Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 83 Kacau Balau

Aku dengan shock memandangi pria yang berparas muka baik agak namun sedikit garang ini, ternyata pria itu punya masa kecil yang begitu menyedihkan, kalau begitu, 10 tahun berikutnya pria itu bagaimana menjalaninya? Seperti hujan angin yang meniup rumput liar, tumbuh dengan gigihnya kah?

Melihat aku memandangi dirinya, Chen Hui membengkokkan bibirnya tersenyum, mukanya luar biasa lembut, “Kamu tidak bisa membayangkan kepahitan yang kurasakan di masa lalu, aku saja masih bisa hidup, dan hidup dengan baik sampai sekarang, kamu takut apa lagi?”

Iya, apa yang kutakuti? Aku harus kuat. Aku tidak enak hati tersenyum ke Chen Hui, merasa bersalah terhadap pemikiran yang terlintas tadi.

Handphone berdering, aku mencari-cari di keempat sudut tasku, Chen Hui memberikannya ke diriku, aku mengambil handphone dari dalam, menerima telpon. Nomor Mo Ziqian, yang menyebar malah suara Qiang Qiang yang kecewa, “Tante, kamu hari ini bukannya sudah selesai ujian kan? Mengapa tidak ke sini melihat Qiang Qiang?”

Bisa membayangkan gaya anak kecil itu kecewa mencibirkan mulut kecilnya mau menangis.

Aku bergegas berkata: “Tante besok pergi melihatmu ya? Hari ini sudah kemalaman.”

Saat ini, kebetulan suster berjalan masuk, membawa 2 kotak obat di tangannya, “Obat ini sehari 3 kali, sekali 2 tablet, diminum setelah makan.”

Chen Hui bertanya: “Setelah pulang ada hal apa yang perlu diperhatikan.”

Suster berkata: “Pulang ke rumah harus makan tepat waktu, makan bergizi, makan makanan yang bisa menambah darah, kondisinya akan perlahan membaik.”

“Baik, terima kasih.”

Chen Hui sangat sopan.

Dan anak kecil di telepon malah sesaat terkejut berkata: “Tante, kamu sakit yah?”

Anak kecil itu sudah mendengar percakapan suster dan Chen Hui, dia kecil-kecil pun mulai mengkhawatirkan diriku.

“Penyakit ringan, besok sudah baikkan.”

Aku tersenyum menghibur Qiang Qiang.

Tapi suara anak kecil malah berganti menjadi Mo Ziqian, “Ada apa denganmu? Sakit apa?”

“Aku.....”

Suara Mo Ziqian yang cemas dan khawatir membuatku seketika menjadi blank, apa benar dia sedang peduli dengan diriku?

Tapi Chen Hui menjulurkan tangan dengan cepat merampas handphoneku, berkata dengan dinginnya ke Mo Ziqian: “Dia sekarang tidak enak badan, tidak bisa berbicara, bye.”

Seperti ini lah Chen Hui memutuskan sendiri untuk mematikan telpon.

Aku dengan terbengong memandangi pria ini yang baru saja bermuka baik dan dengan akrabnya bertanya ke suster hal yang perlu diperhatikan, pria itu detik ini mukanya ditutupi selapis awan gelap mendung yang berat dan tebal.

Handphone diletakkan masuk kembali ke tanganku, tidak mempedulikan sorotan mataku yang sangat terkejut, Chen Hui sedang merapikan barang-barang yang ada di lemari di samping kepala ranjang, “Habis infus aku antar kamu kembali ke rumah.”

Suster sedang membantuku menarik keluar jarum, sambil terkejut sambil mendesah kecil, Chen Hui menoleh melihat diriku sejenak, melihatku satu tangan menekan kapas di bekas suntikan, kemudian bergegas membalikkan badan, “Sini aku saja!”

Pria itu mengambil kapas dari tanganku, tenaga yang ringan menekan di pergelangan tanganku di atas bekas suntikan jarum.

Setelah beberapa saat, melepaskannya. Pria itu dengan teliti melihat bekas tusukan jarum, tidak ada darah yang keluar lagi, baru lah saat ini membuang kapas itu ke tong sampah.

Dan aku malah dibuat kebingungan oleh sikap Chen Hui, biasanya kita tidak dekat, kita tidak ada hubungan apapun, dulu sekali ada pernah mempunyai sedikit pemikiran untuk hidup bersama, juga sudah dari awal tertahan oleh bualan Tuan Kelima, pria ini tidak seharusnya peduli akan diriku seperti ini, tidak seharusnya merawatku seperti ini, barulah masuk akal.

Keluar dari rumah sakit, Chen Hui menyuruhku untuk menunggu di pintu masuk di bagian rawat jalan rumah sakit, berdiri di pintu, melihat mobil pria itu muncul.

Aku lalu menegakkan kaki dan melangkah menuju ke mobil hitam pria itu yang dikendarai untuk menghampirinya.

Mobil BMW, di dalamnya sangat bersih dan rapi.

Aku mengira Chen Hui karena persahabatan yang dulu pernah terjalin, makanya baru peduli dan merawatku seperti ini, tapi di dalam hati malah masih ada sedikit kecurigaan, aku pokoknya merasa perhatian dan perawatan pria itu ada perbedaan dengan yang dulu.

“Kamu masih belum makan, aku bawa kamu makan sesuatu dulu.”

Chen Hui sambil mengendarai mobil sambil berkata, aku malah khawatir Jiayu tidak melihatku bisa khawatir, “Tidak perlu, aku pulang, makan di rumah saja.”

Chen Hui berkata: “Kalau begitu baik lah.”

Tapi saat melewati supermarket di luar kompleks, Chen Hui masih saja ke dalam membeli satu kantong besar barang untukku.

Aku sangat tidak menyangka, pria itu seakan sudah terlalu baik terhadapku.

Ketika turun dari mobil, aku tidak bersedia untuk menerima barang-barang itu, Chen Hui malah memaksakan mendorong ke dalam tanganku, “Ambil lah, kita semua adalah teman, jangan menganggap sebagai orang luar.”

Saat aku sedang bimbang untuk tidak menerima, ada satu mobil lagi berhenti, pintu mobil terbuka, sebuah bayangan tinggi besar tak sabaran berjalan menghampiri.

“Wanwan, ada apa denganmu?”

Itu Mo Ziqian.

Di dalam gelap malam aku kelihatan mata pria itu yang bersinar cemas.

“Tidak apa-apa, sudah membaik.”

Aku dengan datar menjawab.

Yang membuatku tidak kepikiran adalah Chen Hui tiba-tiba melayangkan tonjokkan ke Mo Ziqian, tonjokkan ini terlalu tiba-tiba, Mo Ziqian menerimanya dengan shock, tepat di tengah-tengah mukanya, ketika itu kemudian bagian bawah tubuhnya tergoyang, di bawah hidungnya dengan cepat mengalir darah.

Aku melihat dalam mata pria itu amarah dengan cepat berkumpul dengan serius, membawa tanda tanya besar, Mo Ziqian menjulukan tangan membersihkan sebentar hidung, dengan suara yang gelap berkata: “Chen Hui?”

Pandangan mata pria itu bergerak ke wajahku, seakan sudah mengerti sesuatu hal, dalam matanya bertambah beberapa maksud mengejek.

Sekujur tubuh Chen Hui diselubungi oleh selapis arus ganas di dalamnya, tonjokkan besi pria itu melayang kembali, “Benar, hari ini aku akan memukul sampah masyarakat ini!”

Chen Hui berasal dari pasukan tentara, tonjokkan yang dikeluarkan cepat dan juga keras, namun Mo Ziqian sudah ada persiapan, 3 tahun yang lalu sudah menjadi sabuk hitam DAN 4 taekwondo, pria itu dan Chen Hui bertengkar di depan mataku.

Aku melihat mereka berkelahi demi diriku, sesaat sungguh kesal dan juga gelisah, “Apa yang kalian lakukan! Stop, jangan berkelahi lagi!”

Namun dua orang ini tidak seorang pun mendengarkanku, aku hanya mendengar di samping telinga suara tonjokan dan tendangan ‘buk buk’, kedua orang itu sama kuat, sesaat pria itu tertonjok, sesaat aku tertendang.

“Stop!”

Mataku dengan cepat menggelap, badanku terjatuh ke depan, seketika menempel di atas mesin mobil Chen Hui.

Dua orang itu tentu saja berhenti berkelahi, dua-duanya berlari dengan cepat menghampiriku, aku terdengar dua macam suara Mo Wanwan dan Xiao Xiao, di pinggangku ada lebih dari sebuah tangan.

Telapak tangan yang hangat itu menempel di pinggangku, suhu tubuh yang kukenali dengan baik, Mo Ziqian tidak sabaran bertanya: “Wanwan, kamu tidak apa-apa!?”

Aku menghadap ke pria itu melambai-lambaikan tangan, “Kamu minggir sana, aku bisa berdiri sendiri.”

Mo Ziqian salah tingkah melepaskan tangan yang memapahku, tapi sepasang mata yang terang masih saja terkunci dengan penuh kekhawatiran memandangiku.

Aku berkata ke Chen Hui: “Terima kasih sudah mengantarku ke rumah sakit, juga terima kasih sudah menemaniku begitu lama di rumah sakit, dan juga mengantarku pulang ke rumah, tapi masalahku, tidak perlu kamu khawatirkan, kamu pergi lah.”

Chen Hui adalah orang baik, tapi kebaikan pria itu terhadapku, seakan sudah sedikit berlebihan, pria itu merampas handphone-ku, dengan gegabah menutup telponku, dan juga baru saja memukul Mo Ziqian, semua ini, seakan bukan hanya bersumber dari seorang teman yang merasakan ketidak adilan begitu sederhana, dan Mo Ziqian juga sama saja aku juga tidak ingin bertemu dengannya.

“Kamu juga pergi!”

Aku mengayun-ayunkan tangan muak, kemudian tidak melihat lagi kedua pria ini, hati kacau seakan seperti mati rasa mengangkat barang berjalan mengarah ke dalam gedung.

Sekali pulang ke rumah, aku pun melemparkan diri ke atas ranjang besar, sungguh merasa lelah lahir batin.

Aku tidak tahu dua orang itu kapan perginya, aku juga tidak ingin peduli, hanya dengan lemahnya tertidur.

Sampai Jiayu pulang, wanita itu menemukan surat diagnose milikku dari rumah sakit dari dalam kantong besar di antara barang-barang yang aku lempar di depan pintu, mendorong membangunkanku, “Xiao Xiao, kamu anemia?”

Aku mengantuk bukan main, membuka kelopak mata, berkata sepatah ‘Em.’

Mata Jiayu dipenuhi dengan rasa kasihan, sakit hati, mengangkat tangan dengan lemah lembut mengelus-elus rambutku, seperti saudara perempuannya, “Xiao Xiao, kamu butuh apa yang bisa aku bantu?.”

Aku membengkokan ujung bibir kepada wanita itu, “Kamu ini, rasanya seperti aku mau mati saja. Tenang lah, aku selama ini kecapekan saja, makan teratur saja juga sudah kembali lagi.”

Jiayu menganggukkan kepala, tapi pikiran kekhawatiran di matanya tidak berkurang.

Pagi harinya, semangatku sudah lebih membaik, sekali mengangkat tangan pun kelihatan selembar pesan di kepala ranjang: “Aku membuatkanmu Sup Tomyam dan Bubur kacang merah, kalau sudah bangun, ingat makan.”

Bubur dan Tomyam semua itu yang dibelikan Chen Hui semalam untukku, Jiayu memasak sedikit Tomyam, lalu juga mengiris dan merebus bahan lain, tak bisa dipastikan jam berapa dia sudah bangun.

Aku mengirim pesan wechat ke Jiayu, “Aku sudah tahu, sesaat lagi aku akan habiskan.”

Jiayu membalasku dengan emoticon muka tersenyum.

Aku kurang lebih meminum habis sepanci penuh kuah Tomyam dan Bubur kacang merah, minum sampai perutku mengembung membulat, kemudian memotret dan mengirimkan ke Jiayu satu lembar foto perutku dan bagian dasar panci, Jiayu mengirimkan emoticon “jempol”.

Aku sudah hampir mati kekenyangan, tapi demi Jiayu, demi Qiang Qiang, aku juga mau minum dan makan yang banyak, secepat mungkin membuat diriku sendiri sehat dan kuat kembali.

Aku berjanji ke Qiang Qiang hari ini pergi melihatnya, tapi aku pagi hari harus pergi kerja, hanya bisa mengirim pesan ke Mo Ziqian, “Aku malam akan pergi melihat Qiang Qiang, tolong rawat dia dengan baik.”

Mo Ziqian tidak membalas pesanku, tapi aku tahu pria itu seharusnya sudah menerima.

Satu hari sudah berlalu, aku memanggil sebuah taksi, pergi ke villa pinggiran kota Mo Ziqian. Pada saat itu, senja menyatu di sekeliling, sepotong kedamaian di sekeliling villa.

Penjaga yang tersebar di sekeliling melihat diriku, mengambil keluar walkie-talkie tidak tahu sedang berbicara dengan siapa, aku tebak seharusnya dengan Mo Ziqian, memberitahunya ada seorang wanita datang.

Selanjutnya pintu otomatis villa pun terbuka.

Aku buru-buru berjalan masuk, sambil memanggil Qiang Qiang.

Tubuh kecil Qiang Qiang dari rumah terbang berlari keluar, “Tante!”

Anak kecil terbang menempel masuk ke dalam pelukkanku, tangan kecilnya memeluk pahaku, sambil tak sabaran mengungkapkan suasana hatinya sendiri yang gembira, “Tante kamu akhirnya datang juga, kamu sakit apa, kamu sudah baikkan kan?”

Meski hanya anak kecil yang berusia dua tahun lebih, namun sudah peduli akan diriku, dalam hatiku tergugah mendalam, memeluk anak kecil itu.

“Tante sudah membaik, tante selamanya mencintaimu.”

Aku tanpa henti menciumi wajah putih yang lembut anak kecil itu, anak kecil tertawa ‘hehe’, sangat tidak enak hati berkata: “Tante, paman bilang Qiang Qiang sudah menjadi anak laki-laki dewasa, tidak boleh membiarkan wanita menciumku.”

Aku: …….

Saat ini, aku melihat di atas tangga di depan pintu ruang utama villa muncul sebuah banyangan tinggi-tinggi dan kurus. Pria itu mengenakan pakaian rumah yang santai, kedua tangan dimasukkan ke dalam kantong berdiri di sana, sorotan matanya menggunggah melihat ke sini.

Mengingat perkataan Qiang Qiang, dalam hatiku sedikit berapi, Mo Ziqian jelas-jelas menghasut hubungan antara diriku dan Qiang Qiang, membuat anak itu tidak bisa dekat denganku, “Siapa yang bilang Qiang Qiang adalah seorang anak laki-laki dewasa, Qiang Qiang hanya berusia 2 tahun saja, jika sudah berusia 10 tahun baru adalah seorang anak laki-laki dewasa, sebelum kamu berumur 10 tahun, tante setiap hari boleh saja menciummu seperti ini, setelah kamu berumur 10 tahun, tante juga boleh menciummu.”

Aku berbicara dan memuncungkan lagi bibirku berturut-turut mencium beberapa kali di pipi kecil Qiang Qiang.

Qiang Qiang tertawa ‘hehe’ lagi.

“Qiang Qiang, turun!” Mo Ziqian membuka mulut, “Paman sudah pernah bilang ke kamu, kamu sudah jadi anak laki-laki dewasa, tidak boleh membiarkan wanita menciummu juga tidak boleh membiarkan wanita memelukmu.”

Novel Terkait

My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu