Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (1)

Tuan Muda menggendong Tian Tian pulang, berpamitan pada militer muda lainnya. Tuan tua malah berkata: "Anak sudah tertidur, apakah akan kamu gendong pulang? Cepat naik ke atas, suruh dia berbaring di ranjang dan tidur dengan baik!"

Tuan Muda langsung terpaku, aku melihat keterkejutan pada tatapannya, tapi ia justru berbicara dengan tenang: "Ranjang di rumahmu, Tian Tian tidak pantas untuk menidurinya, lebih baik kami pulang untuk menidurkannya."

Selesai tuan muda berbicara, ia tidak mempedulikan harga diri Tuan Besar, mengendong Tian Tian yang sudah tertidur dan pergi.

Aku juga tidak menyangka Tuan Muda seperti ini, bisa berkata seperti ini untuk melawan Tuan Besar, aku kehabisan kata-kata.

Wajah Tuan Besar pucat karena amarah, tapi hanya bisa memukul sandaran kursi rodanya dengan tangannya yang besar, marah hingga tidak bisa berkata-kata.

Setelah beberapa hari, Jiao Jiao menelepon, "Kakak Ipar, kamu dan kakak bawalah Tian Tian dan Qiang Qiang mampir ke sini, Ayah merindukan Tian Tian, ia tidak mengatakannya, tapi aku bisa melihatnya, sebenarnya Ayah sangat menyukai Tian Tian. Hari ini Kak Chen dan Jiayu datang kesini membawa si putri kecil, bersama-sama pasti lebih ramai, Ayah juga akan sangat gembira."

"Hm...... akan kutanyakan pada Kak Chen terlebih dahulu."

Aku tidak berani mengambil keputusan tanpa persetujuan Tuan Muda, meski Tuan Muda sebenarnya sangat peduli pada Tuan Besar, namun keras kepalanya, sepertinya tidak bisa dilunakkan.

Memanfaatkan saat ketika Tuan Muda gembira, aku berhati-hati menyampaikannya: "Baru saja Jiao Jiao menelepon, ia menyampaikan bahwa Tuan Besar merindukan Tian Tian, kita bawa Tian Tian menemuinya?"

Tuan Muda tidak mengangkat kepalanya, sedang menyuapi Tian Tian, "Persetan, beritahu dia, tidak ada waktu. Anak sendiri tidak dipedulikannya, bisa-bisanya ia merindukan cucunya? Tidak."

Aku: ......

Tian Tian sudah kenyang, Tuan Muda mulai mengenyangkan dirinya sendiri, sedangkan aku, tanganku menyangga pipi, mengkhawatirkan bagaimana caranya agar Tuan Muda membawa Tian Tian menuju kediaman Ayah!

Setelah makan malam, aku mempunyai ide, aku menggendong Tian Tian, berbisik bertanya padanya: "Apakah Tian Tian merindukan tempat Kakek? Tanda Bintang di pundak Kakek sungguh menyenangkan untuk bermain, bukan? Di tempat Kakek, juga ada banyak Paman berbaju hijau, mereka sangat gagah bukan?"

Anak kecil tidak mengerti arti gagah, ia hanya tahu bahwa ia suka melihat sosok berbaju hijau.

Ia mengangguk bahagia, "Tian Tian akan pergi, Tian Tian akan pergi."

Begitu berkata pergi, si kecil sangat bahagia, ia menggerak-gerakan tubuhnya di dalam pelukanku, ingin keluar dari pelukan.

Aku meletakkannya di lantai, membisikannya: "Pergilah, katakan pada Ayah kamu ingin mengunjungi Kakek."

Si kecil berlari ke arah kamar, "Papa, Papa, Tian Tian ingin pergi ke rumah Kakek."

Tuan Muda tercengang: "Pergi ke sana untuk apa?"

Si kecil: "Tian Tian merindukan kakek."

Tuan Muda agak keberatan, namun putri kesayangannya yang meminta, ia pun menggendong si kecil: "Iya iya iya, Papa akan mengantarmu."

Dengan begini, kami sekeluarga berempat, pergi ke daerah militer.

Chen Hui dan Jiayu datang membawa putrinya. Chen Hui pintar memasak, ia menggulung lengan bajunya, memamerkan keahliannya di dapur, Jiayu membawa putri kecilnya bermain di ruang tamu, Tuan Besar duduk di sofa, tatapannya terlihat bahagia.

Hal-hal seperti ini jarang terlihat, bagi Tuan Besar yang galak dan keras, bisa terpancar tatapan hangat dari matanya yang galak, sungguh tidak mudah.

"Kakek."

Begitu Tian Tian memasuki ruangan, ia mengeliat dari pelukan Tuan Muda, lalu berlari ke arak Tuan Besar.

Gubrak, si kecil terjatuh.

Tuan Besar melotot melihatnya, saat itu, aku bisa melihat, ia panik sampai-sampai nafasnya terhenti.

Untung saja, dengan cepat Tian Tian bangkit berdiri, anak ini, ia tidak pernah menangis jika jatuh, berlari ke sisi Kakek, menggunakan lutut Kakek untuk memanjat ke atas, tangannya bermain-main di pangkat bahu Tuan Besar.

Tuan Besar hanya mengerutkan keningnya, ia tidak melarang, membiarkan tangan kecil itu bermain di pundaknya.

Jiayu tersenyum ke arahku, ia menunjuk Tuan Muda dengan tatapannya, yang berarti, lihatlah, Tuan Besar sangat menyukai Tian Tian.

Tatapan Tuan Muda datar, menghadapi ini, wajahnya tidak berekspresi. Tapi aku tahu, hatinya, juga terhibur. Hanya saja, ia dan Tuan Besar selalu bercekcok, dalam waktu singkat, tidak ada yang akan mengalah.

Setelah makan siang, Chen Hui membawa Jiayu dan putri kecilnya pergi, Tian Tian mulai mengantuk, kepala kecilnya bersandar di pundakku, tangan kecilnya tidak berhenti mengusap matanya.

Jiao Jiao berkata, "Kak, di atas ada kamar, sudah disiapkan untuk kalian, bawalah Tian Tian tidur sebentar?"

Aku menatap Tuan Muda sejenak, raut wajahnya dingin, tidak berkata apa-aoa.

Aku menjawab: "Tidak usah, lebih baik kami membawa Tian Tian pulang."

Saat ini, Tuan Besar berbicara, suaranya berat, sangat serius, "Tidak bolehkah ia tidur di rumah kakeknya? Tidur sebentar, bisa membuat kalian lumpuh?"

Aku tahu, Tuan Besar berharap kita tidak pergi, hanya saja ia tidak menyampaikannya secara baik. Sebagai menantu, aku tidak ingin mertua dan suamiku terus dalam situasi beradu, aku juga berharap, mereka bisa seperti ayah dan anak yang wajar. Sedangkan Tuan Muda, mulutnya memang keras, tapi hatinya mempedulikan Tuan Besar tidak kurang dari orang lain.

Novel Terkait

CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu