Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 88 Demam

Hanya saja dia lupa kalau dia sendiri sedang hamil, beberapa hari ini sangat sibuk, malam hari masih minum bir, bagaimana bisa mampu berdiri.

Di jalan pulang, duduk di dalam taksi, duduk di ruangan kecil duduk berempat, Lucy Lu sedikit demi sedikit merasa semakin pusing.

Kepalanya bersandar pada satu sisi, sikapnya seperti orang yang setengah sadar, hp yang ada di kantongnya berdering berulang kali dia tetap tidak dengar, Theo Mu yang duduk di belakang yang menyadari adanya perbedaan, tubuhnya condong ke depan, dengan pelan mendorong badannya, "Kak Lucy, Kak Lucy...... "

Sudah setengah hari ini tidak melihat responnya.

Wajah Christopher berubah, "Dia, tertidur ya?"

Theo Mu mengernyitkan alisnya erat-erat, suaranya tiba-tiba reda, "Tidak mungkin, pak supir berhenti!"

Supir dikejutkan olehnya dan teridam, dengan cepat menyalakan lampu arah, lalu memberhentikan mobil di pinggir jalan, "Ad, Ada masalah apa?"

Setelah mobil berhenti, Theo Mu dengan cepat membuka pintu dan turun, Christopher terdiam sebentar, juga dengan cepat ke depan untuk memeriksa dan melihat Lucy Lu, "Kak Lucy!"

Wajah Theo Mu tampak tegang, membuka mobil penumpang, memegang-megang dahinya, lalu memegang-megang juga pergelangan tangannya, baru tersadar kalau sangat panas.

"Kak Lucy!" Christopher masih saja memanggil.

"Jangan teriak lagi, dia demam!"

"Demam?" Christopher terkejut, sepanjang hari ini tidak kelihatan kalau dia sakit, kenapa bisa tiba-tiba...... apa hanya karena malam hari minum sedikit bir?

Tapi sudah terlambat untuk berpikir terlalu banyak, dia sibuj mendorong-dorong kursi pengemudi, dengan cemas berkata: "Pak supir, Tolong antar kami ke rumah sakit terdekat."

Pada saat ini hp yang ada di kantong Lucy Lu masih bergetar, Theo Mu mengusap-usap alisnya, mengabaikannya, dan kembali duduk ke dalam mobil, sambil berkata: "Pak Supir tolong lebih cepat sedikit!"

"Baiklah, kalian duduklah dengan kencang." Pak supir setuju, dan langsung menginjak gas pedal, mobil dikendarai dengan cepat dan bergegas keluar.

Setelah beberapa menit, mobil berhenti di depan pintu rumah sakit.

Theo Mu tanpa terhenti, membuka pintu mobil, mengangkat Lucy Lu dan berlari membawanya dengan cepat ke dalam, meninggalkan Christopher yang terdiam sejenak, lalu dengan cepat membayar uang ke taksi itu, lalu mengambil tas Lucy Lu dan berlari mengikuti Theo Mu.

Berjalan di koridor rumah sakit, Christopher melihat Theo Mu berjalan menuju ruang gawat darurat bersama para staf tim medis, baru saja hendak mengikuti mereka, terdengar lagi suara hp Lucy Lu yang ada di dalam tas nya bergetar lagi.

Sebagai asisten, membantu manajer mengangkat telepon juga bukan cuma sekali ini, tidak ada keraguan, dia mengeluarkan hp itu, melihat layar tidak tertulis nomor siapa itu, langsung menekan tombol menerima telepon.

……

Lucy Lu sudah terbangun, ini sudah siang hari hari kedua.

Rona wajahnya yang kemarin malam karena mengkonsumsi alkohol menjadi putih pucat, bibirnya pucat, tidak ada warna sedikitpun, dibandingkan dengan kemarin, sama seperti orang yang berubah, melepas pakaiab nya yang besar, menunjukkan dia yang menjadi kurus.

Dia membuka matanya, langsung melihat seorang laki-laki di samping tempat tidurnya sedang menyeka tangannya menggunakan handuk, menundukkan kepalanya, gerakannya pelan dan lembut.

Pandangan terfokus itu dengan jelas menyentuh hatinya.

Dia mengedipkan mata dan menatapnya sebentar, tiba-tiba, sarafnya terasa ditusuk, dia terpikirkan sesuatu, melihat arah sekitar, lalu tiba-tiba bangun dan duduk.

Ini, ini di rumah sakit?

Kenapa dia bisa ada di rumah sakit?

Anakku!

Wajahnya pucat, dengan buru-buru melihat ke bawah perutnya.

"Anakmu tidak apa-apa".

Dean Shao juga terkejut, alisnya tenang, lalu memegang lengannya.

Sama seperti sudah lama tidak berbicara, suaranya menjadi sangat serak, dan cemas tidak jelas.

Lucy Lu masih tidak menyadarinya, melihat-lihat dia, "Aku, aku kenapa?"

Rona wajah laki-laki dengan cepat berubah, meskipun suram, tapi tidak marah terhadapnya, hanya saja dengan dingin mengeluarkan dua kata, "Demam."

Demam?

Lucy Lu mengernyitkan alisnya, dengan keras mengingat-ngingat kejadian kemarin, tapi satu ingatan pun tidak teringat.

Saat itu setelah dia keluar dari hotel, sepertinya aku mengikuti Theo Mu dan Christopher pulang, lalu......

Menekan-nekan alis, raut wajah Lucy Lu tiba-tiba berubah, "Mereka berdua?"

Jangan-jangan mereka yang mengantar dia ke......

"Aku suruh mereka balik duluan ke hotel."

“……”

Suasana hati Lucy Lu tiba-tiba menurun, ekspresinya sangat tidak baik, "Mereka mengenalimu?"

Kalimat yang dia katakan saat dia bangun, membuat Dean Shao yang menahan diri dari kemarahannya semalam sampai beberapa detik sebelumnya terpecah sepenuhnya, raut wajahnya semakin dingin, garis dagunya yang kencang hampir mau putus, langsung memegang bahunya, dengan suara tekanan rendah, dan sekuat tenaga dengan nada suara lembut memanggil namanya, "Lucy Lu, anak ini tidak kamu lepas kan, kamu sendiri tidak ingat ya kalau kamu sedang hamil?"

Saat waktu ini, hanya ada satu hal yang terpikirkan olehnya yaitu dia tiba-tiba khawatir kalau orang-orang akan tahu hubungan mereka berdua.

Tentang pernikahannya dia bisa memberitahukan ke orang lain, orang itu mantan suaminya sebenarnya sudah menjadi seseorang yang sudah susah untuk ditemui.

Jelas-jelas mempunyai banyak kesempatan untuk meminta bantuannya,tapi dia selalu saja menutup mulutnya, dia sudah bisa menebak, kalau bukan karena asistennya yang menerima telepon, masalah dari kemarin malam sampai sekarang dia tidak mungkin memberitahunya sepatah kata pun.

Dean Shao sendiri juga tidak tahu sedang merencanakan apa, dia jelas-jelas memahami keras kepalanya, jelas-jelas tahu masalah kemarin malam bukan salahnya, tapi dengan statusnya yang sekarang dia sudah tidak ada hak lagi untuk bertanya, tapi di dalam hatinya masih terasa jengkel dan semakin terasa gelisah.

"Aku......." Meskipun tidak ada kata-kata kasar, tapi ekspresi wajah dingin laki-laki itu masih saja membuat Lucy Lu ketakutan sampai tenggorokkan nya menjadi tegang, sampai tak bisa berkata apa-apa.

Apalagi, benar-benar dia yang salah, kalau saja terjadi sesuatu dengan anak ini, dia pasti tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.

Hanya saja, dia tidak mengerti apa alasannya kenapa dia marah.

Peduli dengan dia?

Atau karena sedikit lagi akan kehilangan anak ini.

Mengerut-ngerutkan bibirnya, dan membungkam bibirnya selama ini, dia masih saja dengan suara rendah mengakui kesalahannya, ".......aku yang lalai, maaf."

Lagipula juga dia adalah ayah dari anak ini, sedih karena anak ini juga tidak salah, menyembunyikan darinya juga tidak ada gunanya, sekarang mengakuinya, dia pasti mau karena perilakunya sama seperti orang yang sedang cemas, dengan dia marah juga bisa dimaafkan.

Mata Dean Shao sangat dalam, seperti orang yang tidak menyangka kalau dia akan meminta maaf, kemarahan yang bergelonjak di dadanya telah hilang setengah, sebelumnya ingin mengatakan sesuatu semuanya menjadi terjebak di dalam tenggorokan, hanya bisa melihatnya dengan serius, sepatah katapun tidak keluar.

Suasana ruangan menjadi agak aneh.

Lucy Lu dipandang dengan perasaan yang bersalah, tapi juga tidak ingin berantem dengannya, menelan-nelan air ludah, dan mengangkat matanya melihat pandangan di sekitarnya, lalu dengan pelan berkata: "Itu...... Aku lapar."

Dean Shao duduk dan tidak bergerak, kemarahannya belum mereda sepenuhnya, wajahnya yang tampan masih terlihat muram.

Lucy Lu, "......"

Dia sudah mengakui kesalahannya, dia masih mau bagaimana lagi? Sebenarnya juga itu adalah kecelakaan, dan juga dia juga belum tahu sebenarnya sudah terjadi masalah apa.

Siang kemarin masih baik baik saja, tidan pilek dan juga tidak batuk, malam hari juga masih minum segelas bir.

Berpikir terus menerus, dalam hati Lucy Lu tiba-tiba masih muncul kembali rasa bersalahnya.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu