Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 208 Identitas (2)

Sikap Tuan Kelima yang terkadang kekanak-kanakan, membuatku tertawa. Aku tidak menyangka Tuan Kelima bisa mendengar kata-kata ibunya juga. Ketika aku Memalingkan pandanganku dan melihat bahwa dia sedang merokok, aku berjalan mendekat dan mengambil rokok dari mulutnya, "Tidak boleh merokok, merokok berbahaya bagi kesehatanmu. Apa ibumu tidak memberitahumu?"

Tuan Kelima menyipit ke arahku dan mendengus, karena rokoknya diambil olehku, dia hanya duduk di sana dan terlihat sangat tidak nyaman.

Aku mematikan rokoknya di asbak. Baru pada saat itulah aku melihat sudah ada beberapa puntung rokok di asbak. Tuan Kelima ini, menyiksa diri!

Aku membungkuk dan mencari di meja teh yang berada di depannya. Di lacinya meja teh, aku menemukan setengah kotak rokok merek "Gudang Garam", dan aku mengeluarkannya dan masukin ke saku bajuku.

"Aku menyita rokok ini, kamu tidak boleh merokok lagi!"

Aku memasang muka serius dan berpura-pura sangat marah.

Tuan Kelima memandang ke atas dan menatapku, terlihat agak aneh dan tidak nyaman di matanya, "Identitas apa yang kamu gunakan untuk mengatur aku? Aku hanya mau mendengarkan ibu dan istriku!"

Aku: "Aku bukan ibumu, atau istrimu, tetapi jika kamu ingin menikahiku nanti, kamu harus patuh padaku!"

Tuan Kelima mendengus, tapi terlihat bahagia, "Kamu yang bilang ya."

Dia mengambil Zippo nya dan melemparkannya ke tempat sampah.

Dengan bangga aku mengangkat wajahku. "Tentu saja, aku yang bilang, apa yang aku bilang pasti aku akan penuhi."

Tuan Kelima menatapku, ujung mulutnya terlihat seperti mencibir, "Itu ... apa yang ada di celanamu?"

Dia mengarahkan jarinya ke arah badanku.

Aku menundukkan kepala mencari dan tidak melihat apa pun.

Tuan Kelima: "Di pantatmu."

Aku segera menyadari apa yang terjadi dan menyentuh bagian belakang badanku. Di bawah sentuhanku, aku langsung tersipu. Sialan, datang bulan dan bocor.

Aku merasa malu, dan segera lari dari hadapan Tuan Kelima.

Menstruasi, ini benar-benar bukan saatnya untuk datang bulan. Aku tidak tahu apakah aku ada meninggalkan noda di sofa nya Tuan Kelima apa tidak. Itu benar-benar memalukan sekali.

Pagi-pagi, Tuan Kelima sudah mengetuk pintuku. Begitu aku membuka pintu, aku dihadapkan dengan sepasang mata yang cerah darinya. Matanya yang indah berbinar dengan senyum yang ceria, dia menatapku dengan pandangan aneh. Itu membuatku malu dan wajahku terasa panas. Aku rasanya ingin membenturkan kepalaku ke tembok saat itu, karena teringat kejadian semalam yang memalukan, ingin rasanya aku bunuh diri saja.

"Kalian sudah beres belum, aku akan mengantar kalian."

Tuan Kelima membuka mulut bertanya.

"Sudah beres."

Qiang Qiang berlari keluar dengan tas kecilnya.

Aku berbalik dan mengambil tas tanganku dan turun bersama mereka.

Dalam perjalanan ke firma hukum, Tuan Kelima sesekali mencuri pandang kearahku, ketika melirikku, terlihat senyum kecil dimulutnya. Setiap kali dia menatapku, wajahku terasa terbakar.

Pada akhirnya, aku tidak bisa menahannya. Aku melototinya, " Tuan Kelima, apakah kamu tidak pernah melihat seorang wanita datang bulan! Atau wanitamu dulu, mereka tidak pernah datang bulan!"

Tuan Kelima terlihat sangat senang.

"Apa yang kamu pikirkan? Aku hanya berpikir kamu itu lucu."

Lucu, apakah ini sangat lucu?

Aku memalingkan wajahku keluar jendela mobil.

Tuan Kelima hanya tersenyum kecil, mukanya yang tampan, tidak menggoda atau mengejekku lagi.

Tidak lama kemudian, kita sudah tiba di firma hukum.

Telepon Lan Ke masuk. "Pelit, mobilmu sudah dikirim kepadamu, datang dan tanda tangan tanda terimanya."

Aku melihat keluar jendela, dan aku melihat sebuah Audi putih diparkir tidak jauh di sana. Sosok Lan Ke berdiri disamping mobil dan sedang menelepon.

Tuan Kelima mengangkat alisnya, "Kenapa orang itu mencarimu?"

Aku : "Dia membawaku untuk melihat tempat Yang Zilan tinggal kemarin. Mobilku rusak di sana. Dia mencari orang untuk menderek dan membawa kembali mobilku."

Mata Tuan Kelima menyipit, dan menatap tajam, "Ada maksud tersembunyi apa dia denganmu, sangat mencurigakan dia begitu perhatian padamu, ini jelas tidak normal."

Aku : ……..

"Mungkin, karena Yang Zilan memiliki sejarah dengan keluarganya, jadi dia bukannya ada perhatian padaku."

Tuan Kelima memberiku pandangan aneh, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya sepasang mata yang tajam menatap Lan Ke yang berdiri tidak jauh di sana.

Aku membuka pintu mobil, "Aku pergi dulu, sampai jumpa."

Tuan Kelima masih tidak bersuara. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan. Aku pergi ke arah Lan Ke, dan memintanya untuk memberikan kunci mobilku. "Berikan kunci mobilnya padaku."

Lan Ke memasukkan tangannya ke sakunya, menyipitkan matanya, dan menatapku, tetapi sudut matanya condong ke arah mobil yang masih diparkir tidak jauh dari situ.

Lan Ke tersenyum, "Ada Kuil Tie Lan di pinggiran kota. Aku mendengar bahwa Buddha disana itu sangat spiritual. Apakah kamu ingin pergi beribadah? Menjauhkan nasib burukmu?"

Aku menatapnya dengan tajam, "Kamu yang bernasib buruk, aku baik-baik saja!"

Aku mengambil kunci mobil dari tangannya dan berjalan ke arah mobilku. Ketika kuhidupkan mobilku, mobil Tuan Kelima baru melaju pergi.

Setelah mobil kami pergi, Lan Ke mencari taksi dan pergi.

Tidak lama ketika aku mulai bekerja, aku menerima telepon dari Ai Lisi. "Ayo keluar dan menemani aku ke Kuil Tie Lan."

Novel Terkait

Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu