Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 584 Ganti Pakaian Tidak?

"Bruk bruk" pintu kamar itu tergedor beberapa kali, pria itu baru membuka matanya.

Melihat ke arah suara itu, ia melihat pintu kamarnya didorong dengan pelan, Hery Yan dengan hati-hati mengeluarkan kepala, "Tuan, nyonya menyuruhmu untuk bangun."

"Hm..." suaranya terdengar lembut, menjawabnya dan kemudian membalik badannya di ranjang.

Pria itu bertelanjang dada, punggungnya yang lebar membentang di atas seprei abu-abu itu, mata Hery Yan menjadi tegang, wajahnya terlihat malu, kemudian dia berteriak lagi dari pintu pintu.

"Tuan muda, tuan muda?"

Kali ini yang menjawab dia adalah semua bantal yang melayang di udara menghantam kakinya.

Dia juga tidak ingin membangunkan pria itu, tetapi nyonya di lantai bawah masih menunggu, dia tidak punya pilihan lain selain berpura-pura tidak tahu malu, dengan hati-hati berjalan masuk.

Dia berjalan ke samping ranjang dan menusuk bahu pria itu dengan jarinya, "Tuan, sudah waktunya turun untuk sarapan."

"Hm..." Alvin Dan menguburkan kepalanya di selimutnya, dan menjawabnya dengan lembut, "Keluarlah, aku sudah tahu."

Keluar?

Setelah keluar, biasanya dia menunggu sampai siang baru melihat orang itu keluar, hal ini bukannya tidak pernah di alami oleh Hery Yan. ketika dia akan berbicara lagi, dia tertarik dengan bekas luka berwarna merah muda di pinggang orang lain, alisnya sedikit mengerut, dan dia melihat bahwa bekas luka itu belum sembuh sepenuhnya.

Jadi dia membungkuk lagi dan mendekatkan wajahnya ke tempat yang ada bekas luka itu, "Tuan, lukamu terlihat seperti bernana di dalam, aku akan mengantarmu ke rumah sakit setelah makan."

Sambil berbicara, sambil mengeluarkan jarinya untuk menyentuh benjolan yang ada nananya.

Beberapa sesaat, ada suara kesakitan dari seorang pria.

Alvin Dan merasa saraf di punggungnya melonjat dua kali, lapisan keringat dingin menyelimuti tubuhnya, perasaan kelelahannya hilang dalam sekejap.

Ketika Hery Yan menyadarinya, orang itu sudah bangkit berdiri dari tempat tidur.

Dia tidak bisa menghindar, sehingga ia di tendang di bagian lutut oleh pria yang baru bangun itu, tubuhnya seketika tidak stabil, sehingga terlempar kearah ranjang di depannya dan terjatuh disana.

Dengan tidak berdaya, kemudian ia di timpa oleh Tuan Muda Dan di ranjang.

Pipinya menempel di dada orang itu, terasa hangat dan keras.

"Tuan, tuan muda ..." Wajah Hery Yan di tekan hingga berubah.bentuk, suaranya juga sedikit serak dan bergetar.

Alvin Dan yang menyadarinya mengunakan tangannya untuk menahan tubuhnya di kasur, sedikit mengangkat dadanya dan menatap pria di depannya yang sedang memberontak dengan tidak peduli.

Memang tidak ada apa-apa, tapi pada saat ini, pintu kamar yang tidak di kunci di dorong buka oleh nyonya Dan, ia berdiri di pintu, setelah melihat pemandangan itu, ekspresi wajahnya menjadi sangat rumit.

Mulutnya yang baru memanggil "Al..." Baru setengah, sisa setengahnya berada di tenggorokan dan nyangkut disana.

Orang tua itu masih menyentuh ujung pintu dengan satu tangan, baru saja melangkah ke kamar dengan satu kaki, kemudian secara otomatis mundur kembali, "Bruk" menutup pintu kembali, tidak mengatakan sepatah kata pun langsung turun ke bawah.

Bahkan tidak memberikan waktu untuk menjelaskan.

Mendengar suara nyonya-nya, Hery Yan sangat cemas sehingga dia melawan dengan membabi-buta, hingga akhirnya bangkit berdiri, berdiri tegak, berbalik dan berteriak "Nyonya." Yang menjawabnya hanya suara pintu yang tertutup dengan keras.

Matanya berkedip, ekspresi wajahnya sedikit tertekan, kemudian dia berbalik melihat pria yang duduk di tepi tempat tidur sedang memakai bajunya dengan santai, ia bertanya dengan wajah bersalah: "Tuan muda, apakah nyonya akan salah paham?"

“Hm, menurutmu?” Alvin Dan berpakaian dan memakai sandalnya berjalan ke arah kamar mandi.

"Jangan begitu, tuan muda..." Hery Yan mengikuti di belakang, matanya memerah karena cemas, "Bang" suara pintu kamar mandi yang baru ditutup. "Tuan, kamu harus membantu menjelaskannya untukku."

Kali ini, yang menjawabnya hanyalah bunyi "Sruk" suara air di kamar mandi.

Alvin Dan turun setelah mandi dan langsung menuju ke arah ruang makan.

Duduk di meja makan, ia merasa bahwa pandangan orang-orang disana tampak sedikit aneh, tapi dia tidak mengubrisnya, hanya menggoda Hery Yan yang berdiri tidak jauh dari sana, kemudian berpura-pura makan tanpa memerhatikan sekitar.

"Itu, Alvin..." Ibu Dan merapatkan bibirnya, dia bertukar pandang dulu dengan ayah Dan di sebelahnya, kemudian dia meletakkan sendok bubur dan menyeringai. "Anak perempuan paman Yuan akan datang sebentar lagi, ia ingin memberikan ayahmu hadiah ulang tahun, bisakah kamu mengantikan kami menyambutnya."

"Baiklah."

Jawab Alvin Dan, ia tidak mengangkat kepalanya.

Ibu Dan terbatuk dua kali dan melirik Hery Yan tanpa ada ekspresi khusus di matanya, tapi dia melihat tubuh pria itu gemetar dan merasa bersalah.

“Putri kecil keluarga Yuan itu, kamu dulu sudah bertemu dengannya, apakah kamu ingat?” Ibu Dan mengangkat alisnya dan tersenyum penuh harap, setelah itu, dia menepuk pundak suaminya. "Dia itu yang pernah berjanji akan main golf bersama, iya bukan suamiku?"

"Iya iya." Ayah Dan hanya memasukan sesendok bubur ke bibirnya, setengah bahunya di tepuk oleh Ibu Dan, dia mengerutkan kening dan hanya menjawabnya dua kata, "Putri si tua Yuan di didik dengan baik, terutama anak perempuan kecilnya..."

Orang-orang di sana tidak mengatakan apa-apa, mereka hanya mendengar pasangan tua itu berbicara, makna dari kata-katanya sudah terlihat jelas.

Elly Shi diam-diam tertawa sambil memakan buburnya, diam-diam menendang kaki Alvin Dan di bawah meja, lalu mengangkat alisnya, ekspresi wajahnya seakan-akan sedang menonton pertunjukkan yang seru.

Alvin Dan meliriknya tanpa ada perasaan marah, tapi dia tidak mengatakan apa-apa, lalu menatap Hery Yan yang berdiri di samping, yang sedang tersenyum dengan bodoh.

Hery Yan yang di lihat seperti itu seluruh badannya merasa merinding, dia sangat ingin pergi dari situ, dan benar saja, kedua orang tua itu langsung melihat dirinya, satu pun tidak ada yang berbicara, hanya mengikuti tatapan pria itu, menatap wajahnya yang memerah.

"Tuan, tuan muda ..." Hery Yan mengerang di dalam hatinya, mengulurkan tangannya di depan matanya, "Tuan, mengapa kamu melihat aku seperti itu?"

"Tidak apa-apa." Alvin Dan memakan dua potong roti, dia sudah kehilangan nafsu makan, dia mengambil susu yang sudah dingin dan menyerahkannya, "Tolong gantikan yang panas."

Ketika pihak lawan langsung seperti mendapatkan amnesti membawa gelas susu itu ke dapur, Alvin Dan juga mendorong kursinya untuk bangkit berdiri, mengangkat kakinya berjalan ke ruang tamu, di saat yang sama bertanya, "Kapan Nona Yuan datang? Aku masih harus pergi ke perusahaan, kemudian ke hotel..."

Ibu Dan yang mendengar itu, seketika mengikutinya, melihat pria itu berjalan berbaring sofa di ruang tamu, membuka berita di TV dengan santai.

"Orang itu akan berada di sini sebentar lagi, kamu sebaiknya naik ke atas, mengganti pakaianmu, kemudian turun lagi." Dia mengunakan jarinya menunjuk, "Seperti ini terlihat tidak pantas."

Yang di pakai pria itu adalah T-shirt putih, celana kasual berwarna abu-abu, terlihat tidak sopan dan sedikit berantakan, di tambah lagi rambutnya yang berantakan, masih seperti ia baru bangun, tumpukan rambutnya berantakan di kepalanya.

Tetapi pria itu tampaknya tidak terlalu peduli, melambaikan tangannya dan menolak, "Tidak perlu ganti."

Pandangan mata orang itu sedikit dingin, ketika dia akan berbicara lagi, bibi yang sedang membersihkan taman di rumah datang untuk melaporkan bahwa ada seseorang yang ingin berkunjung.

Ibu Dan berpikir, itu pasti putri bungsu dari keluarga Yuan, kemudian berjalan untuk mematikan TV dan mendesak pria itu di sofa, "Bangunlah, sambut dia."

Alvin Dan berdiri sebagai tanggapan, kemudian ia mendengar bibi terus menjelaskan: "Bukan nona Keluarga Yuan, dia berkata dia datang dari Kyoto, bermarga Song."

“Song?” Pria yang melangkah itu seketika berhenti, matanya sedikit bersinar.

Ibu Dan merasa bingung, seketika ia tidak ingat, siapa Nona Song dari Kyoto itu.

Tetapi Tuan Besar Dan, yang baru saja keluar dari ruang makan, segera menyadarinya, dan berencana untuk bertemu langsung dengannya. "Anak emas dari Tuan Besar Song datang? Sudah beberapa tahun tidak bertemu, aku pergi lihat dulu...."

"Song yang mana..." Ibu Dan mengerutkan kening, mengulurkan tangan untuk menepuk orang sebelahnya, tetapi dia hanya menepuk angin saja.

"Eh ..." Dia melihat sekeliling sebanyak dua kali, kemudian dia melihat Elly Shi yang berdiri tidak jauh dari sana, dia menunjuk ke tempat kosong di sebelahnya dan bertanya, "Kemana bocah bau itu?"

Dengan senyum tipis di sudut bibirnya, Elly Shi memberi isyarat ke arah tangga di belakangnya, "80% naik ke atas untuk berganti pakaian."

Novel Terkait

Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu