Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 191 Tipuan (1)

“Apa lukisan ini benar lukisan Zheng Banqiao?” saat bertanya Kepala Militer juga agak menekan.

Penjual lukisan: “wah, Kakek, Anda benar-benar tahu barang yang asli, lukisan ini, didapatkan turun temurun dari keluargaku, karya asli Zheng Banqiao. Kalau bukan karena putraku butuh uang untuk beli rumah dan menikah, aku tidak akan menjualnya!”

Kepala Militer:“lukisan ini harganya berapa?”

Penjual lukisan:“harga tanpa nego, 200 juta rupiah.”

Kepala Militer:“terlalu mahal. Kurangi!”

Kepala Militer tetap saja punya wibawa seperti seorang Kepala Militer.

Penjual lukisan: “Kakek, kulihat Anda orang yang paham lukisan, lukisan ini, karya asli Zheng Banqiao, kalau bukan karena butuh uang cepat miliaran pun tak kujual, benar-benar kekurangan uang, kalau Anda benar mau, 196 juta saja, kalau tidak mau, besok aku akan bawa ke tempat lelang, dijamin Anda tak akan dapat harga segini lagi.”

Kepala Militer mengernyitkan alis tebalnya, seperti sedang memikirkan keaslian lukisan ini, karena memang, benda semacam lukisan antik, kalau ditiru dengan baik, kecuali pakar lukisan, sama sekali tak bisa membedakan.

Pada saat itu, ada seorang pria paruh baya yang berjalan mendekat, sekalinya melihat lukisan anggrek itu ia berteriak: “ini karya asli Zheng Banqiao ya! Bos, yang ini harganya berapa?”

Penjual lukisan:“200 juta, kurang sedikitpun tidak aku jual.”

Orang paruh baya itu segera mau mengeluarkan uang, “aku mau lukisan ini.”

Kepala Militer:“tunggu dulu, lukisan ini aku duluan yang lihat, kamu kenapa tidak bertindak sesuai peraturan?”

Orang paruh baya:“Anda bukannya belum beli ya? Bos, lukisan ini, aku bayar 240 juta, bungkuskan untukku.”

Melihat itu, Kepala Militer merasa martabatnya tertantang, sangat marah, “Bos, 240 juta kasih aku, aku ambil!”

Penjual lukisan tertawa, berkata pada pria paruh baya itu: “maaf ya, kakek ini yang lihat duluan, lukisan ini, aku harus menjual padanya.”

Selesai bicara ia membungkuskan lukisannya, menyerahkannya pada Kepala Militer.

Kepala Militer menerima lukisannya, menyuruh pengawalnya untuk mengambil uang dan membayar, kemudian pria paruh baya itu menghembuskan nafas, pergi dengan agak bangga.

Penjual lukisan dan pria paruh baya itu berpandangan penuh arti, tertawa.

Pria paruh baya: “kamu 70 persen aku 30 persen, sesuai yang dijanjikan.”

Penjual lukisan: “bro, kata-kataku selalu bisa dipegang.”

Mereka berdua tanpa disangka bermain dengan cara kotor.

Kepala Militer ini, benar-benar sia-sia menjabat sebagai Kepala Militer, orang paruh baya ini sudah jelas ditipu oleh penjual lukisan ini, tampa disangka ia percaya.

“Hei, kembalikan uangnya!”

Aku mengulurkan tanganku yang putih ke penjual lukisan itu.

Penjual lukisan: “kembalikan uang apa!”

Aku:“tadi uang Kakek yang beli lukisan. Jangan sangka aku tidak tahu ya, kamu menipunya, lukisan ini hanya tiruan saja, dijual dengan harga beberapa ratus ribu rupiah saja sudah lumayan.”

Penjual lukisan: “datang dari mana orang gila ini sembarangan bicara, cepat pergi, kalau tidak pergi, aku akan memukulimu sampai mati!”

Penjual lukisan menunjukkan wajah yang galak, orang paruh baya di sebelahnya juga memberiku tatapan ganas.

Aku tahu, kedua orang ini mau lebih galak segalak apapun, juga tidak mungkin melakukan kekerasan di tempat ini, tidak jauh dari sini adalah area militer!

Aku:“tadi orang yang beli lukisan, tahu tidak siapa? Dia itu Kepala Militer di area militer ini, kalian menipunya, minta ditembak ya!”

Mereka berdua saling bertatapan sejenak, banyak berbisik, pria paruh baya itu lihat ke penjual lukisan, mata mereka terlihat terganggu, tadi, semua polisi di samping Kepala Militer, mereka melihatnya semua.

Penjual lukisan menurunkan suaranya: “aku kasih kamu 40 juta, cepat pergi!”

Aku:“tidak bisa, aku mau 200 juta.”

Tatapan penjual lukisan jadi tajam, “dasar wanita bodoh, mau mati ya!”

Aku tidak menggubrisnya, mulai telepon, tentu saja, nomor yang aku telepon itu nomornya Tuan Kelima, “halo, pengawal Chen ya? Barusan lukisan yang dibeli Kepala Militer itu palsu, ia dibohongi, benar, dua orang ini sudah main kotor……”

“Hei, hei, tutup mulutmu!”

Penjual lukisan dan lelaki muda itu semua sangat ketakutan, dengan wajah pucat merebut telepon genggamku, “buat kamu 200 juta sini, telepon buat apa, benar-benar ya.”

Sambil bicara sambil mengeluarkan uang dari tas dengan sangat tidak rela, setumpuk uang sejumlah 200 juta, diserahkan ke tanganku.

“Bertemu denganmu, anggap saja aku sial.”

Penjual lukisan mengomel.

Aku mengangkat sedikit ujung bibirku, membawa uangnya dan pergi.

Tuan Kelima meneleponku kembali, “hei, apanya yang pengawal Chen, kamu cari siapa!”

Aku:“nanti aku kasih tahu.”

Kembali ke apartemen, aku taruh 200 juta itu di hadapan Tuan Kelima, Tuan Kelima tercengang kemudian mengangkat kepalanya dan melihatku,“buat apa kamu ambil uang sebanyak ini?”

Aku tertawa kecil, duduk di depannya, “aku barusan keluar beli bahan makanan, di pasar barang antik bertemu ayahmu. Ia beli sebuah lukisan, 240 juta, tapi lukisan itu palsu, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri penjual lukisan itu dan orang suruhannya mau bagi 70 persen 30 persen, maka dari itu aku mengancam mereka, aku kenal Kepala Militer, pura-pura juga telepon ke pengawalnya, penjual lukisannya takut, kasih aku 200 juta deh.”

Tuan Kelima tercengang, “orang-orang itu bodoh ya, tanpa disangka benar-benar bodoh, tanpa disangka benar-benar kasih kamu.”

Aku agak senang dengan diriku sendiri, “aku merasa bersalah seperti maling. Uang ini, anggap saja uang ganti rugi dari Kakek, biaya melukai tubuhmu.“

Aku mengaku, aku agak tidak bermoral, tapi Kepala Militer sesungguhnya menyebalkan, dapat 200 juta darinya, pantas untuknya.

Novel Terkait

Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu