Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 166 Datang Mengunjungi (2)

Pada saat ini, terdengar juga sorakan Aisha: “Kakak kelima sudah kembali.....” Kemudian dia berlari menuruni tangga.

Aku sedikit kesal, ini benar-benar bukan saatnya bagi orang ini untuk kembali.

Ponsel berdering, aku mengangkat, dan terdengar suara Tuan kelima yang merdu: “Aku sudah kembali, sebentar lagi aku akan pergi melihatmu.”

“Kamu menangani Aisha dulu baru kita bicarakan lagi.”

Aku menutup telepon.

Aku bisa bayangkan apa yang akan terjadi di sana nanti.

Benar saja, tidak lama kemudian, Aisha menjerit dan berlari keluar dari rumah Tuan kelima, melompat ke mobil sport, dan melarikan diri tanpa mengetahui alasannya.

Aku agak bingung, apakah dia bertemu hantu?

Ketika aku masih dalam kebingungan, Tuan kelima mengancing kancingan di lengan kemeja sambil berjalan mendekati, “Lin Xiao?”

Aku memutarkan kepala dan menatap pada pria yang baru saja selesai mandi menghilangkan kelelahan dalam perjalanan, rambutnya masih basah dan tegak lurus, matanya yang indah penuh sukacita. Kemeja merah muda mengenakan di kulitnya yang putih, menunjukkan tampan yang bersih dan segar.

Aku melihat dia berjalan mendekati, saling bernapas satu sama lain. Tiba-tiba dia mengangkat tangan dan meletakkannya di belakang kepalaku, wajahnya yang tampan itu mendekati, bibirnya yang tipis dan dingin menempel di bibirku, napasku tiba-tiba membeku, dan hatiku sepertinya lupa berdetak. Pada saat itu, aku tertegun menatapnya.

Sampai dia tersenyum dan melepaskanku, wajahku langsung memerah dengan cepat.

Mata Tuan kelima tersenyum, penuh rasa memainkan dan ceria. Satu tangannya dengan lembut mengelus rambutku, dan perlahan-lahan pindah ke telinga, menyentuh daun telingaku. Pada saat itu, aku merasa bagian sana akan memerah seperti warna darah.

Aku hampir gila dengan suasana memalukan ini, pipiku terasa panas seperti api membara.

“Qiang-Qiang sudah mau pulang, aku akan pergi menjemput Qiang-Qiang.” Aku sembarang mencari alasan, dan melarikan diri dari kepungan Tuan kelima.

Aku melarikan diri dari suasana yang mesra, dan dibawah pandangan Tuan kelima yang hangat bagai api, barulah aku merasakan aliran udara. Hatiku barulah kembali berdetak dengan normal.

Aku menarik napas dalam-dalam dan masuk ke mobil.

Tapi yang tidak kuduga adalah Tuan kelima ikut datang, dia langsung membuka pintu mobil dan duduk ke dalam. Ketika aku terkejut dan menatapnya, dia mengangkat alis padaku: “Ayo pergi bersama.”

Aku hanya bisa membawanya pergi bersama untuk menjemput Qiang-Qiang.

Angin malam meniup rambutku, dan hati yang kacau balau perlahan-lahan kembali tenang.

Aku bertanya: “Apa yang terjadi pada Aisha, dia seperti terlihat hantu.”

Tuan kelima: “Aku memakai wajah hantu menakutinya.”

“Apa?” Aku kaget dan menoleh, terlihat Tuan kelima bersandar di kursi, memejamkan matanya, terlihat lelah dan sepertinya sudah hampir tertidur.

Meskipun aku ingin tahu bagaimana dia berperan sebagai hantu, tetapi aku terlalu segan untuk terus bertanya saat ini.

Tiba di tempat Qiang-Qiang belajar.

Ketika mobil berhenti, Tuan kelima masih tidur, aku membuka pintu pelan-pelan, takut membangunkannya, tanpa berkata aku pergi menjemput Qiang-Qiang, ketika aku kembali, Tuan kelima sudah membuka mata, dan tersenyum lebar pada Qiang-Qiang: “Nak, ayah sudah kembali.”

Qiang-Qiang dengan ceria memanggil “Ayah angkat” dan langsung melompat ke tubuh Tuan kelima, dan dipeluk oleh Tuan kelima.

Melihat keduanya yang bukan pasangan ayah dan anak, tetapi seakrab seperti sepasang ayah dan anak, hatiku sedikit mendesah. Kalau Tuan kelima benar-benar memiliki seorang putra, bagaimana jadinya?

Makan malam di luar, Tuan kelima yang traktir, Qiang-Qiang sangat menikmati makanannya, setelah makan kami kembali ke apartemen bersama, Tuan kelima bertanya padaku: “Aku dengar kamu akan dikirim kembali ke China, benarkah?”

Aku mengangguk.

Tuan kelima tersenyum: “Kalau begitu aku tidak perlu bolak balik China dan Kanada lagi. Ya, tidak perlu begitu susah lagi.”

Lalu memutar kepala bertanya padaku: “Kapan berangkat?”

Aku: “Tiga hari kemudian.”

Tuan kelima: “Kita pulang bersama.”

Tiga hari kemudian, sebuah mobil taksi mengantar kami pergi ke bandara.

Aku menggandeng tangan Qiang-Qiang, Qiang-Qiang membawa tas kecilnya sendiri. Tuan kelima menggunakan kereta bagasi untuk mendorong semua barang bawaan. Kami melangkah ke terminal bersama-sama.

“Hai, tunggu sebentar.” Tiba-tiba terdengar suara yang familiar di belakangku, punggung aku dan Tuan kelima membeku hampir pada saat yang bersamaan.

Aisha, dia juga datang.

Dia membawa dua koper besar di tangannya, mengenakan sepatu hak tinggi, dan berlari terengah-engah mengejar kami: “Kakak kelima, aku juga mau pergi.”

“Untuk apa kamu pergi?” Tuan kelima berwajah tidak sabar, dan tatapannya yang galak membuatku curiga apakah dia akan menendang gadis itu kembali.

Mata besar Aisha mengedip dan tersenyum berkata, “Papaku membiarkan aku kembali ke China untuk belajar.”

Sangat jelas dia mengejar Tuan kelima ke sini, tetapi ditakuti oleh tatapan Tuan kelima yang tajam, dia mengubah alasannya.

Tuan kelima mendengus dingin, dan tidak melayaninya, sosok punggungnya yang tinggi membawa kedinginan, pergi untuk mengirim bagasi.

Aisha juga menarik kopernya berlari mengikutinya, aku melihat dia berdiri di belakang Tuan kelima, tetapi Tuan kelima kesal dan melarikan diri, bahkan menarik barang bawaannya ke kiriman bagasi sebelah.

Bukankah Tuan muda ini menyukai wanita cantik? Mengapa dia begitu menolak Aisha dan juga menunjukkan ekspresi yang menjijikkan, ini benar-benar sangat aneh.

Novel Terkait

Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu