Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 380 Sepuluh Ribu Tahun Dalam Sekelebat Mata

Sepanjang perjalanan pulang dari kota Jin, ibu Lu tampak murung. Ia marah karena Lucy membiarkan ibu Shao memeluk cucunya. Matanya terus memandang ke Danson yang duduk di kursi bayi, tak rela melepaskannya dari pandangan, seolah bila hal itu terjadi, orang akan merebutnya pergi darinya.

"Hah..." Lucy yang sedang menyetir mendengar suara ibunya berseru. Sebelum ia sempat berkata apa-apa, ibunya berkata dengan marah, "Inikah yang dinamakan nenek? Baru pertama kali menggendongnya setelah setahun lebih, ia diam-diam memotong rambutnya!"

Lucy mendesah, lalu tersenyum tipis, "Ia belum sepenuhnya yakin ini adalah anak Dean Shao. Tidak heran ia melakukan hal itu."

Lucy sama sekali tidak terkejut, ketika ia menyodorkan anaknya ke ibu Shao, ia telah memperhitungkannya. Ia meminta ibu Lu pergi sejenak, dan memberinya kesempatan untuk melakukannya.

Ibu Lu tetap tak mengerti, mukanya memerah karena marah. Ia meluapkan kata-kata yang terpendam di hatinya.

"Lucy, kenapa kamu berikan anak ini kepada wanita tua itu? Dua anak ini tak ada hubungannya dengan keluarga Shao. Biarkan ia menganggap anak ini bukan anak Dean Shao, untuk menghindari perdebatan yang tak berakhir. Lagipula kita tidak tahu dia punya rencana apa di belakang."

Seusai mengatakannya, ibu Lu tetap tak bisa meredakan kekhawatirannya. Lucy menyetir dengan santai, ucapan ibunya bagai angin lalu di telinganya.

"Tak peduli apa yang akan dilakukannya, begitu ia mengetahui identitas anak-anak ini, ia tak akan tega memindahkan mereka." Ia berkata terus terang, matanya naik turun dengan ekspresi dingin, "Lagipula ia nenek yang penyayang, memeluk sebentar tak ada salahnya."

Pemikiran yang ceroboh ini membuat ibu Lu mengeluarkan keringat dingin. Ia memajukan badannya ke arah Lucy dan berkata, "Lucy, kamu jangan berpikiran pendek. Hatimu terlalu lembek, pada akhirnya nanti kamu sendirilah yang akan menderita."

Mata Lucy mengernyit, ekspresinya makin mendalam, "Aku tahu, bu, jangan khawatir."

Lucy telah banyak mengalami pengalaman seperti ini. Walaupun telah berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan di masa lalu, namun bagaimana bisa setelah melihat Wenny Tao, ia membuat keputusan seperti itu, memberikan anaknya pada ibu Shao. Hatinya yang semula tenang tiba-tiba muncul segurat rasa panik dan khawatir.

Mungkinkah karena Dean Shao.

Di hatinya muncul jawaban itu. Walaupun ia berusaha mengubur pemikiran itu, namun ia terus muncul.

Hari kedua, usai bekerja Lucy turun ke bawah, ia melihat mobil hitam Dean Shao di pinggir jalan. Tak lama kemudian, pintu mobil terbuka dan dengan langkah panjang Dean Shao keluar dari mobil.

Sambil memegang tasnya, Lucy mempertahankan ekspresi mukanya agar tetap tenang dan berteriak pada pria itu dari jauh, "Danson sudah membaik, kamu tidak perlu pergi kesana."

Cuaca memasuki musim gugur, angin yang berhembus memberikan kesejukan, membuat pikiran serasa lebih jernih.

Dean Shao berdiri di samping mobil, pandangan matanya suram. Tubuh Lucy tertutup bayangan gelap dari gedung besar di belakangnya. Ia tak dapat melihat ekspresi wajahnya dan tak mendengar emosi dari suaranya.

Keduanya berdiri berhadapan dalam diam dalam waktu yang lama.

"Aku datang bukan untuk menengok anak itu." Setelah lama terdiam, pria itu akhirnya berbicara dengan suara serak, menunjukkan rasa lelah yang tak dapat disembunyikan.

Dean Shao berdiri dibawah lampu jalanan. Dari tempat Lucy berdiri ia dapat melihat jelas tubuh Dean Shao yang dibanjiri cahaya lampu, memperlihatkan rasa kesepian dan kelelahan di matanya.

Lucy curiga Dean Shao sengaja berniat untuk membangkitkan perasaannya dengan cara ini, namun walau ia mengetahuinya, tanpa daya ia tetap terjerumus ke dalamnya.

Ia mengambil dua langkah maju, keluar dari bayang-bayang gedung di belakangnya. Dean Shao akhirnya dapat melihat wajah Lucy, datar, dingin, tanpa perasaan dan harapan.

Mereka terpisah jarak sekitar dua meter, cahaya lampu jalan menerangi tubuh Lucy. Ia berdiri diam, lalu bertanya lirih, "Lalu kau datang mencariku untuk apa?"

Mata Dean Shao menunduk untuk menyembunyikan perasannya, ia berkata, "Ibuku melakukan tes DNA anak itu, dan memintaku untuk membawa anak itu ke rumah keluarga Shao."

"Aku tahu." Lucy tersenyum mencemooh dan melipat kedua tangannya di depan dada. "Apakah dia mengirimmu untuk bernegosiasi denganku agar memberikan anak ini pada keluarga Shao? Biar kutebak, apakah ia menggunakan dokter perempuan itu untuk merayumu?"

Dean Shao agak terkejut mendengar kata-katanya. Lalu ia tersenyum kecil dan mengangguk, "Antara mengambil anak itu, atau membuat satu anak lagi, lebih bagus lagi bayi kembar."

"Kalau begitu buatlah anak saja." Wajahnya menunduk, dan ia berbalik berjalan menuju ke tempat parkir.

Dean Shao mengejarnya sambil tetap menjaga jarak. Tangannya dimasukkan ke sakunya dan berkata dengan tenang, "Aku datang untuk memberitahumu kalau aku berada di sisimu. Masalah ibuku, aku akan mengaturnya. Dan untuk anak itu, jika kamu keberatan membesakannya, kamu bisa memberikannya kepadaku..."

Lucy berhenti dan membalikkan badan, matanya penuh rasa ragu.

Ketika Dean Shao memandangnya, matanya bersinar lembut dan ia melanjutkan sambil tersenyum, "Tentu saja jika kau ingin membesarkannya sendiri, siapapun tak akan bisa merebutnya darimu."

Lucy menoleh, dan angin yang berhembus membuat rambut panjangnya berkibar di udara, menutupi pemandangan di sekitarnya.

Dalam keheningan, matanya tertuju langsung menatap Dean Shao.

Dunia ini seperti hanya tersisa mereka berdua, dan seolah terdapat momen sepuluh ribu tahun dalam sekelebat mata.

"Dean Shao, aku mengerti." Lucy mengangkat tangannya merapikan rambutnya, berusaha membalas tanpa menunjukkan emosi.

"Dan masalah Wenny Tao..."

Apa lagi yang ingin dia bicarakan? Ia memotongnya sambil tersenyum lembut, "Kamu tak perlu menjelaskan terlalu banyak tentangnya kepadaku. Masalah diantara kita tak ada hubungannya dengannya."

"Baiklah." Dean Shao menggigit bibirnya dan tersenyum, menelan perasaannya.

Lucy membalikkan badan menuju tempat parkir, "Kalau begitu aku pulang dulu."

Lalu ia mempercepat langkahnya, tanpa menyadari pria di belakangnya terus menatapnya hingga hilang dari pandangan.

Lucy menyetir mobilnya ke arah jalan pulang, namun tak lama ia menyadari sesuatu yang janggal, ia memperlambat kecepatannya dan melihat melalui spion, mobil Dean Shao selalu mengikutinya, menjaga jarak dekat, dan menunggunya. Setelah memarkir mobilnya di parkiran apartemennya, ia naik lalu membuka jendela dan melihat ke bawah.

Dengan jelas ia melihat mobil hitam itu berhenti di bawah. Lampunya terus menyala. Dari tempatnya berdiri Lucy tak dapat melihat apa yang dilakukannya di dalam, apalagi menebak apa yang ada di pikirannya.

Setelah makan malam, ia berpura-pura berjalan ke jendela, dan melihat mobil itu masih berhenti dibawah.

Pada saat itu, bibi pembantu mengeluarkan sampah dari dapur. Lucy menghentikannya dan berkata dengan kaku, "Berikan sampahnya padaku, sekaligus aku akan membawa Danson turun dan berjalan-jalan."

Bibi agak terheran, menoleh dalam waktu lama, lalu meletakkan kantong sampah di koridor. Lucy berjalan ke pintu sambil menggandeng Danson.

Setelah merokok beberapa batang di dalam mobil, Dean Shao menstarter mesinnya untuk pergi, ia melihat Lucy dan anaknya turun dari tangga. Setelah membuang sampah, ia berdiri di depan lampu mobil dan bermain dengan sang anak sebentar, lalu berbalik pergi.

Anak itu sangat gembira, dipeluk sambil diayun ke kiri dan kanan, ia tertawa lepas.

Setelah bayangan mereka lenyap di pintu masuk, Dean Shao perlahan tersenyum, menstarter mobilnya, dan pergi.

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu