Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 46 Insting Ibu Dan Anak
Bab 46 Insting Ibu Dan Anak
Mo Ziqian terkejut melihatku, tatapannya dengan cepat melihat ke arah anak yang didalam pelukanku, mungkin karena terlihat kepala anak yang dipenuhi darah, dia mengerutkan keningnya, dan menatapku lagi dengan penuh keraguan.
Aku tidak mempedulikan tatapannya, berlari menggendong putraku melewatinya. Ketika tiba di ruang gawat darurat, baru mengetahui bahwa diriku sudah menangis daritadi.
“Dokter, tolong selamatkan anakku!”
Ketika aku menggendong anakku yang kepalanya dipenuhi darah berdiri di depan dokter, dokter berusia paruh baya itu kaget, tidak memintaku untuk mendaftar, langsung membiarkan putraku duduk, dia segera bersiap-siap untuk membersihkan lukanya.
“Kalian-kalian yang masih muda, aku benar-benar tidak tahu bagaimana kalian menjaga anak, anak kecil seperti ini bisa terluka seperti ini.”
Dokter paruh baya adalah dokter yang baik hati, sambil merawat luka putraku sambil menghela nafas, dan aku tidak berhenti menangis.
Ibu angkat Qiang Qiang juga bergegas masuk, melihat dokter sedang membersihkan lukanya, dia sepertinya merasa lega, tubuhnya yang kurus seperti toge bersandar di pintu, menatap kami dengan tatapannya yang tidak bersemangat.
Dahi Qiang Qiang mengalami luka sebesar lima sentimeter, disaat dokter menjahit lukanya, dia memberikan obat bius untuk putraku, tetapi meskipun begitu, anakku tetap menangis tidak berhenti.
Dia menangis sambil melihat wajah asing yang sedang memeluknya, mungkin karena insting antara ibu dan anak, matanya bagai kristal memandangku, dan perlahan-lahan berhenti menangis. Dan membuka mulutnya bersenyum padaku.
Senyuman ini membuat hatiku terasa sakit.
Anakku, aku telah membiarkanmu menderita.
Sekali lagi air mataku mengalir keluar.
Anak itu melihatku menangis, sepertinya kaget, dia memanggil, “Ibu.”
Ibu angkatnya sedang menunggu kesempatan untuk menggendong kembali Qiang-Qiang, dia segera datang, “Cepat kembalikan anak padaku, anak sedang memanggilku!”
Aku menahan sakit memutarkan kepala, membiarkan anakku digendong ibu angkatnya.
Pada saat ini, luka anakku sudah dibalut dengan kain kasa, ibu angkat memeluk putraku, membujuk sambil berkata: “Qiang-Qiang bentar lagi pulang bersama ibu.”
Dokter paruh baya menatapku dengan tatapan aneh, dan melihat lagi pada ibu angkat Qiang-Qiang, “Siapakah dari kalian adalah ibu dari anak?”
“Tentu saja aku!”
Ibu angkat langsung merebut menjawab.
Dokter paruh baya melihatnya dan berkata: “Silakan pergi ke pendaftaran sekarang dan membayarnya.”
Ibu angkat langsung menatapku, “Kamu sudah berjanji, biaya pengobatan Qiang-Qiang akan dibayar olehmu, kamu jangan menyangkalnya.”
Aku tidak menyangka, ibu angkat anakku menjadi orang seperti ini. Dulu, ketika pengawas penjara membawa mereka suami istri kedepanku, aku melihat wajah suaminya yang ramah, dan wanita ini dia terlihat sangat menyukai putraku, aku baru memberikan anakku pada mereka tanpa khawatir. Tetapi aku tidak menyangka, suami itu meninggal di usia muda, dan wanita ini, terlihat dengan jelas tidak akan menghabiskan satu sen pun pada anakku.
Aku tidak berkata apapun, langsung melangkah keluar.
Ibu angkat menggendong anak berlari mengikutiku keluar, “Hey, kamu jangan menyangkalnya, kamu berkata akan membayar biaya pengobatan untuk Qiang-Qiang, kamu tidak boleh mengingkari.”
“Aku tahu, aku akan membayarnya, dan aku akan memberimu tunjangan anak di masa depan.” Aku mempercepat langkahku, aku tidak ingin melihat wajah wanita ini lagi, melangkah dengan cepat tiba di pendaftaran, mengambil nomor dan membayarnya.
Wanita baru terasa lega, menggendong anak dan mengikutiku keluar.
“Apa yang kamu katakan tadi benar?”
Wanita itu menggendong anak dan mengikuti langkahku.
“Benar, dimasa depan, aku akan membayar tunjangan Qiang-Qiang, tidak pasti setiap bulan, tetapi selama aku memiliki uang, aku akan serahkan kepadamu. Tetapi ada satu hal, kamu jangan biarkan anak ini sendirian dirumah, kamu harus mengantarnya ke taman kanak-kanak.”
Wanita itu terasa ragu lagi, menundukkan kepalanya, “Taman kanak-kanak harus memerlukan banyak uang, dan aku tidak memiliki waktu untuk mengantar jemput dia.”
“Ini kamu tidak perlu peduli, aku yang bertanggung jawab untuk mengantar jemputnya.” Aku berkata dengan tegas.
Ibu angkat kaget dan mengangkat kepalanya, tatapannya yang penuh tidak berani percaya, tetapi wajahnya bercemberut lagi, “Kamu jangan memainkan akal buruk pada anak ini, jangan memikirkan suatu hari nanti akan diam-diam membawanya pergi!”
Menghadapi wanita seperti ini, aku benar-benar tidak berdaya untuk marah.
Aku hanya tertawa, tertawa ironis, “kamu jangan khawatir, aku Lin Xiao, tepat janji, tidak akan membawa pergi anak tanpa mendapatkan izin darimu.”
Ibu angkat barulah terdiam, tetapi aku bisa melihat dia masih merasa ragu.
Kami menaiki taksi, ibu angkat menggendong anak duduk di deretan belakang, aku duduk didepan, terdengar suara anak dari belakang berkata, “Ibu, apakah kamu akan mengantar Qiang-Qiang ke taman kanak-kanak? Qiang-Qiang ingin pergi ke taman kanak-kanak dan ingin bermain dengan teman-teman. “
Hatiku tiba-tiba terasa sakit, Jika anak ini lahir dalam pernikahan antara aku dan Mo Ziqian, maka dia juga akan mendapatkan kasih sayang dari Mo Ziqian, dan tidak akan seperti sekarang.
Aku teringat Mo Ziqian menggendong Sisi, berkata dengan lemah lembut, hatiku menjadi tidak nyaman.
Taksi mengantar kami tiba di tempat tinggal ibu angkat, obat bius pada Qiang-Qiang semakin menghilang, dia mulai menangis sakit, “Ibu, sakit.”
“Hey nak, sebentar lagi akan sembuh dan tidak sakit lagi....”
Ibu angkat turun dari taksi sambil membujuk, ini membuatku mempercayai bahwa dia bukan tidak menyayangi anak, tetapi kesulitan dalam hidup membuatnya kehilangan insting seorang ibu.
“Huhu...... sakit.”
Tangan kecil anak merangkuk leher wanita, kepalanya bersandar di bagian dada wanita, sepasang mata bagaikan kristal meneteskan air matanya.
Aku tidak rela melihatnya lagi, aku berkata: “kamu menggendongnya ke atas, aku akan menjenguknya beberapa hari lagi, sekalian membawakan uang untukmu.”
Hidungku terasa masam, hatiku bagai dipenuhi kapas, aku merasakan rasa tidak nyaman yang tidak dapat diungkapkan, aku memasuki ke dalam taksi lagi, supir mengantarku kembali ke apartemen.
Di tengah jalan, aku mengeluarkan ponselku dan memeriksa saldo pada satu-satunya kartu bankku, enam juta lima ratus ribu rupiah, tidak lebih.
Aku akan memberi ibu angkat Qiang-Qiang sebanyak empat juta dan sisanya dua juta lima ratus ribu aku jadikan biaya penghidupanku.
Tiba di apartemen, aku mulai memasuki situs web rekrutmen, aku ingin segera mendapatkan pekerjaan. Aku membutuhkan uang untuk mengasuhi putraku dan aku juga ingin cepat mengoperasikan toko kue ku.
Dan untungnya, aku mendapatkan dua pekerjaan, membagikan brosur di siang hari dan malam harinya, aku menjual dan mempromosikan pakaian dalam pria di sebuah toko.
Dua hari kemudian, aku membawa uang empat juta datang ke tempat tinggal anakku dan ibu angkatnya, ibu angkat membuka pintu, melihatku dengan tatapannya yang penuh keraguan, sepertinya sedang mempertimbangkan untuk mengizinkan aku masuk.
Aku bertanya: “apakah putraku masih sakit?”
Ibu angkat menggelengkan kepalanya, “Besok akan pergi mengganti obat, harus mengeluarkan uang lagi.”
Aku mengeluarkan empat juta dari tasku, “ini adalah biaya tunjangan untuk Qiang-Qiang, pengeluaran Qiang-Qiang ambil dari sini, aku akan selalu mengirimkan uang ke kamu, tapi tidak tepat waktunya, tetapi kamu tidak bisa buru-buru, karena aku tidak memiliki pekerjaan serius, uang tidak akan dimasukkan tiap bulan.”
Ibu angkat menerima uangnya, dan menatapku dengan penuh keraguan, “apakah kamu sedang berpikiran buruk terhadap Qiang-Qiang? Aku tidak akan membiarkanmu membawa Qiang-Qiang pergi.”
“Kamu ingin aku berkata berapa kali? Aku Lin Xiao, gagal menjadi orang, tetapi aku tepat janji, selama kamu baik pada Qiang-Qiang, tidak masalah bagiku untuk tidak mengenalinya dalam hidup ini.”
Aku mengatakan perkataan yang berbeda dengan pikiranku, putraku, mana mungkin aku tidak ingin mengenalinya? Setiap saat aku selalu berpikir untuk memeluknya kedalam pelukanku, tetapi aku sudah memberinya kepada yang lain, aku tidak dapat melakukan apa yang ingin ku lakukan seenaknya, dan wanita ini sangat kasihan, aku tidak boleh merebut anakku begitu saja.
“Silakan masuk.”
Ibu angkat akhirnya membukakan pintu untukku.
Ketika aku memasuki rumah, aku melihat sekeliling mencari sosok anakku, ibu angkat berkata: “Dia sudah tertidur, hari ini aku meminta izin kerja menemaninya seharian, jadi dia tidak tidur seharian, dan sekarang sudah terasa ngantuk berat, aku segera membujuknya tidur.”
Aku merasa lega, “bolehkah aku masuk melihatnya?”
Aku berjalan perlahan-lahan, memasuki kamar ibu angkat, aku berpikir tidak boleh mengganggu anakku, jadi aku semakin meringankan langkahku, tetapi jantungku berdetak semakin kencang.
Nak, ibu datang melihatmu.
Aku perlahan-lahan menatap kearah tempat tidur, sosok kecil anakku tertidur diatas, dikarenakan cuaca panas, dia tidak di selimuti, hanya mengenakan singlet dan celana pendek, dua lengan yang ramping mengangkat keatas, dahinya masih dibalutin kain kasa, tetapi dia tertidur nyenyak.
Aku menatap wajah anakku yang sedang tidur, tidak berani lagi mendekati, takut akan membangunkan bocah kecil yang tertidur lelap ini.
“Cepat keluar kalau sudah melihat.”
Ibu angkat mulai merasa tidak puas dan mendesak, sepertinya kalau aku melihatnya lagi dia akan segera membawa pergi anak ini.
Aku membalikkan badanku dengan tidak rela, dan perlahan melangkah keluar.
Aku khawatir diriku tidak dapat menahan dan berlari mendekati memeluknya kedalam pelukanku, mencium putraku.
Aku pergi meninggalkan tempat tinggal ibu angkat, aku membiarkan angin malam menghembuskan pergi air mataku, Toko tempat aku bekerja sudah tiba, dan aku memasuki peran baru.
Hanya sedikit pelanggan yang membeli di malam itu, ini berarti komisi yang aku dapatkan sangat sedikit.
Aku membungkukkan tubuhku merapikan baju dalam yang berantakan, seseorang mendekatiku, orang itu berdiri di depanku, aku tidak mengangkat kepalaku, dan bertanya dengan sopan: “Pak, ukuran apa yang kamu kenakan?”
“Bagaimana menurutmu?”
Orang itu berkata.
Dan aku, sama sekali tidak menyadari, siapa yang sedang berdiri didepanku.
Aku mengangkat sedikit kepalaku, langsung terlihat bagian pinggang dan kaki pria itu yang kuat dan kencang, dan berkata tanpa berpikir: “XL. Kalau kamu mengenakan XXL akan terlihat gemuk.”
“Hahaha....”
Terdengar tawa pria dari atas kepalaku.
Aku mengangkat kepala dan terkejut melihat pria yang berdiri didepanku bukan orang lain , dia adalah Tuan kelima.
“Aku tidak berpikir kamu begitu mengerti aku.”
Mata Tuan kelima yang indah memesona.
Aku berdiri dengan wajahku yang memerah, “Maaf, aku tidak tahu ini adalah kamu.”
“Maaf apaan? Apa yang kamu katakan benar, aku memakai size XL. Beginilah, kamu keluarin semua ukuran XL disini, hari ini aku senang, semuanya aku beli.”
Aku percaya, disaat aku mendengar Tuan kelima mengatakan ini, mataku pasti bersinar, “Apa yang kamu katakan benar?”
Tuan muda ini memiliki banyak uang, dan aku sangat memerlukan, dia membeli celana dalam boleh dipakai perlahan-lahan, itu bukan hal yang boros.
“Iya, benar. Apakah diriku terlihat pelit? aku tidak akan membohongimu dengan uang sekecil ini.”
Aku tersenyum pada Tuan kelima, saat itu aku senang bagai seorang anak kecil, “kalau gitu aku berterima kasih padamu.”
Aku berkata sambil mencari dengan cepat, mengeluarkan semua celana dalam berukuran XL, memasukinya ke dalam kantong besar dan menyerahkannya pada Tuan kelima.
Tuan kelima menerima kantongnya dan bertanya: “Jam berapa pulang kerja?”
“Setengah sepuluh.”
Suaraku penuh kegembiraan.
Novel Terkait
Dewa Perang Greget
Budi MaJalan Kembali Hidupku
Devan HardiAfter The End
Selena BeeBehind The Lie
Fiona LeeCintaku Pada Presdir
NingsiCintaku Yang Dipenuhi Dendam×
- Bab 1 Dua Keluarga
- Bab 2 Kelembutan Terakhir
- Bab 3 Masuk Penjara
- Bab 4 Tingkah Pelacur
- Bab 5 Memberikan Anaknya Kepada Yang Lain
- Bab 6 Seseorang Yang Kaya Dan Misterius
- Bab 7 Tak Terduga
- Bab 8 Begitu Membencimu
- Bab 9 Di Peternakan Kuda
- Bab 10 Campur Tangan Tuan Kelima
- Bab 11 Main Ganda
- Bab 12 Cinta Satu-Satunya
- Bab 13 Anakku
- Bab 14 Belajar Menyenangkanku
- Bab 15 Peran Yang Memalukan
- Bab 16 Penyesalan
- Bab 17 Penuh Keraguan
- Bab 18 Terperangkap
- Bab 19 Penuh dengan Akal Buruk
- Bab 20 Pasangan Serasi
- Bab 21 Memiliki Kesempatan
- Bab 22 Konferensi Pers
- Bab 23 Sangat Memalukan
- Bab 24 Tidak Ada Seorang Pun
- Bab 25 Ciuman Di Luar Kendali
- Bab 26 Membahayakan Dirinya Sendiri
- Bab 27 Paling Menyesal Pernah Mencintaimu
- Bab 28 Suatu Ancaman
- Bab 29 Orang-Orang Malang
- Bab 30 Antara Cinta Dan Benci
- Bab 31 Pembalasan Li Li
- Bab 32 Keterlaluan Bodohnya
- Bab 33 Bersedia Cuci Tangan dan Membuat Sup
- Bab 34 Gangguan Kepribadian
- Bab 35 Dia Mengidap Penyakit Kotor
- Bab 36 Kamu Hanya Bisa Menjadi Milikku
- Bab 37 Orang-Orang Munafik
- Bab 38 Skandal dan Gosip Melanda
- Bab 39 Dikurung
- Bab 40 Proposal Lamaran
- Bab 41 Sifat Tuan Muda
- Bab 42 Memanggil Wartawan
- Bab 43 Tidak Memahami
- Bab 44 Penyergapan Dimana-mana
- Bab 45 Ayah dan Putra yang Berpapasan
- Bab 46 Insting Ibu Dan Anak
- Bab 47 Permainan Mengerikan
- Bab 48 Godaan
- Bab 49 Keracunan Alkohol
- Bab 50 Dirimu Yang Kejam
- Bab 51 Seekor Rubah
- Bab 52 Marah Setengah Mati
- Bab 53 Sudah Di Jalur Yang Benar
- Bab 54 Dikacaukan Dua Kali
- Bab 55 Pria-Pria Brengsek
- Bab 56 Pemesan Kue Misterius
- Bab 57 Identitas Hu Yeming, Pimpinan Kejahatan
- Bab 58 Pandangan Cinta
- Bab 59 Balasan Jahat Untuk Orang Jahat
- Bab 60 Muntah
- Bab 61 Kekasih Lain
- Bab 62 Bantuan
- Bab 63 Bersama Di Mobil Mogok
- Bab 64 Waktu Itu Sangat Indah
- Bab 65 Menjijikan
- Bab 66 Gempa Bumi
- Bab 67 Menyerang Membabi Buta
- Bab 68 Golongan Darah Panda
- Bab 69 Dia Adalah Putramu !
- Bab 70 Ganti Rumah Sakit
- Bab 71 Siapa Yang Berbohong
- Bab 72 Kejutan
- Bab 73 Mengakui Pencuri Sebagai Ibunya
- Bab 74 Kembali Ke Tempat Semula
- Bab 75 Sudah Pergi
- Bab 76 Kesedihan Di Hati
- Bab 77 Ayah Angkat
- Bab 78 Membersihkan Pistol Keluar Api
- Bab 79 Gelang
- Bab 80 Merendahkan
- Bab 81 Membawa Pergi
- Bab 82 Seperti Seorang Kakak
- Bab 83 Kacau Balau
- Bab 84 Bersembunyi di Ruang Rahasia
- Bab 85 Istri Teman
- Bab 86 Kebakaran Besar
- Bab 87 Menyangkal
- Bab 88 Sinis
- Bab 89 Sedikit Trik
- Bab 90 Membayar Dengan Tubuh
- Bab 91 Seperti Mimpi
- Bab 92 Wanita Cantik Yang Kehilangan Kaki
- Bab 93 Potong Perutnya
- Bab 94 Chen Liyan Ditampar
- Bab 95 Pesta Topeng
- Bab 96 Langit Malam
- Bab 97 Pergi Jauh
- Bab 98 Menangkap Basah
- Bab 99 Aku Akan Tanggung Untukmu
- Bab 100 Rela Diselingkuhi
- Bab 101 Selalu Mencintainya
- Bab 102 Itu Dia
- Bab 103 Menjaganya
- Bab 104 Kejam
- Bab 105 Manusia Yang Tidak Memiliki Hati Nurani
- Bab 106 Membantu Dia Mengugurkan Anaknya
- Bab 107 Dia Menyukaimu
- Bab 108 Memaksa
- Bab 109 Tidak Masuk Akal
- Bab 110 Siapa Itu
- Bab 111 Hukuman Yang Mesra
- Bab 112 Malu Dan Marah
- Bab 113 Menyukai Orang Yang Memasak Mie
- Bab 114 Menikmati
- Bab 115 Aneh
- Bab 116 Kesedihan Hati di Kanada (1)
- Bab 116 Kesedihan Di Kanada (2)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (1)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (2)
- Bab 118 Masuk Perangkap (1)
- Bab 118 Masuk Perangkap (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (1)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (3)
- Bab 120 Jebakan (1)
- Bab 120 Jebakan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (1)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (3)
- Bab 122 Koma (1)
- Bab 122 Koma (2)
- Bab 123 Melepaskan (1)
- Bab 123 Melepaskan (2)
- Bab 123 Melepaskan (3)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (1)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (2)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (1)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (2)
- Bab 126 Sulit Dipercaya
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (1)
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (2)
- Bab 128 Relaks (1)
- Bab 128 Relaks (2)
- Bab 128 Relaks (3)
- Bab 129 Dirampok (1)
- Bab 129 Dirampok (2)
- Bab 129 Dirampok (3)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (1)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (2)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (1)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (2)
- Bab 132 Perangkap (1)
- Bab 132 Perangkap (2)
- Bab 133 Meninggikan (1)
- Bab 133 Meninggikan (2)
- Bab 134 Mempermalukan (1)
- Bab 134 Mempermalukan (2)
- Bab 135 Wanita Murahan (1)
- Bab 135 Wanita Murahan (2)
- Bab 136 Cadangan (1)
- Bab 136 Cadangan (2)
- Bab 137 Konflik (1)
- Bab 137 Konflik (2)
- Bab 138 Dinyatakan (1)
- Bab 138 Dinyatakan (2)
- Bab 139 Perubahan (1)
- Bab 139 Perubahan (2)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (1)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (2)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (1)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (2)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (1)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (2)
- Bab 143 Mengkhianati (1)
- Bab 143 Mengkhianati (2)
- Bab 144 Anak Siapa (1)
- Bab 144 Anak Siapa (2)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (1)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (2)
- Bab 146 Perencanaan (1)
- Bab 146 Perencanaan (2)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (1)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (2)
- Bab 148 Bajingan (1)
- Bab 148 Bajingan (2)
- Bab 149 Apakah Kamu Merasa Puas? (1)
- Bab 149 Apa Kamu Merasa Puas ? (2)
- Bab 150 Gila (1)
- Bab 150 Gila (2)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (1)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (2)
- Bab 153 Menyogok (1)
- Bab 152 Menyogok (2)
- Bab 153 Identitas (1)
- Bab 153 Identitas (2)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (1)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 155 Jatuh Cinta (1)
- Bab 155 Jatuh Cinta (2)
- Bab 156 Berciuman (1)
- Bab 156 Berciuman (2)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (1)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (2)
- Bab158 PindahTempat (1)
- Bab 158 Pindah Tempat (2)
- Bab 159 Serba Salah (1)
- Bab 159 Serba Salah (2)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (1)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (2)
- Bab 161 Bodoh Sekali (1)
- Bab 161 Bodoh Sekali (2)
- Bab 162 Tidak Tega (1)
- Bab 162 Tidak Tega (2)
- Bab 163 Jantung Berdebar (1)
- Bab 163 Jantung Berdebar (2)
- Bab 164 Pengkhianatan (1)
- Bab 164 Pengkhianatan (2)
- Bab 165 Wajah Memerah (1)
- Bab 165 Wajah Memerah (2)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (1)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (2)
- Bab 167 Pacar (1)
- Bab 167 Pacar (2)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 169 Mengusir (1)
- Bab 169 Mengusir (2)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (2)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (1)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (2)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (1)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (2)
- Bab 174 Sepupu (1)
- Bab 174 Sepupu (2)
- Bab 175 Mata-mata (1)
- Bab 175 Mata-Mata (2)
- Bab 176 Memeluk (1)
- Bab 176 Memeluk (2)
- Bab 177 Hantu Di Pemakaman
- Bab 177 Ketakutan Hantu Di Pemakaman
- Bab 178 Memihak Kesalahan (1)
- Bab 178 Memihak Kesalahan (2)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (1)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (2)
- Bab 180 Istri (1)
- Bab 180 Istri (2)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (1)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (2)
- Bab 182 Hati Dingin (1)
- Bab 182 Hati Dingin (2)
- Bab 183 Masuk Perangkap (1)
- Bab 183 Masuk Perangkap (2)
- Bab 184 Wanita Bodoh (1)
- Bab 184 Wanita Bodoh (2)
- Bab 185 Rela (1)
- BAB 185 Rela (2)
- Bab 186 Sembahyang (1)
- Bab 186 Sembahyang (2)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (1)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (2)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (1)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (2)
- Bab 189 Pukul (1)
- Bab 189 Pukul (2)
- bab 190 Bersikap Imut (1)
- bab 190 Bersikap Imut (2)
- Bab 191 Tipuan (1)
- bab 191 Tipuan (2)
- Bab 192 Pesta (1)
- Bab 192 Pesta (2)
- Bab 193 Muntah Darah (1)
- Bab 193 Muntah Darah (2)
- Bab 194 Pacar Baru (1)
- Bab 194 Pacar Baru (2)
- Bab 195 Panggil Mama (1)
- Bab 195 Panggil Mama (2)
- Bab 196 Tidur Bersama (1)
- Bab 196 Tidur Bersama (2)
- Bab 197 Panda (1)
- Bab 197 Panda (2)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (1)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (2)
- Bab 199 Menyalahkan (1)
- Bab 199 Menyalahkan (2)
- Bab 200 Penuaan Dini (1)
- Bab 200 Penuaan Dini (2)
- Bab 201 Suka atau Tidak Suka (1)
- Bab 201 Sama Tidak Sama
- Bab 202 Ganti Pasangan (1)
- Bab 202 Ganti Pasangan (2)
- Bab 203 Bodoh (1)
- Bab 203 Bodoh (2)
- Bab 204 Pelajaran (1)
- Bab 204 Pelajaran (2)
- Bab 205 Peduli (1)
- Bab 205 Peduli (2)
- Bab 206 Pertunangan (1)
- Bab 206 Pertunangan (2)
- Bab 207 Tuduhan (1)
- Bab 207 Tuduhan (2)
- Bab 208 Identitas (1)
- Bab 208 Identitas (2)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (1)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (2)
- Bab 210 Mimpi (1)
- Bab 210 Mimpi (2)
- Bab 211 Merindukanmu (1)
- Bab 211 Merindukanmu (2)
- Bab 212 Jarum Berdarah (1)
- Bab 212 Jarum Berdarah (2)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiri (1)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiiri (2)
- Bab 214 Tembakan (1)
- Bab 214 Tembakan (2)
- Bab 215 Keguguran (1)
- Bab 215 Keguguran (2)
- Bab 216 Harta Warisan (1)
- Bab 216 Harta Warisan (2)
- Bab 217 Perjalanan Bisnis (1)
- Bab 217 Perjalanan (2)
- Bab 218 Anak Kandung (1)
- Bab 218 Anak Kandung (2)
- Bab 219 Ayah (1)
- Bab 219 Ayah (2)
- Bab 220 Kejam (1)
- Bab 220 Kejam (2)
- Bab 221 Mandul (1)
- Bab 221 Mandul (2)
- Bab 222 Egois (1)
- Bab 222 Egois (2)
- Bab 232 Memberikan Pelukan (1)
- bab 232 Memberikan Pelukan (2)
- Bab 224 Menikah Denganmu (1)
- Bab 224 Menikah Denganmu (2)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (1)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (2)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (1)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (2)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (3)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (4)
- Bab 228 Garis Merah (1)
- Bab 228 Garis Merah (2)
- Bab 229 Dalam Masalah (1)
- Bab 229 Dalam Masalah (2)
- Bab 230 Muntah (1)
- Bab 230 Mual (2)
- Bab 231 Berbahaya (1)
- Bab 231 Berbahaya (2)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (1)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (2)
- Bab 233 Kecurigaan (1)
- Bab 233 Kecurigaan (2)
- Bab 234 Bantuan (1)
- Bab 234 Bantuan (2)
- Bab 235 Marah
- Bab 236 Dibebaskan (1)
- Bab 236 Dibebaskan (2)
- Bab 237 Pernikahan (1)
- Bab 237 Pernikahan (2)
- Bab 238 Munafik (1)
- Bab 238 Munafik (2)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (1)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (2)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (1)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (2)
- Bab 241 Gangguan (1)
- Bab 241 Gangguan (2)
- Bab 242 HIV (1)
- Bab 242 HIV(2)
- Bab 243 Pendarahan Otak (1)
- Bab 243 Pendarahan Otak (2)
- Bab 244 Tamparan (1)
- Bab 244 Tamparan (2)
- Bab 245 Keracunan Makanan (1)
- Bab 245 Keracunan Makanan (2)
- Bab 246 Selingkuh (1)
- Bab 246 Selingkuh (2)
- Bab 247 Vasektomi (1)
- Bab 247 Vasektomi (2)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (1)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (2)
- Bab 249 Canggung
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (1)
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (2)
- Bab 251 (Episode Terakhir) Kekerasan Tuan Muda
- Bab 252(Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (1)
- Bab 252 (Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (2)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (1)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (2)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (3)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (4)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (1)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (2)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (3)