Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 385 Dia Juga Adalah Nyawaku

Lucy Lu hampir mengakhiri ciumannya dengan Dean Shao, keduanya memilih untuk diam tidak memperpanjang masalah, memisahkan diri, mereka saling bertatapan.

Dean Shao menatap wanita dihadapannya, mendengar suaranya yang terbata: Dean Shao, hari ini dapat bertemu denganmu sungguh membuatku sangat bahagia.

Lucy Lu berpikir dia tidak minum tetapi mengapa dia mabuk?

Kemudian dia memutar kepalanya dan dia dapat melihat dikejauhan, Wenny Tao yang ada diatas kursi roda, tiba-tiba saja dia sadar.

Sesungguhnya d idalam hatinya, dia masih bisa merasakan kecemburuan, bukan cemburu pada ketulusan hati Dean Shao, melainkan cemburu bahwa Wenny Tao yang diusia ini,sangat persis dengan dirinya yang dulu, dimana bisa tanpa khawatir menunjukkan kesungguhan hatinya, bisa tanpa menyesal menggunakan segala cara untuk agar selalu memiliki kesempatan berada di dekat Dean Shao.

Baik hak maupun keinginan tersebut, tidak lagi dimilik Lucy Lu yang sekarang.

Berpikir sejenak, tanpa bisa menahan dirinya, Lucy Lu dengan cemburu mengejek, Apakah parfum nona Tao sangat wangi?

Dean Shao melihat kebawah, dengan cepat dapat memahami maksud perkataannya, segara tidak mampu menahan tawanya, mengecilkan suaranya dia bertanya, Kamu cemburu?

Wenny Tao tertegun panik melihat mereka berdua yang melihatnya dari tempat mereka berdiri, keduanya tanpa iba terlihat asyik berbicara tanpa bermaksud mendekatinya, seolah dia hanyalah orangutan di kebun binatang.

Dia mengepalkan tangannya, tanpa mampu mengendalikan rasa kesepian dihatinya.

Pada saat itulah, Lucy Lu berjalan ke arahnya, dan menggantikan suster mendorong kursi rodanya ke kamar pasien, sambil menanyakan: Bagaimana keadaan lukanya?

Tidak perlu khawatir, ini hanya luka ringan dan sudah dibersihkan, tapi dia harus memperhatikan makanannya agar luka ini tidak meninggalkan bekas di kemudian hari. Jawab suster dengan ramah, selesai menjelaskan suster kemudian kembali ke posnya.

Wenny Tao membiarkan Lucy Lu mendorongnya memasuki kamar, melihat langkah kaki Dean Shao yang mendekat, dia segera mengatakan, Kakak Lucy Lu, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.

Mendengarnya, langkah kaki Dean Shao terhenti, dia berbalik pergi, dan menutup pintu.

Apa yang ingin kamu bicarakan? Tanya Lucy Lu memapah Wenny Tao ke tempat tidur, yang kemudian berdiri disampingnya menunggu jawaban, dari wajahnya terlihat bahwa dia tidak ingin tinggal lama.

Bersandar di tempat tidurnya, wajahnya terlihat sedikit pucat, ragu sejenak, akhirnya dengan jujur dia mengatakan: Aku tadi sengaja terjatuh.

Dia menatap kebawah, tidak memperhatikan wajah Lucy Lu, alasannya berterus terang sebagian besar karena dia sadar bahwa muslihatnya telah disadari oleh Lucy Lu dan Dean Shao, selain terluka, dia juga merasa dirinya terlihat seperti badut.

Aku tahu. Lucy Lu menjawab dengan hampa, keributan yang dipikirnya akan terjadi, sama sekali tidak terjadi.

Wenny Tao tiba-tiba saja menertawakan dirinya sendiri, wajahnya berubah lebih pucat, Tadi, saat berada di toko perhiasan, kakak Dean Shao telah memberitahuku segalanya, dia ingin aku berhenti berharap, tapi hal yang selalu ingin kukatakan adalah, bagaimanapun kalian telah bercerai dan sekarang dia bukan milik siapa-siapa, apakah aku tidak berhak untuk mengejarnya?

Tatapan Lucy Lu berubah murung, perkataan Wenny Tao ini juga pernah dia dengar dari mulut Jessy Qi, terdiam dia berpikir, kemudian menjawab: Betul, kamu tentu berhak.

Tapi Wenny Tao hanya menggelengkan kepalanya, seraya menertawakan diri sendiri, Kamu salah, aku tidak berhak, dia sudah menjadi milikmu, tidak secara hukum, tapi dari lubuk hatinya. Dia bukan tipe yang lembut, tempat dihatinya yang sangat sedikit sudah terisi penuh olehmu. Tentu saja aku juga berpikir, jika bukan kamu yang lebih dulu mengenalnya, aku mungkin masih memiliki kesempatan mengisi tempat dihatinya.

Menyadari kenyataan ini, Wenny Tao akhir sadar bahwa hal tadi yang dilakukannya sangat memalukan.

Perkataan Wenny Tao barusan, membuat hati kecilnya terpukul, sambil menahan sakit di dadanya, dalam hatinya, Lucy Lu mengatakan, betul yang dia katakan, dia sangat beruntung menjadi satu-satunya wanita di hati Dean Shao, jika akhirnya mereka bisa berbahagia, apalah arti semua kesulitan yang ada.

Bibirnya berseringai, dia menyelimuti Wenny Tao, Rasa manis dan pahit selalu ada ketika mencintai seseorang, terima kasih atas keterus teranganmu, tapi maaf, Dean Shao juga adalah nyawaku, aku tidak bisa menyerahkan nyawaku sendiri padamu.

Ketika mengucapkan kalimat ini, dalam senyumnya muncul kesedihan.

Beristirahatlah, besok aku akan menjemputmu, menelan kepahitannya, berjalan meninggalkan ruangan tersebut, di saat itu juga, hatinya sangat ingin melihat pria tersebut.

Membuka pintu kamar, dia melihat pria yang sedang bersandar pada dinding di belakangnya, dan terlihat kelelahan, mendengar suara pintu terbuka, pria itu kemudian mengalihkan perhatiannya, mengangkat kepala dan menatapnya, dia tersenyum.

Lucy Lu juga membalas senyumannya, mereka berdiri berhadapan, seolah ada banyak rasa bahagia yang keluar secara bersamaan, tanpa mengucapkan sepatah katapun, mereka bisa merasakannya.

Ayo pergi. Akhirnya, Dean Shao melangkah menuju lift. Diseberang ada hotel, aku sudah memesan dua kamar.

Lucy Lu tanpa bersuara mengikutinya.

Keluar dari rumah sakit, mereka berjalan menyusuri jalan, ada sedikit jarak diantara mereka, dalam kesunyian mereka melambatkan langkah kaki mereka, berharap bisa berjalan bersama untuk waktu yang lebih lama.

Ketika mereka tiba di recepsionis, mereka melakukan Check-In, berada di dalam lift Lucy Lu mengernyitkan dahinya, perutnya tiba-tiba keram, dia merasakan kedinginan, kemudian dengan ragu menghitung sesuatu. Saat itu juga expresinya berubah.

Dean Shao seolah merasakan kejanggalan, tanpa menunggu respons Lucy Lu, mengulurkan tangannya dan meletakkan tanganya pada dahi Lucy Lu. Mana yang tidak nyaman?

Saat itu juga, Lucy Lu merasakan rasa sakit yang bertambah, pada saat bersamaan dia merasakan cairan hangat mengalir keluar dari tubuhnya, mendesah, dengan expresi sedih, Lucy Lu menjawab, Sepertinya dia datang

Apa? baru bertanya, di detik berikutnya, dia pun sadar, Itu?

Lucy Lu merapatkan bibirnya, saat itu pintu tebuka, dia melangkahkan kakinya dengan perlahan, takut darah mengalir lebih deras jika dia terlalu cepat melangkah, karena sebelumnya dia bermaksud untuk langsung pulang, Lucy Lu pun tidak membawa pembalut, hal ini membuatnya sedikit resah.

Dean Shao memapah Lucy Lu berjalan dua langkah, tidak tahan, dia pun menggendong Lucy Lu, tidak sempat memberi tanggapan Lucy Lu memekik, melingkarkan lengan di leher pria itu, di saat bersamaan dengan suara lirih dia mengatakan: Dean Shao, sudah tembus.......

Expresi Dean Shao berubah kaku, langkah kakinya berubah cepat.

Dean Shao membawa Lucy Lu kekamarnya, begitu mendaratkan kakinya, Lucy Lu segera menuju ke kamar mandi, Dean Shao bersandar didinding seraya menunggunya, Itukah?

Dari dalam terdengar suara lirih perempuan "ya".

Menaikkan sudut bibirnya, pria itu kemudian melangkah keluar seraya berpesan: "Tunggu sebentar, aku segera kembali."

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu