Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 118 Masuk Perangkap (1)

Aku terasa sangat tercekik, dan tidak ada tempat pelampiasn, kembali ke rumah, raut wajah masih saja tidak baik, Qiang Qiang sedang bermain puzzle dengan pengasuh, anak kecil itu sudah melupakan kekecewaan kemarin karena tidak dipedulikan oleh Mo Ziqian, dengan kaki ditekuk terlungkup di atas lantai, dua tangan kecilnya menopang pipinya, sedang berpikir keras kepingan puzzle di tangannya seharusnya diletakkan dimana.

Pengasuh menyapaku, Qiang Qiang melihatku, sepasang mata yang berpikir keras pun langsung menjadi bersinar, “Mama cepat kemari, ini aku tidak tahu harus bagaimana menyusun.”

Puzzle yang disusun Qiang Qiang adalah puzzle peta China, kepingan puzzle yang digenggam adalah kota Chengdu, Qiang Qiang tidak tahu harus meletakkan kepingan puzzle ini dimana, jadi mengerutkan alis menguras otak.

Aku tersenyum ke sana, duduk menyilangkan kaki di samping Qiang Qiang, “Ayo kamu pikir-pikir lagi, Chengdu dimana? Chengdu itu berada di Sichuan, Mama pernah memberitahumu, bentuk seperti baskom.”

Setelah aku mengingatkannya mata Qiang Qiang pun langsung terang, kepingan puzzle Chengdu tepat diletakkan di daerah yang berbentuk seperti baskom itu.

Aku menepuk tangan, “Qiang Qiang hebat.”

Qiang Qiang berdiri, tangan kecilnya memeluk leherku, tertawa hehe dan mencium wajahku.

Suara kakak Wang terdengar dari lantai bawah, “Nona Lin, ada tuan Chen datang.”

Tuan Chen? Benakku seketika terbengong, dalam ingatanku hanya Chen Hui yang bermarga Chen, hingga sampai Tuan Kelima masuk baru lah aku tersadar, aku sudah melupakan Tuan Chen yang ini.

Tuan Kelima mengedipkan mata ke Qiang Qiang, “Anakku, Ayah datang melihatmu!”

Tuan Kelima yang menjadi ayah tiba-tiba tidak sedikit pun merasa aneh, malah sangat alami.

Qiang Qiang menyahut ayah angkat, Tuan Kelima mengoreksi sepatah: “Panggil ayah!”

Mata Qiang Qiang berkedip-kedip, tidak enak hati dan memanggil, “ayah.”

Tuan Kelima sangat senang, dia menggendong Qiang Qiang, “Suka tidak dengan barang dari ayah yang dibawa oleh Mama untukmu?”

Qiang Qiang melihatku, tertulis penuh dengan tanda tanya di mata yang jernih itu, “Mama, ayah kasih aku apa?”

Sorotan mataku terbesat, saat itu tidak tahu harus bagaimana mengatakannya, hadiah dari ayah angkatnya sudah dipecahkan oleh ayah kandungnya, semuanya mati.

Tuan Kelima mengerutkan alis, dalam mata yang cantik itu dipenuhi kesangsian.

Aku: “ayah angkat menghadiahkanmu gurita, botolnya tidak sengaja Mama pecahkan, jadi…. semuanya sudah mati.”

Hatiku sangat tidak enak, tapi mengatakan bahwa aku sendiri yang memecahkannya lebih baik daripada mengatakan bahwa Mo Ziqian yang memecahkannya.

Qiang Qiang jelas terlihat agak kecewa, menyahut sebentar ow..

Tuan Kelima memelototiku sejenak, sorotan mata yang penasaran ingin tahu.

“Ayah sekarang juga bawa kamu beli yang baru ya.”

Tuan Kelima menurunkan Qiang Qiang, “Cepat, pergi ganti baju.”

Qiang Qiang dengan gembira berlari naik ke atas, mata bengis dan sinis Tuan Kelima memelototiku, “Mo Ziqian yang melakukannya benar kan?”

Aku belum sempat membalas, Tuan Kelima pun sendiri bertanya sendiri menjawab, berkata: “Pasti pria itu, kalau tidak bagaimana mungkin botolnya pecah.”

Saat ini, Qiang Qiang memakai baju bergambar kartun yang baru dan bagus, saat keluar, Tuan Kelima menggendong Qiang Qiang dan pergi.

Saat kembali, di tangan Qiang Qiang dengan berhati-hati sekali membawa sebuah akuarium ikan kecil, di dalamnya ada beberapa ekor gurita dan juga dua bintang laut.

Anak itu meletakkan akuarium kecil itu di atas meja ruang tamu, kemudian lututnya berlutut di atas lantai, dengan mata yang gembira mengamati binatang-binatang kecil itu.

“Terima kasih Yah.”

Di hatiku berterima kasih terhadap Tuan Kelima, Tuan Kelima dengan dingin melirikku sejenak, “Nanti baru buat perhitungan dengan kamu.”

Aku: …

Tuan Kelima tidak makan di sini, beberapa menit kemudian pun pergi, Qiang Qiang sangat menyukai binatang-binatang kecil yang diberikan oleh Tuan Kelima ke dirinya, sebelum tidur masih menggendong akuarium kecilnya masuk ke dalam kamar tidur, meletakkannya di kepala ranjang, sebelum menutup matanya masih melihat-lihat, sampai benar-benar tidak tahan lagi dengan kantuknya.

Setelah dua hari, Tuan Kelima menelpon kemari, menyuruhku menemaninya menghadiri sebuah perjamuan makan, aku mengenakan long dress yang berwarna perak dan sepatu hak tinggi yang halus, spesial dipersiapkan oleh pria itu, merangkul lengan tangan pria itu, kami muncul di hotel berbintang lima itu.

Tuan Kelima tiba-tiba menempel di telingaku berkata: “Hari ini kasih kamu kesempatan untuk membalas dendam, kalau ada apa-apa ada aku dibelakangmu.”

Saat pria itu berkata, aku mengikuti pandangan mata pria itu menengok ke sana, terlihat Mo Ziqian yang bertubuh langsing, dia berdiri di tengah-tengah beberapa tamu, seperti burung bangau berdiri di antara segerombolan ayam, sangat lah menggugah pandangan.

Tuan Kelima tersenyum menawan, “Sebentar lagi lihat aksimu, bagaimana pun harus membalasnya untuk anakku bukan?”

Aku baru lah mengerti, Tuan Kelima membawaku menghadiri perjamuan ini ternyata supaya aku mencari Mo Ziqian melampiaskan amarah.

Aku harusnya mau bagaimana melampiaskannya? Tidak sekali pun aku membuat onar dengan Mo Ziqian, aku bisa menang, tidak hanya tidak pernah menang, malah masih membuatku sendiri terjerumus masuk tambah dalam.

Tuan Kelima tersenyum licik, memberiku segelas wine, “Selanjutnya lihat aksimu.”

Saat ini, ada tamu yang datang kemari menyapa Tuan Kelima, Mo Ziqian juga berjalan kemari, di sampingnya tidak ada Chen Liyan, hanya diikuti oleh beberapa orang kalangan bisnis.

Sambil berjalan mereka sambil membicarakan sesuatu, aku terdengar suara samar-samar Mo Ziqian seperti air yang mengalir menyebar dari kiri belakang, aku tiba-tiba menolehkan kepala, menyiram segelas wine yang diberikan oleh Tuan Kelima padaku ke muka Mo Ziqian yang tampan.

Mo Ziqian sangat terkejut mukanya disiram wine oleh seseorang, wine itu pun mengguyur ke bawah mengikuti wajah tampan itu, saat melihat aku lah yang menyiram, dirinya pun mengerutkan alis, dalam matanya yang jernih itu ada kabut yang sangat dalam.

“Yah, maaf sekali Tuan Mo, tadi tangan tidak stabil, tidak memegang gelas wine dengan baik.”

Aku tersenyum bak bunga meminta maaf ke Mo Ziqian, gambaran beberapa hari yang lalu dimana pria itu menghempaskan gurita yang diberikan Tuan Kelima ke tanah baru terlintas muncul di depan mataku, di hatiku yang terdalam, tersebat semacam perasaan puas setelah membalas dendam.

Mo Ziqian mengambil keluar sepotong sapu tangan putih dari kantong jasnya dan mengusap beberapa kali mukanya, dengan datar berkata: “Nona Lin, takutnya kamu menderita Parkinson ya? Kalau Tuan Kelima tidak ada waktu, aku bisa mengenalkan dokter untukmu, umurmu masih muda jangan sampai ditunda.”

**********(Parkinson adalah penyakit dimana tangan tidak bisa diam, terus bergetar)*********

Memandangi wajah Mo Ziqian yang tersenyum lembut itu, aku tahu, pembalasan dendamku tidak berhasil lagi, jelas-jelas ingin mempermalukannya, tapi batu terlempar lagi ke atas kakiku sendiri, yang dipermalukan jadi diriku sendiri.

Orang di sekitar dengan keras tertawa-tawa. Panas di mukaku seketika naik, saat dimana aku diolok-olok di depan Mo Ziqian dengan sangat memalukkan, menjadi bahan tertawaan orang-orang, Tuan Kelima berjalan menghampiri.

“Ada apa ini? Aku baru pergi beberapa menit saja, kalian segerombolan pria menggangu wanitaku?”

Suara Tuan Kelima yang sejuk, dalam sorotan matanya juga ada beberapa sikap dingin, tamu-tamu yang tadi tertawa terbahak-bahak ekspresi mukanya pun menjadi serius, tidak ada seorang pun yang berani mengeluarkan suara, semua berekspresi salah tingkah.

Ekspersi Mo Ziqian tidak berubah, dalam matanya tersirat senyuman dangkal, di tangannya menggoyang-goyangkan cairan wine berwarna merah di gelas wine, ”Tuan Kelima datang tepat waktu, wanitamu, dia sepertinya menderita penyakit Parkinson, sampai memegang gelas pun tidak stabil, Tuan Kelima sebaiknya bawa dia pergi ke dokter, mencegah lain kali menyiram wine ke muka Tuan Kelima.”

Mo Ziqian berkata sambil tersenyum-senyum, dalam mata yang berkilaunya itu tersimpan mendalam perasaan gembira dan puas yang memanjang ke dalam.

Tuan Kelima juga tersenyum, dengan memukau memberi tekanan pada orang-orang, malah dengan mengerutkan alis berkata padaku: “Xiaoxiao, apa yang terjadi tadi? Berani sekali menyiram muka Tuan Mo, cepat minta maaf ke Tuan Mo.”

Aku sama sekali tidak menghiraukan, juga tahu sekali bahwa Tuan Kelima juga bukan sungguh-sungguh bermaksud mau aku meminta maaf, senyumanku menoleh ke arah Mo Ziqian, namun dengan ekspresi sangat pernuh keluhan berkata pada Tuan Kelima: “Tadi aku sudah minta maaf.”

Tuan Kelima berkata dengan ekspresi yang tiba-tiba mengerti semua, “Sudah meminta maaf, ya sudah, aku percaya Tuan Mo orang yang sabar, tidak akan memperhitungkan masalah kecil, tidak akan perhitungan terhadap wanitaku yang bodoh ini, benar kan?”

Dalam mata Tuan Kelima yang indah terbesit hawa keanehan, membawa sedikit unsur provokasi, Mo Ziqian dengan datar berkata: “Kalau begitu minta tolong Tuan Kelima baik-baik jaga wanitamu.” Usai mengatakan, Mo Ziqian melangkahkan kaki berjalan ke depan.

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu