Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 212 Jarum Berdarah (2)

Tuan Kelima membantuku duduk, lalu ia menyerahkan minuman, “ Minumlah.”

Dia menyentuh tanganku yang dingin, ia mengerutkan keningnya, lalu mengenakan jaketnya ke bahuku.

Qiang Qiang duduk di sampingku, memegang gelas yang berisi minuman kacang merah, meminumnya dengan serius.

Namun ekpresinya sangat tegang.

Tuan Kelima pelan-pelan mendesah, “Jika aku tahu akan bertemu mereka, aku tidak akan mengajak kalian datang kesana.”

“Jangan salahkan dirimu.”

Perlahan-lahan aku membuka mulutku, tidak peduli dimanapun pasti didapati orang-orang yang mencari masalah.

Aku memegang sup kacang merah itu, hangatnya kacang merah itu, membuat jariku menjadi lebih hangat. Tubuhku pun menjadi lebih hangat. Pikiran yang kosong sudah menjadi normal kembali.

Qiang Qiang : “Mama, Aku ingin pulang.”

“Baiklah.” Dengan lembut aku menjawabnya.

Tuan Kelima :” OK, Kita akan segera pulang.”

Sepuluh menit kemudian kami meninggalkan Disneylan, dan langsung kembali ke apartemen di Victoria Harbour.

Di unit apartemen ini terdpat 3 kamar, kamar Tuan Kelima tidak terlalu besar tapi sudah termasuk bagus untuk di Hongkong.

Di dalam rumah terdapat dua kamar mandi, kamar mandi kami terpisah. Aku mengganti pakaian bersih, lalu turun kebawah makan bersama Tuan Kelima. Saat itu lampu-lampu baru saja menyala, Victoria Harbour menjadi terang.

Harin ini Qiang Qiang sudah sangat lelah bermain, setelah makan ia bergegas tidur lebih cepat. Aku dan Tuan Kelima berdiri di depan teras.

Pemandangan Lampu-lampu yang bersinar di malam hari itu sangat memuaskan, tiupan angin laut itu seakan menyentuh hati ini. Aku bersama Tuan Kelima menikmati pemandangan ini.

Di malam hari ini, ia memandangiku dengan padangan yang lembut. Tangannya terangkat, pelan-pelan mengehelus rambutku, lalu tangannya jatuh ke pundakku. Dengan lembut mencium bibirku. Aku berjinjit, dan menempel dengan bibirnya yang tipis. Sambil mengambil napas ringan, kami mabuk dalam kehangatan itu.

Diatas tempat tidurnya yang lembut, dua tubuh terjalin menjadi satu. Kali ini merupakan kali pertamaku dan Tuan Kelima benar-benar saling memiliki. Kali ini aku tidak menuntut berapa lamanya waktu, hanya peduli dengan satu sama lain. Kami pun saling berpelukan dan tidur.

Tiga hari kemudian kami meninggalkan Hongkong.

Sekali lagi Tuan Kelima melamar aku, tapi aku tidak berani menerimanya, tidak berani untuk masuk kedalam aula pernikahan lagi. Di hadapannya, aku hanya dapat menggelengkan kepala. Tuan Kelima tidak berdaya, “Ya, aku menghargai keputusan kamu.”

“Tetapi, Lin Xiao,” sebelum pergi ia memandang dengan ketulusan, “ Jika kamu hamil, pastikan untuk memberitahuku.”

Kami tidak menggunakan alat kontrasepsi pada hari itu, karena pada saat itu dalam masa yang aman. Kemudian dia juga sangat bergairah tetapi membiarkan dirinya mundur.

Aku menganggukan kepala, lalu Tuan Kelima pergi.

Setelah melewati liburan, aku kembali bekerja. Aku pergi ke kantor Lan, dan bertemu dengan Lan Yue. Dahinya masi ada bekas luka yang belum sepenuhnya pulih, tetapi ia sudah pulih dari keadaan semula. Ia menampilkan tempramennya yang dingin.

Melihat aku, penampilannya tidak berubah, “Sebentar lagi kamu ke kantorku, ada barang yang ingin aku berikan kepadamu.”

Setelah berbicara, ia pergi.

Aku tidak tahu apa yang ingin dia berikan, bisnis sudah selesai, tetapi masih membuka pintu kantornya.

Lan Yue memberiku cek 1 miliar rupiah , “Kamu telah menyelamatkanku, ini untukmu.”

Aku menatapnya, dan menolaknya, “Bahkan jika kamu orang lain, saat genting tetap akan menolongmu, simpanlah uang ini.”

Aku berbalik dan berjalan keluar.

Lan Yue berteriak :” Kamu berhenti!”

Aku berbalik, melihat wajah cantik Lan Yue yang agak jengkel, “ Apakah ini terlalu kecil, aku dapat memberi dua kali lipat lagi.”

Sambil berbicara, dia membuka lacinya, lalu mengambil cek, menulis dengan pena hitam , mengecap dan menyerahkannya kepadaku.

Aku melihat cek itu dan jumlahnya menjadi 2 miliar, “Nona Lan, aku tidak tahu apa yang anda pikirkan. Jika aku menerima cek ini, apakah kamu akan merasa balas budi?

Kalau begitu baiklah, cek ini akan kusumbangkan ke panti asuhan, menggunakan namaku atau nama kamu itu tidak masalah.”

Aku tidak memperhatikan Lan Yue, dan berbalik pergi.

Pada hari yang sama, aku medapat telepon dari Panti asuhan, mengatakan bahwa seluruh staf dan anak-anak muda dari Panti asuhan mengucapkan terima kasih kepada aku.

Aku sedikit panik, lalu mengatakan yang sebenarnya, ”Apakah itu sebesar 2 miliar? Itu bukan aku yang menyumbang, tapi keluarga Lan Yue yang menyumbangkannya.”

Kepala Panti pun tertegun, tetapi aku tidak ingin menjelaskan apa pun, sehingga bertanya uang 2 miliar itu akan digunakan untuk apa, uang itu akan digunakan untuk anak-anak, lalu aku menutup telepon.

Setelah selesai kerja, aku pergi ke mall terdekat, ingin membeli kebutuhan sehari-hari. Kemudian aku melihat Lin Xueman , ia memegang tas belanja yang merupakan merek pakaian anak-anak, ia berjalan sambil menelepon.

Novel Terkait

Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu