Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 184 Apakah Dia Sedang Bermimpi Mimpi Erotis?

Dean Shao juga tidak menjelaskan terlalu banyak kepadanya, “Banyak hal yang belum bisa aku pastikan, namun kamu jangan terlalu dekat denganya.”

Lucy Lu berpikir selama beberapa detik, tepat ketika pelayan membawakan makanan, dia tersadar dan tersenyum "Jangan-jangan kamu merasa kalau aku terlalu dekat dengannya, sedang cemburu.”

Pria itu tidak membantah, nadanya datar, "Kamu sangat pintar, mengapa repot-repot bertanya, aku pikir aku sudah menyampaikan dengan sangat jelas saat di rumah sakit hari itu, terlepas dari anak kita atau kamu, aku tidak pernah berpikir tentang memberikannya kepada orang lain."

“……”

Wajah Lucy Lu menjadi kaku, ada perasaan detak jantung semakin cepat dan sesak napas.

Benar-benar pernyataan yang disampikan dengan santai dan tidak terduga.

“Pasti karena factor anak juga.“ dia berbisik dengan suara kecil, mengambil sumpit dan mulai makan siang, dengan bibir monyong seolah-olah seperti tidak terjadi apa-apa.

“Kalau ingin melahirkan anak, sama siapapun bisa.” Suara pria terdengar datar namun sangat hangat.

“……”

Lucy Lu mengaku, kalau hatinya tergoyah.

Mulut kecilnya mengunyah dengan perlahan, menelan makanan yang ada di mulutnya, nada bicaranya pun menjadi lebih lembut, dengan sedikit kaku ia berkata : “Akan aku perhatikan, kamu juga jaga diri baik-baik, jangan lupa istirahat……saat, saat kembali….. jangan lupa memberitahuku.”

“Iya, nanti kamu kirimkan jadwal kamu berangkat ke Kyoto ke aku.”

“Ha? “ Lucy Lu tertegun, “Kamu mau jadwal aku untuk apa? Kalau mereka benar-benar sangat sibuk, mungkin aku akan langsung pulang.”

“Sudah, kasih ke aku saja. “ Pria tersebut tidak banyak memberi penjelasan.

Lucy Lu tidak mampu menahannya, cuma berjawab iya dan menutup telepon tersebut.

Menaruh hpnya, dia terbayang-bayang kata-kata yang diucapkan pria tadi, tatapannya melihat lagi ke arah hp, wajah yang menawan tersebut memancarkan senyuman, walau hanya tersenyum ringan, namun suasana hati baiknya tidak dapat ditutupi.

Untuk pertama kalinya ia memhabiskan semua makanan siangnya, Lucy Lu mengambil sebuah tissue lap mulutnya, dengan wajah puas dia keluar dari restoran tersebut.

Melihat cuaca di luar sangat cerah, dia menundukkan kepalanya melihat jam tangan, jarak waktu masuk jam kerja masih ada setengah jam lebih, balik ke kantor juga tidak bisa istirahat, akhirnya dia berbalik badan dan berjalan ke arah alun-alun dengan perlahan, berencana untuk jalan-jalan santai sambil membantu mencernakan makan siang tadi.

Di area sekitar sana terdapat Davin Yan yang masih dalam jam kerja melihat dia sedang berjalan sendiri, dengan perlahan Davin Yan berjalan ke arahnya.

Lucy Lu sedang bersantai di bawah cuaca yang cerah, berbalik badan langsung melihatnya, jarak yang tidak jauh dan tidak dekat, Davin Yan pun tidak menjauh dan tidak mendekat.

Ekspresi wajahnya tidak berubah, juga tidak peduli dengan keberadaan Davin Yan, terus berjalan di atas jalan kecil batu kerikil, yang lumayan lama berlalu, akhirnya dia tahan juga, berbalik badan dan berjalan ke depan Davin Yan, mengeluarkan senyum penasarannya dan bertanya, “Bisakah kamu memberitahu aku, Berapakah gaji mu setahun yang diberikan oleh pria itu?”

Dia hanya penasaran, pengawal 24 jam sehari seperti itu dapat menghasilkan uang seberapa banyak, apakah lebih tinggi daripada manager departemen seperti dia?

Wajah Davin Yan terlihat bingung dan aneh mendengar pertanyaan tersebut, ia menatapnya dan menjawab: “Tidak banyak, gaji aku semua ada di Bos aku, mengirimkannya kepada aku saat sudah 12 bulan.”

Lucy Lu tersedak, tiba-tiba ia merasa malu.

Bagaimana ia bisa menanyakan berapakah gaji orang lain.

Matanya berkedip-kedip, wajah kecilnya pun menjadi merah, “oh ok ok!”

Dengan cepat ia berganti topik pembicaraan, tersenyum dengan kering: “Dua hari ini aku akan pergi ke Kyoto, kamu sudah bisa liburan.”

“Iya.” Davin Yan hanya menganggukkan kepalanya, tidak bertanya tentang apa-apa.

Lucy Lu merasa ia mencari masalahnya sendiri dengan menanyakan hal-hal tersebut, setelah itu dia kembali ke kantor.

Dua hari kemudian, dia membawah Christopher dan Theo Mu menaiki pesawat ke Kyoto.

Saat baru tiba, tiga orang dengan badan yang letih tersebut membawa koper mereka naik taksi langsung berangkat ke hotel.

Setelah mendapatkan kunci kamar, Lucy Lu berpamitan dengan kedua orang tersebut dan pergi ke kamar hotelnya.

Dengan badan yang letih, yang dia pikirkan hanya cepat-cepat istirahat di ranjang terlebih dahulu, ia mengeluarkan kunci kamar, mengesekkannya di pintu, mendengar suara pintu kamar terbuka, ia mendorong pintu kamar dan masuk ke dalam.

Setelah menutup pintu, kopernya langsung di letak di depan pintu, sandal pun tidak digantinya, dengan matanya yang sayu itu langsung berjalan ke arah ranjang besar tersebut.

Pagi pagi dia sudah naik pesawat, dan wanita yang sedang hamil biasanya akan lebih sering mengantuk, saat ia berada di dalam taksi saja sudah merasa ngantuk, tiba di hotel dia sudah tidak sanggup menahannya lagi.

Membuka jaket langsung melemparnya ke ranjang, dia menyelinap di selimut dan memejamkan mata, sama sekali tidak memperhatikan suara air yang datang dari kamar mandi.

Beberapa menit kemudian, pintu kamar mandi terbuka, dan sosok panas keluar dari uap panas dalam kamar mandi, udara uap panas itu dengan menyebar, terlihat tubuh pria yang putih dan kekar, tidak mengenakan baju, bagian pinggangnya hanya tertutupi sebuah handuk.

Melihat koper yang ada di depan pintu, kemudian dia tersenyum.

Suara sandal tergesek dengan karpet secara bertahap mendekati ranjang besar itu, dan pria pun dengan perlahan-lahan menundukkan kepalanya dan mendekati wanita yang sedang tertidur di ranjang.

Suasana aneh tiba-tiba mendekat, Lucy Lu yang belum tertidur dengan lelap tiba-tiba terbangun dan membuka mata.

Bibir Pria tersebuh hampir tersentuh dengan bibirnya, dia pun tidak terpikir kalau wanita akan terbangun dengan tiba-tiba, dia juga tertegun..

Jarak mata dengan makan hanya beberapa mm, Lucy Lu seperti terpaku, matanya yang masih belum jelas dengan perlahan terfokus, melihat orang yang muncul di depannya, reaksi pertamanya bukan mengenal pria tersebut merupakan Dean Shao, ia malah dengan alamiah berteriak dengan keras.

Suara teriakan baru keluar dari mulutnya, pria tersebut langsung menutupi mulutnya,

Dengan ciuman yang lama sampai ia terbangun, pria itu baru melepaskannya, memegang wajah kecil itu, dengan tersenyum ia berkata, “belum terbangun juga?”

“Dean Shao!” Lucy Lu membuka matanya dengan lebar. Seolah-olah baru sadar kalau pria yang di depannya ada dia, terkejut sampai terduduk di atas ranjang, dengan gagap ia berkata, “kamu, kamu kenapa bisa ada di sini?”

Ini bukannya kamar yang di pesannya?

Atau, dia sedang bermimpi? Dengan bingung menatap wajah tampan yang di depannya, tatapannya memandang ke bawah, ke bawah lagi melihat badan pria yang kekar tersebut, ia baru yakin bahwa dia bukan sedang bermimpi.

Dengan tidak sadar dia hanya memeluk selimut dan mundur ke belakang, dengan kaku ia bertanya lagi, “Kamu kenapa bisa ada di sini?”

Ini benarkah tidak sedang mimpi erotik?

Kemudian dia bertanya lagi, dan tidak mampu menahan diri memandang lagi badan pria tersebut.

Rambutnya masih meneteskan air, seperti baru keluar dari kamar mandi.

Terpikir hal yang barusan dilakukan pria tersebut, wajahnya tiba-tiba menjadi merah.

Dean Shao melihat wajahnya yang seperti sedang menghadapi musuh besar, ekspresi wajahnya berubah-ubah dalam waktu yang singkat, wajahnya memancarkan senyum yang hangat, “Aku meminta informasi hotel kalian sama Christopher.”

“……”

Christopher?

Lucy Lu tiba-tiba sangat geram.

Itu asistennya, sekarang dia malah menjadi mata-mata.

Tatapannya pas melirik ke badan pria yang kekar tersebut, dia hanya bisa merasakan wajahnya menjadi semakin panas, dengan panik mencoba menghindari tatapannya, mengigit bibirnya berkata “kamu bukannya sedang berada di luar negeri? Kenapa bisa tiba-tiba kembali, tidak ada kabar sama sekali.”

“Pekerjaan sudah selesai, tentu aku kembali. “ Pria tersebut sepertinya tidak sadar kalau Lucy Lu sangat tegang saat ini, kemudian dia berdiri dan duduk di ujung ranjang, mengambil handuk dan mengeringkan rambut, dengan santai ia berkata: “Kalau tidak ada pekerjaan lain, keringkan rambut aku.”

“……”

Lucy Lu menenangkan nafasnya, diam-diam menatapnya selama dua detik, tetap turun dari ranjang dan mengambil hairdryer di kamar mandi.

Dikagetkan pria tersebut, rasa ngantuknya pun menghilang.

Berdiri di samping ranjang, dengan pelan mongering rambut dia, berdua tidak berbicara, kamar hotel yang besar tersebut hanya tertinggal suara hairdyer.

Saat rambutnya sudah hampir kering, Lucy Lu mematikan hairdryer, menyisir rambutnya dengan jari dengan gerakan yang lancar.

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu