Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 314 Perhatikan Belakangmu

Lucy Lu terkejut, hanya satu tangan yang mendorong kursi roda untuk pergi kesana. Dean Shao sudah mengangkat Ibu Shao dan Stephanie Fu terbaring di atas pecahan kaca. Tangannya menekan bagian yang penuh darah.

Dean Shao tidak melihat dia. Dia hanya berjalan dan melihat Lucy Lu tanpa perasaaan kaget. Baru saja mau berkata, tiba-tiba matanya membesar dan membawa rasa takut, sambil berteriak, “Hati-hati di belakangmu!”

Tangan Stephanie Fu yang berdara mengambil pecahan kaca dan menusuk punggungnya.

Badannya salah bergerak, dan pecahan kaca itu masuk ke bagian bahu. Jasnya terkoyak dan pecahan kaca itu masuk begitu dalam.

Pupil mata Lucy Lu membesar, tidak bisa mengeluarkan suara apa-apa. Tetapi Stephanie Fu tidak ingin menyerah. Dia segera bersiap dan melihat ke arah Ibu Shao untuk menyerangnya. Dean Shao begitu serius dari awal hingga akhir, sampai reakasi begitu cepat, Stephanie Fu tidak dapat menyentuh Ibu Shao.

Tetapi dia sepertinya sudah kehilangan akal budinya. Tidak peduli berapa banyak serangannya, masih ada beberapa tempat yang bisa menyakitinya.

Mulut Lucy Lu tidak berhenti bergetar. Dia melihat vas bunga kecil di dekat dinding. Dia mengambilnya meskipun pergelangan tangannya sakit. Dia menggunakannya untuk menyerangnya.

Awalnya sangat kecil kemungkinannya untuk kena, tetapi karena anestesi mulai bekerja, reaksinya semakin lambat. Vas bunga itu langsung dipecahkan di kepalanya, dan dia pun jatuh dan terbaring. Tidak ada suara apapun.

Begitu melihat kejadian ini, dia terdiam dan melihat tangannya, dan ketakutan mulai menghantui hatinya.

Dean Shao melihat dia dan merasa lega.

Dia menaruh Ibu Shao di lantai, dan mengecek luka Stephanie Fu.

Glen Lin datang dengan segerombolan polisi dan segera berlari begitu melihat kejadian itu.

Tatapan Dean Shao sedikit bermartabat. Dia berdiri dan berkata: “Bawa Stephanie Fu dulu ke rumah sakit untuk diselamatkan.”

Glen Lin melihat dia di lantai penuh darah, semuanya berasal dari kepala Stephanie Fu.

Dean Shao langsung berjalan ke arah polisi, melewati Lucy Lu tanpa melihatnya sekalipun.

Tetapi Lucy Lu melihat jas abu-abu gelapnya penuh darah di beberapa tempat.

Polisi dengan cepat mengambil bukti, mengambil foto, sampai Ibu Shao dan Stephanie Fu dibawa pergi. Kepala polisi segera bertanya.

“Tuan Shao, luka Nona Fu bagaimana bisa terjadi?”

Lucy Lu baru mau berkata, pria itu langsung memotongnya.

Ekspresinya datar, bibirnya lebih putih: “Demi melindungi diri sendiri, aku hanya bisa melakukan ini.”

Polisi tidak bertanya apa-apa, dia menyuruh orang mengambil sampel vas dan mengecek sidik jari.

Tetapi dia tidak terlihat panik.

Lucy Lu dapat merasakan rasa sakit di pergelangannya, seperti patah lagi.

Pria itu menjelaskan situasi itu dengan sederhana lalu berjalan ke sisinya.

Dia menunduk dan melihat pergelangan tangannya. Dia begitu seak dengan rasa lega dan bertanya: “Sakit tidak?”

Lucy Lu melihat dengan rasa sakit, dan hanya menganggukkan kepala.

Dean shao tiba-tiba membungkuk dan mencium keningnya. Dia begitu lembut dan menundukkan kepala sambil berbisik: “Kita pergi ke dokter.”

Lucy Lu dibawa pria itu pergi.

Dalam perjalanan, hati Lucy Lu begitu berantakan, momen yang begitu menakutkan dan rasa kehilangan membuat dia tidak dapat tertahankan. Dia tampak sedikit berubah.

Setelah begitu banyak menghibur dan membohongi diri sendiri, momen itu semuanya terlupakan.

Pria itu memandangnya dari belakang, matanya begitu hangat dan lembut.

“Kita pergi lihat lukamu dulu.” Lucy Lu mengerutkan kening karena harus melihat ortopedi.

Dia barusan dilukai oleh Stephanie Fu di beberapa tempat. Serangannya juga tidak lemah, dia tidak berani berapa banyak darah yang telah hilang.

Pria itu tidak bersuara, hanya mendorong dia masuk.

Dokter tidak mengerti apa yang terjadi, hanya dibuat terdiam oleh kedua orang itu.

“Ini patah tulang! Bukan hal main-main! Belum sehari sudah seperti ini, apa kamu tidak berpikir sebelumnya?!”

Lucy Lu hanya mendengar dengan baik, nafas Dean Shao menjadi panjang. Doktor melihatnya dan tidak berhenti berteriak.

Meskipun tidak berbicara, dan tidak menunjukkan rasa tidak puas, dia hanya bisa berhenti berteriak dan bersuara keras kepada mukanya.

Lucy Lu menengok ke arah pria itu, lalu dengan cepat melihat ke tangannya. Di belakang tangan ada satu lubang besar. Dia tidak menyadarinya karena awalnya tangan itu tidak menghadap dia.

“Kami bisa melihat luka luar?” Lucy Lu bertanya kepada dokter.

Dokter berumur 50 tahun lebih, menggunakan kacamata, dia memeriksa Dean Shao.

Begitu melihat Dean Shao masuk, ia menyadari ada beberapa luka di sekitar bajunya.

“Beri aku lihat terlebih dahulu.” Pertama membungkus pergelangan tangan Lucy Lu.

“Tidak perlu. Aku akan segera ke ruang spesialis untuk mengecek.” Pria itu terlihat tenang dan nadanya datar.

Lucy Lu menatapnya: “Aku takut kamu kehabisan darah dan pingsan sebelum sampai di sana. Lepaskan jasmu dulu dan biarkan dokter lihat. Berhentikan darahnya baru kita bahas lagi.”

Dokter melepaskan perban dan menaruhnya, lalu berkata: “Benar kata dia.”

Bibir Dean Shao sedikit terkejut, lewat beberapa detik baru melepaskan jasnya.

Lucy Lu berkeringat dingin, dan baju putih di dalamnya sudah berlumuran darah.

Baru saja melihat dia seperti orang yang tidak masalah. Dikira tidak begitu serius, tetapi begitu melihat bagian punggungnya ternyata sudah sangat parah.

Dokter juga mengerutkan keningnya.

Dean Shao melihat ke arah Lucy Lu dan melihat ekspresinya yang begitu khawatir, rasa sakit di tubuhnya bukanlah apa-apa.

Lucy Lu melihat dia masih bisa tersenyum, dia tidak melawan.

“Kami masih bisa tersenyum? Apa kamu tidak merasakan darah yang keluar dari tubuhmu?”

Pria itu melihatnya sambil tersenyum: “Begitu sakit hati terhadapku?”

Lucy Lu berkata: “Sendirinya tidak mempedulikan sendiri, aku sakit hati, kamu mau apa?”

Dean Shao semakin tersenyum dan mengangkat alisnya: “Kamu begitu menyukai mulutmu itu?”

Mendengar kata-kata kedua orang itu seperti menggoda, dokter yang mendengarnya langsung merasa canggung, dan langsung batuk.

Lucy Lu pun merasa canggung, ekspresinya masi datar dan tidak berkata apa-apa lagi.

Doktor menggunakan gunting untuk menggunting baju Dean Shao. Ketika dia melihat lukanya, dia hanya bisa berekspresi dingin: “Luka sedalam ini bukan hanya luka luar saja. Aku harus memeriksa lebih dalam lagi karena kau takut apakah tangan ini masih bisa digunakan atau tidak!”

Lucy Lu dalam hati panik: “Dokter, bagaimana kondisi dia sekarang?”

Dean Shao sama seperti tidak mendengar apa-apa, dia berbalik melihat ke dokter, dengan tenang berkata: “Aku ada banyak masalah di hidupku, tidak perlu berkata apa-apa lagi.”

Dokter itu ingin berkata dan dia benar-benar ingin mengatakannya.

Orang muda ini meskipun umurnya muda, tetapi lukanya terlalu besar. Masih saja memikirkan perempuan ini agar tidak khawatir.

Pikiran orang muda itu bisa terlihat, namun tidak dapat dijelaskan.

Dalam waktu setengah jam dokter memeriksa setiap bekas luka dan dia tidak bersuara dan masih harus mengecek pecahan kaca yang begitu dalam da mengambilnya. Tetapi dia pun tidak sedikitpun mengerutkan kening.

Lucy Lu kadang tidak tahan melihatnya, dan dia tidak paham kenapa dia punya daya tahan yang begitu kuat, seperti pernah terjadi beratus-ratus kali.

“Jika kamu sakit berteriak saja, tidak ada orang yang menertawaimu.” Lucy Lu akhirnya tidak tahan untuk berkata kepadanya dengan suara keras.

Novel Terkait

Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu