Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 245 Keracunan Makanan (2)
Tuan kelima memegang wajahnya sambil berkata : “Putri kesayanganku menendangku.”
Aku tertawa mendengarnya : “Putrimu berkata, ini siapa ya, terus mendekatiku seperti Tipatkai saja.”
****(Tipatkai : Dewa Langit Tampan yang dikutuk oleh Tuhan menjadi berwajah babi karena suka menggoda perempuan, muncul dalam film Kera Sakti)****
Tuan kelima melihatku dengan wajah kesal, lalu berkata pada perutku : “Sayang, papa bukann Tipatkai, jangan dengar mama sembarangan bicara, papa merupakan pria paling tampan sedunia. Papa jamin, putri papa juga pasti akan menjadi gadis yang paling cantik sedunia…………”
Dalam waktu sekejap setengah bulan berlalu lagi, tubuhku perlahan bertambah berat, terlihat begitu lambat karena begitu gemuk, Tuan kelima melihatku membawa perut yang begitu besar, gerakan juga menjadi semakin susah, mengataiku sebagai babi betina paling imut sedunia.
Tuan besar tetap belum sadar, Xu Jingya kadang ke rumah sakit untuk menengok Tuan besar, namun setiap kali datang ia terlihat begitu terburu-buru bahkan terkesan sangat tidak sabar berlama-lama disana.
Tentu saja ini semua diberitahukan oleh penjaga yang mengurus Tuan besar pada Tuan kelima.
Hari ini aku ikut Tuan kelima kesebuah apartemen di area militer, setelah membersihkan barang, apartemen disana disewakan tahunan, sekarang masih dalam masa sewa, masih ada banyak barang disana yang belum dipindahkan.
Tanpa perlu aku yang turun tangan, Tuan kelima sudah menggulung lengan bajunya dan mulai berberes.
“Ini masih mau? Kalau ini?”
Dia membereskan sambil bertanya padaku.
Aku : “Ini masih bisa dipakai, itu buang saja.”
Setelah satu jam, semua barang sudah diangkut oleh Tuan kelima keatas mobil, barang yang sudah tidak diinginkan semua dibawa ke tong sampah disamping apartemen.
Lalu melihat Tuan kelima, di wajahnya yang tampan mengalir keringat di kedua sisinya.
Aku memotretnya sambil tertawa lalu mempostnya, tidak berapa lama, aku menerima komentar di foto yang kuposting.
Terutama dari Chen Hui, dia berkata : Oh, ternyata Tuan kelima juga bisa bekerja, aku pikir hanya bisa dilayani orang.
Aku memperlihatkan komentar Chen Hui pada Tuan kelima, Tuan kelima hanya cemberut tanpa mengatakan apapun.
Lan Ke langsung mengirim pesan ke kotak pesan : “Kerja bagus, ingat, pria itu ada untuk menyayangimu, jika dia membuatmu susah, pukul saja dia, kalau tidak sanggup menandinginya masih ada kakak.”
Bibirku langsung menyungging, kata-kata ini tidak boleh terlihat oleh Tuan kelima.
Setelah membereskan barang, Tuan kelima membawaku ke tempat Tuan besar lagi. Kemarin perawat Tuan besar menelepon Tuan kelima untuk mengambil gaji, Tuan kelima menggerutu kenapa perawat tidak menagih gajinya ke Xu Jingya, namun ia tetap mengiyakan.
Kami tiba di rumah Tuan besar dengan cepat.
Pengasuh datang untuk membuka pintu, begitu melihat aku dan Tuan kelima yang datang, ia langsung berkata : “Akhirnya kalian datang juga, keluargaku sedang sangat membutuhkan uang sekarang, namun tidak ada orang yang bersedia menghitung gaji untukku, aku benar-benar panik.”
Tuan kelima : “Dimana Xu Jingya? Kamu tidak meminta padanya?”
Pengasuh : “Kak Xu sudah lama tidak pulang kemari, bahkan Jiao Jiao juga sudah lama tidak kembali.”
Aku dan Tuan muda terkejut, alis Tuan kelima langsung mengkerut, “Apa yang terjadi!”
Pengasuh hanya menggeleng menandakan tidak tahu.
Tuan kelima memberikan uang 40 juta rupiah kepada pengasuh, lalu menelepon Xu Jingya di ruang tamu, tentu saja tidak ada yang mengangkat teleponnya. Lalu dia menelepon Chen Hui, ketika Chen Hui mendengarnya ia juga terkejut, “Ada kejadian seperti itu? Kalian tunggu sebentar, aku segera kesana.”
Setengah jam kemudian, Chen Hui tiba, dia menanyakan pertanyaan yang sama pada pengasuh, pengasuh tetap sama jawabannya yaitu tidak tahu.
Lalu Chen Hui berkata : “Aku coba tanyakan ke rumah Li Tuanzhang, biasanya Bibi Xu sering berhubungan dengan istri Li Tuanzhang.”
Chen Hui kembali dengan cepat, dia bilang istri Li Tuanzhang sudah lama tidak bertemu dengan Xu Jingya.
Ucapan Chen Hui membuat perasaanku dan Tuan kelima merasa aneh, tepat disaat itu, bel berbunyi, ternyata Xu Jingya membawa Jiao Jiao pulang.
Dia melihat di ruang tamu ada kami, sempat terkejut, namun ia langsung berkata dengan nada lelah : “Kalian semua ada disini, aku mengajak Jiao Jiao tinggal kekampung halamanku untuk sesaat, ada apa kalian kemari?”
Bibir Tuan kelima mengetat, tidak mengatakan apapun, lalu Chen Hui berkata : “Kalau begitu kami merasa lega. Kamu istirahatlah lebih awal, adik kelima, Xiaoxiao, ayo kita pergi.”
Setelah mengatakannya, Chen Hui langsung berjalan keluar, aku dan Tuan kelima juga mengikutinya meninggalkan rumah ini.
Dijalan pulang, alis Tuan kelima mengkerut begitu ketat, “Pulang kekampung halaman, setan baru percaya.”
Aku : “Menurutmu ada yang ia tutupi dari kita?”
Tuan kelima : “Meskipun Xu Jingya datang dari kampung, namun yang paling ia pandang rendah adalah kampung, bertahun-tahun, belum pernah ia berhubungan dengan sanak saudaranya dikampung sekalipun, bagaimana mungkin ia pulang kesana.”
Aku : “Kalau begitu apa yang ia lakukan?”
Tuan kelima : “Aku tidak tahu, namun pasti bukan hal yang baik.”
Besoknya, Tuan kelima sudah tiba dikantor sejak pagi, aku ditemani Aisha jalan-jalan kesekitar sekolah Qiang Qiang, karena tubuhku yang semakin berat aku tidak berani berjalan sendiri.
Jam sekarang merupakan jam aktivitas sekolah, lapangan sekolah terlihat begitu ramai, anak-anak bagai burung yang lepas dari sangkar, suara tawa dan obrolan mereka menyebar dari berbagai penjuru.
Aku berdiri dipagar mencari-cari Qiang Qiang.
Tiba-tiba, aku melihat di pagar seberang ada bayangan seseorang yang begitu familiar. Dia berdiri dengan tenang disana, tatapannya mengikuti anak yang sedang berlari dengan senangnya.
aku melihat kelembutan dibalik wajahnya yang tampan.
Mo Ziqian, dia datang untuk melihat Qiang Qiang?
Tiba-tiba Qiang Qiang terjatuh, aku melihat tatapan Mo Ziqian berubah menjadi tatapan kaget, detik itu, jantungnya seolah hampir melompat keluar dari mulutnya. Qiang Qiang bangkit berdiri, tangan kecilnya membersihkan kotoran yang menempel di celananya, lalu lanjut bermain dengan temannya, setelah melihat itu rasa khawatir diwajahnya baru perlahan menghilang.
Lalu ia menerima sebuah telepon dan pergi.
“Kak, orang itu sepertinya Mo Ziqian!”
Aisha menunjuk Mo Ziqian yang sudah hampir masuk ke dalam mobil.
“Iya.” Aku melihat mobilnya pergi, aku berpikir, apakah Mo Ziqian sering seperti itu? Atau baru sekali ini namun suda terlihat olehku?
Aku dan Aisah kembali ke apartemen, Aisha terus merangkul lenganku, memapahku, ia merupakan seorang adik yang begitu perhatian, didepan pintu lobby apartemen kami melihat Lan Ke yang baru akan pergi.
Lan Ke melihatku, melihat Aisha, tersenyum, “Jalan kemana? Kalau kamu masih tidak kembali aku sudah mau pulang.”
Setengah bulan tidak bertemu, Lan Ke terlihat semakin tampan, menyipitkan mata sambil berdiri disana, matanya yang indah bagai bintang, membuat orang sulit mengalihkan pandangan darinya.
Di sampingku, ada sebuah lampu kecil yang diam-diam sedang berkelip.
“Jalan-jalan ke sekolah, sibuk apa akhir-akhir ini? Sudah lama tidak melihatmu.”
Lan Ke : “Sibuk berkencan. Adikku ini saja sudah hampir melahirkan, aku sebagai kakak harus lebih banyak bergaul, lalu mencari seorang pasangan untuk dinikahi, kalau tidak aku akan sangat berdosa pada keluarga Lan.”
Lan Ke berkata sambil masuk ke dalam rumah bersama kami.
Aku melihat satu kantung plastik berisi beraneka ragam buah, aku tahu itu pasti Lan Ke yang membawakannya.
Lan Ke duduk dengan santai di sofa, mengangkat satu kakinya, memiringkan kepala sambil berpikir : “Sepertinya tidak sampai dua bulan lagi kamu sudah akan melahirkan bukan, hadiah apa ya yang harus kuberikan untuk keponakanku?”
Aku tersenyum : “Bayi ini memiliki paman yang pandai mengumpulkan harta, hadiah kecil dan murah kami tidak terima loh.”
Lan Ke bergurau : “Benar sekali, bagaimana jika aku menurunkan jurus mengumpulkan hartaku padanya, jadi meskipun dia tidak mewarisi kekakayaan Tuan kelima, paling tidak bisa menjadi konglomerat cilik.”
Lan Ke bangkit sambil berjalan keluar, aku menatap kepergiannya, ketika menoleh aku melihat mata Aisha yang mengikuti kepergiannya…………..
Beberapa hari berlalu lagi, beberapa hari ini Xu Jingya ke rumah sakit setiap hari, seperti berubah menjadi orang lain, ia begitu telaten menjaga Tuan besar, ketika Tuan kelima mendengar kabar ini dari perawat, ia mengangguk.
Dan akhir-akhir ini Lin Xueman mulai memamerkan sikap mulianya lagi, Sisi ulang tahun, ia membuatkan sebuah party untuk Sisi lalu mempost semua video juga foto diacara ulang tahun Sisi ke instagram.
Dalam video dan foto itu, ia dan Sisi saling mencium, berpelukan bahkan bersikap seperti sepasang ibu dan anak yang harmonis.
Lin Xueman juga memberikan caption : putriku merupakan cotton candy dalam hidupku, sungguh beruntung memiliki seorang putri yang manis seperti ini.
Aku menghela nafas, wanita picik ini masih saja berpura-pura, perbincangan ini menjadi berita panas, keesokan harinya, aku melihat berita Lin Xueman keracunan makanan sampai dibawa ke rumah sakit.
Ketika itu aku terkejut sampai tidak bisa mengatakan apapun, Lin Xueman sedang hamil, dan usia kehamilannya sedikit lebih muda dariku, bukankah ini berarti kandungannya mungkin akan sulit untuk dipertahankan?
Aisha membawa ponsel datang dengan tergesa-gesa, “Kak, kamu sudah lihat belum, wanita picik itu semalam keracunan sampai masuk rumah sakit, katanya anak dalam kandungannya tidak tertolong, bahkan kondisinya sekarang begitu membahayakan.”
Novel Terkait
Husband Deeply Love
NaomiMy Cold Wedding
MevitaYama's Wife
ClarkTernyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniDewa Perang Greget
Budi MaWaiting For Love
SnowAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaCintaku Yang Dipenuhi Dendam×
- Bab 1 Dua Keluarga
- Bab 2 Kelembutan Terakhir
- Bab 3 Masuk Penjara
- Bab 4 Tingkah Pelacur
- Bab 5 Memberikan Anaknya Kepada Yang Lain
- Bab 6 Seseorang Yang Kaya Dan Misterius
- Bab 7 Tak Terduga
- Bab 8 Begitu Membencimu
- Bab 9 Di Peternakan Kuda
- Bab 10 Campur Tangan Tuan Kelima
- Bab 11 Main Ganda
- Bab 12 Cinta Satu-Satunya
- Bab 13 Anakku
- Bab 14 Belajar Menyenangkanku
- Bab 15 Peran Yang Memalukan
- Bab 16 Penyesalan
- Bab 17 Penuh Keraguan
- Bab 18 Terperangkap
- Bab 19 Penuh dengan Akal Buruk
- Bab 20 Pasangan Serasi
- Bab 21 Memiliki Kesempatan
- Bab 22 Konferensi Pers
- Bab 23 Sangat Memalukan
- Bab 24 Tidak Ada Seorang Pun
- Bab 25 Ciuman Di Luar Kendali
- Bab 26 Membahayakan Dirinya Sendiri
- Bab 27 Paling Menyesal Pernah Mencintaimu
- Bab 28 Suatu Ancaman
- Bab 29 Orang-Orang Malang
- Bab 30 Antara Cinta Dan Benci
- Bab 31 Pembalasan Li Li
- Bab 32 Keterlaluan Bodohnya
- Bab 33 Bersedia Cuci Tangan dan Membuat Sup
- Bab 34 Gangguan Kepribadian
- Bab 35 Dia Mengidap Penyakit Kotor
- Bab 36 Kamu Hanya Bisa Menjadi Milikku
- Bab 37 Orang-Orang Munafik
- Bab 38 Skandal dan Gosip Melanda
- Bab 39 Dikurung
- Bab 40 Proposal Lamaran
- Bab 41 Sifat Tuan Muda
- Bab 42 Memanggil Wartawan
- Bab 43 Tidak Memahami
- Bab 44 Penyergapan Dimana-mana
- Bab 45 Ayah dan Putra yang Berpapasan
- Bab 46 Insting Ibu Dan Anak
- Bab 47 Permainan Mengerikan
- Bab 48 Godaan
- Bab 49 Keracunan Alkohol
- Bab 50 Dirimu Yang Kejam
- Bab 51 Seekor Rubah
- Bab 52 Marah Setengah Mati
- Bab 53 Sudah Di Jalur Yang Benar
- Bab 54 Dikacaukan Dua Kali
- Bab 55 Pria-Pria Brengsek
- Bab 56 Pemesan Kue Misterius
- Bab 57 Identitas Hu Yeming, Pimpinan Kejahatan
- Bab 58 Pandangan Cinta
- Bab 59 Balasan Jahat Untuk Orang Jahat
- Bab 60 Muntah
- Bab 61 Kekasih Lain
- Bab 62 Bantuan
- Bab 63 Bersama Di Mobil Mogok
- Bab 64 Waktu Itu Sangat Indah
- Bab 65 Menjijikan
- Bab 66 Gempa Bumi
- Bab 67 Menyerang Membabi Buta
- Bab 68 Golongan Darah Panda
- Bab 69 Dia Adalah Putramu !
- Bab 70 Ganti Rumah Sakit
- Bab 71 Siapa Yang Berbohong
- Bab 72 Kejutan
- Bab 73 Mengakui Pencuri Sebagai Ibunya
- Bab 74 Kembali Ke Tempat Semula
- Bab 75 Sudah Pergi
- Bab 76 Kesedihan Di Hati
- Bab 77 Ayah Angkat
- Bab 78 Membersihkan Pistol Keluar Api
- Bab 79 Gelang
- Bab 80 Merendahkan
- Bab 81 Membawa Pergi
- Bab 82 Seperti Seorang Kakak
- Bab 83 Kacau Balau
- Bab 84 Bersembunyi di Ruang Rahasia
- Bab 85 Istri Teman
- Bab 86 Kebakaran Besar
- Bab 87 Menyangkal
- Bab 88 Sinis
- Bab 89 Sedikit Trik
- Bab 90 Membayar Dengan Tubuh
- Bab 91 Seperti Mimpi
- Bab 92 Wanita Cantik Yang Kehilangan Kaki
- Bab 93 Potong Perutnya
- Bab 94 Chen Liyan Ditampar
- Bab 95 Pesta Topeng
- Bab 96 Langit Malam
- Bab 97 Pergi Jauh
- Bab 98 Menangkap Basah
- Bab 99 Aku Akan Tanggung Untukmu
- Bab 100 Rela Diselingkuhi
- Bab 101 Selalu Mencintainya
- Bab 102 Itu Dia
- Bab 103 Menjaganya
- Bab 104 Kejam
- Bab 105 Manusia Yang Tidak Memiliki Hati Nurani
- Bab 106 Membantu Dia Mengugurkan Anaknya
- Bab 107 Dia Menyukaimu
- Bab 108 Memaksa
- Bab 109 Tidak Masuk Akal
- Bab 110 Siapa Itu
- Bab 111 Hukuman Yang Mesra
- Bab 112 Malu Dan Marah
- Bab 113 Menyukai Orang Yang Memasak Mie
- Bab 114 Menikmati
- Bab 115 Aneh
- Bab 116 Kesedihan Hati di Kanada (1)
- Bab 116 Kesedihan Di Kanada (2)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (1)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (2)
- Bab 118 Masuk Perangkap (1)
- Bab 118 Masuk Perangkap (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (1)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (3)
- Bab 120 Jebakan (1)
- Bab 120 Jebakan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (1)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (3)
- Bab 122 Koma (1)
- Bab 122 Koma (2)
- Bab 123 Melepaskan (1)
- Bab 123 Melepaskan (2)
- Bab 123 Melepaskan (3)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (1)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (2)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (1)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (2)
- Bab 126 Sulit Dipercaya
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (1)
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (2)
- Bab 128 Relaks (1)
- Bab 128 Relaks (2)
- Bab 128 Relaks (3)
- Bab 129 Dirampok (1)
- Bab 129 Dirampok (2)
- Bab 129 Dirampok (3)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (1)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (2)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (1)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (2)
- Bab 132 Perangkap (1)
- Bab 132 Perangkap (2)
- Bab 133 Meninggikan (1)
- Bab 133 Meninggikan (2)
- Bab 134 Mempermalukan (1)
- Bab 134 Mempermalukan (2)
- Bab 135 Wanita Murahan (1)
- Bab 135 Wanita Murahan (2)
- Bab 136 Cadangan (1)
- Bab 136 Cadangan (2)
- Bab 137 Konflik (1)
- Bab 137 Konflik (2)
- Bab 138 Dinyatakan (1)
- Bab 138 Dinyatakan (2)
- Bab 139 Perubahan (1)
- Bab 139 Perubahan (2)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (1)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (2)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (1)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (2)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (1)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (2)
- Bab 143 Mengkhianati (1)
- Bab 143 Mengkhianati (2)
- Bab 144 Anak Siapa (1)
- Bab 144 Anak Siapa (2)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (1)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (2)
- Bab 146 Perencanaan (1)
- Bab 146 Perencanaan (2)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (1)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (2)
- Bab 148 Bajingan (1)
- Bab 148 Bajingan (2)
- Bab 149 Apakah Kamu Merasa Puas? (1)
- Bab 149 Apa Kamu Merasa Puas ? (2)
- Bab 150 Gila (1)
- Bab 150 Gila (2)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (1)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (2)
- Bab 153 Menyogok (1)
- Bab 152 Menyogok (2)
- Bab 153 Identitas (1)
- Bab 153 Identitas (2)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (1)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 155 Jatuh Cinta (1)
- Bab 155 Jatuh Cinta (2)
- Bab 156 Berciuman (1)
- Bab 156 Berciuman (2)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (1)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (2)
- Bab158 PindahTempat (1)
- Bab 158 Pindah Tempat (2)
- Bab 159 Serba Salah (1)
- Bab 159 Serba Salah (2)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (1)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (2)
- Bab 161 Bodoh Sekali (1)
- Bab 161 Bodoh Sekali (2)
- Bab 162 Tidak Tega (1)
- Bab 162 Tidak Tega (2)
- Bab 163 Jantung Berdebar (1)
- Bab 163 Jantung Berdebar (2)
- Bab 164 Pengkhianatan (1)
- Bab 164 Pengkhianatan (2)
- Bab 165 Wajah Memerah (1)
- Bab 165 Wajah Memerah (2)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (1)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (2)
- Bab 167 Pacar (1)
- Bab 167 Pacar (2)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 169 Mengusir (1)
- Bab 169 Mengusir (2)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (2)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (1)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (2)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (1)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (2)
- Bab 174 Sepupu (1)
- Bab 174 Sepupu (2)
- Bab 175 Mata-mata (1)
- Bab 175 Mata-Mata (2)
- Bab 176 Memeluk (1)
- Bab 176 Memeluk (2)
- Bab 177 Hantu Di Pemakaman
- Bab 177 Ketakutan Hantu Di Pemakaman
- Bab 178 Memihak Kesalahan (1)
- Bab 178 Memihak Kesalahan (2)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (1)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (2)
- Bab 180 Istri (1)
- Bab 180 Istri (2)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (1)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (2)
- Bab 182 Hati Dingin (1)
- Bab 182 Hati Dingin (2)
- Bab 183 Masuk Perangkap (1)
- Bab 183 Masuk Perangkap (2)
- Bab 184 Wanita Bodoh (1)
- Bab 184 Wanita Bodoh (2)
- Bab 185 Rela (1)
- BAB 185 Rela (2)
- Bab 186 Sembahyang (1)
- Bab 186 Sembahyang (2)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (1)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (2)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (1)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (2)
- Bab 189 Pukul (1)
- Bab 189 Pukul (2)
- bab 190 Bersikap Imut (1)
- bab 190 Bersikap Imut (2)
- Bab 191 Tipuan (1)
- bab 191 Tipuan (2)
- Bab 192 Pesta (1)
- Bab 192 Pesta (2)
- Bab 193 Muntah Darah (1)
- Bab 193 Muntah Darah (2)
- Bab 194 Pacar Baru (1)
- Bab 194 Pacar Baru (2)
- Bab 195 Panggil Mama (1)
- Bab 195 Panggil Mama (2)
- Bab 196 Tidur Bersama (1)
- Bab 196 Tidur Bersama (2)
- Bab 197 Panda (1)
- Bab 197 Panda (2)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (1)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (2)
- Bab 199 Menyalahkan (1)
- Bab 199 Menyalahkan (2)
- Bab 200 Penuaan Dini (1)
- Bab 200 Penuaan Dini (2)
- Bab 201 Suka atau Tidak Suka (1)
- Bab 201 Sama Tidak Sama
- Bab 202 Ganti Pasangan (1)
- Bab 202 Ganti Pasangan (2)
- Bab 203 Bodoh (1)
- Bab 203 Bodoh (2)
- Bab 204 Pelajaran (1)
- Bab 204 Pelajaran (2)
- Bab 205 Peduli (1)
- Bab 205 Peduli (2)
- Bab 206 Pertunangan (1)
- Bab 206 Pertunangan (2)
- Bab 207 Tuduhan (1)
- Bab 207 Tuduhan (2)
- Bab 208 Identitas (1)
- Bab 208 Identitas (2)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (1)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (2)
- Bab 210 Mimpi (1)
- Bab 210 Mimpi (2)
- Bab 211 Merindukanmu (1)
- Bab 211 Merindukanmu (2)
- Bab 212 Jarum Berdarah (1)
- Bab 212 Jarum Berdarah (2)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiri (1)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiiri (2)
- Bab 214 Tembakan (1)
- Bab 214 Tembakan (2)
- Bab 215 Keguguran (1)
- Bab 215 Keguguran (2)
- Bab 216 Harta Warisan (1)
- Bab 216 Harta Warisan (2)
- Bab 217 Perjalanan Bisnis (1)
- Bab 217 Perjalanan (2)
- Bab 218 Anak Kandung (1)
- Bab 218 Anak Kandung (2)
- Bab 219 Ayah (1)
- Bab 219 Ayah (2)
- Bab 220 Kejam (1)
- Bab 220 Kejam (2)
- Bab 221 Mandul (1)
- Bab 221 Mandul (2)
- Bab 222 Egois (1)
- Bab 222 Egois (2)
- Bab 232 Memberikan Pelukan (1)
- bab 232 Memberikan Pelukan (2)
- Bab 224 Menikah Denganmu (1)
- Bab 224 Menikah Denganmu (2)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (1)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (2)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (1)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (2)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (3)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (4)
- Bab 228 Garis Merah (1)
- Bab 228 Garis Merah (2)
- Bab 229 Dalam Masalah (1)
- Bab 229 Dalam Masalah (2)
- Bab 230 Muntah (1)
- Bab 230 Mual (2)
- Bab 231 Berbahaya (1)
- Bab 231 Berbahaya (2)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (1)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (2)
- Bab 233 Kecurigaan (1)
- Bab 233 Kecurigaan (2)
- Bab 234 Bantuan (1)
- Bab 234 Bantuan (2)
- Bab 235 Marah
- Bab 236 Dibebaskan (1)
- Bab 236 Dibebaskan (2)
- Bab 237 Pernikahan (1)
- Bab 237 Pernikahan (2)
- Bab 238 Munafik (1)
- Bab 238 Munafik (2)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (1)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (2)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (1)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (2)
- Bab 241 Gangguan (1)
- Bab 241 Gangguan (2)
- Bab 242 HIV (1)
- Bab 242 HIV(2)
- Bab 243 Pendarahan Otak (1)
- Bab 243 Pendarahan Otak (2)
- Bab 244 Tamparan (1)
- Bab 244 Tamparan (2)
- Bab 245 Keracunan Makanan (1)
- Bab 245 Keracunan Makanan (2)
- Bab 246 Selingkuh (1)
- Bab 246 Selingkuh (2)
- Bab 247 Vasektomi (1)
- Bab 247 Vasektomi (2)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (1)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (2)
- Bab 249 Canggung
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (1)
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (2)
- Bab 251 (Episode Terakhir) Kekerasan Tuan Muda
- Bab 252(Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (1)
- Bab 252 (Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (2)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (1)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (2)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (3)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (4)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (1)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (2)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (3)