Memeluk (2)
- Bab 177 Hantu Di Pemakaman
- Bab 177 Ketakutan Hantu Di Pemakaman
- Bab 178 Memihak Kesalahan (1)
- Bab 178 Memihak Kesalahan (2)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (1)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (2)
- Bab 180 Istri (1)
- Bab 180 Istri (2)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (1)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (2)
- Bab 182 Hati Dingin (1)
- Bab 182 Hati Dingin (2)
- Bab 183 Masuk Perangkap (1)
- Bab 183 Masuk Perangkap (2)
- Bab 184 Wanita Bodoh (1)
- Bab 184 Wanita Bodoh (2)
- Bab 185 Rela (1)
- BAB 185 Rela (2)
- Bab 186 Sembahyang (1)
- Bab 186 Sembahyang (2)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (1)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (2)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (1)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (2)
- Bab 189 Pukul (1)
- Bab 189 Pukul (2)
- bab 190 Bersikap Imut (1)
- bab 190 Bersikap Imut (2)
- Bab 191 Tipuan (1)
- bab 191 Tipuan (2)
- Bab 192 Pesta (1)
- Bab 192 Pesta (2)
- Bab 193 Muntah Darah (1)
- Bab 193 Muntah Darah (2)
- Bab 194 Pacar Baru (1)
- Bab 194 Pacar Baru (2)
- Bab 195 Panggil Mama (1)
- Bab 195 Panggil Mama (2)
- Bab 196 Tidur Bersama (1)
- Bab 196 Tidur Bersama (2)
- Bab 197 Panda (1)
- Bab 197 Panda (2)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (1)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (2)
- Bab 199 Menyalahkan (1)
- Bab 199 Menyalahkan (2)
- Bab 200 Penuaan Dini (1)
- Bab 200 Penuaan Dini (2)
- Bab 201 Suka atau Tidak Suka (1)
- Bab 201 Sama Tidak Sama
- Bab 202 Ganti Pasangan (1)
- Bab 202 Ganti Pasangan (2)
- Bab 203 Bodoh (1)
- Bab 203 Bodoh (2)
- Bab 204 Pelajaran (1)
- Bab 204 Pelajaran (2)
- Bab 205 Peduli (1)
- Bab 205 Peduli (2)
- Bab 206 Pertunangan (1)
- Bab 206 Pertunangan (2)
- Bab 207 Tuduhan (1)
- Bab 207 Tuduhan (2)
- Bab 208 Identitas (1)
- Bab 208 Identitas (2)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (1)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (2)
- Bab 210 Mimpi (1)
- Bab 210 Mimpi (2)
- Bab 211 Merindukanmu (1)
- Bab 211 Merindukanmu (2)
- Bab 212 Jarum Berdarah (1)
- Bab 212 Jarum Berdarah (2)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiri (1)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiiri (2)
- Bab 214 Tembakan (1)
- Bab 214 Tembakan (2)
- Bab 215 Keguguran (1)
- Bab 215 Keguguran (2)
- Bab 216 Harta Warisan (1)
- Bab 216 Harta Warisan (2)
- Bab 217 Perjalanan Bisnis (1)
- Bab 217 Perjalanan (2)
- Bab 218 Anak Kandung (1)
- Bab 218 Anak Kandung (2)
- Bab 219 Ayah (1)
- Bab 219 Ayah (2)
- Bab 220 Kejam (1)
- Bab 220 Kejam (2)
- Bab 221 Mandul (1)
- Bab 221 Mandul (2)
- Bab 222 Egois (1)
- Bab 222 Egois (2)
- Bab 232 Memberikan Pelukan (1)
- bab 232 Memberikan Pelukan (2)
- Bab 224 Menikah Denganmu (1)
- Bab 224 Menikah Denganmu (2)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (1)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (2)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (1)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (2)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (3)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (4)
- Bab 228 Garis Merah (1)
- Bab 228 Garis Merah (2)
- Bab 229 Dalam Masalah (1)
- Bab 229 Dalam Masalah (2)
- Bab 230 Muntah (1)
- Bab 230 Mual (2)
- Bab 231 Berbahaya (1)
- Bab 231 Berbahaya (2)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (1)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (2)
- Bab 233 Kecurigaan (1)
- Bab 233 Kecurigaan (2)
- Bab 234 Bantuan (1)
- Bab 234 Bantuan (2)
- Bab 235 Marah
- Bab 236 Dibebaskan (1)
- Bab 236 Dibebaskan (2)
- Bab 237 Pernikahan (1)
- Bab 237 Pernikahan (2)
- Bab 238 Munafik (1)
- Bab 238 Munafik (2)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (1)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (2)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (1)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (2)
- Bab 241 Gangguan (1)
- Bab 241 Gangguan (2)
- Bab 242 HIV (1)
- Bab 242 HIV(2)
- Bab 243 Pendarahan Otak (1)
- Bab 243 Pendarahan Otak (2)
- Bab 244 Tamparan (1)
- Bab 244 Tamparan (2)
- Bab 245 Keracunan Makanan (1)
- Bab 245 Keracunan Makanan (2)
- Bab 246 Selingkuh (1)
- Bab 246 Selingkuh (2)
- Bab 247 Vasektomi (1)
- Bab 247 Vasektomi (2)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (1)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (2)
- Bab 249 Canggung
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (1)
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (2)
- Bab 251 (Episode Terakhir) Kekerasan Tuan Muda
- Bab 252(Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (1)
- Bab 252 (Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (2)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (1)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (2)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (3)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (4)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (1)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (2)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (3)