Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 109 Aku Tidak Menginginkan Ucapan Terima Kasih Kamu

Stephanie Fu memandang pria yang penuh kepanikan di dalam rumah, didalam hati tersontak kecemburuan hingga menggila, dia memutar pupil mata melihat ke Ibu Shao yang berdiam diri, dengan suara kecil memanggil , “Bibi!”

Mengapa mereka tidak telat 1 langkah, asalkan wanita itu mati, maka semua yang terjadi hari ini akan berakhir.

Nyawa nya benar-benar kuat.

Ibu Shao dengan wajah yang suram menatap anak laki-laki nya yang sedang berada didalam kamar dengan waktu yang cukup lama, dan juga menatap pekerja medis yang sibuk mengurusi tempat itu, waktu yang cukup panjang, mengeluarkan 2 buah kata, “Keluar”.

Dia sekarang benar-benar tidak berharap dapat menarik putranya pulang, namun dia juga tidak bisa merepotkan putranya di depan begitu banyak orang, dan juga tidak boleh mempermalukan anaknya.

Wajah Stephanie Fu sedikit berubah, dengan hati yang enggan menatap Dean Shao yang sedang memeluk seorang wanita, “ Jadi , Kakak Dean.....”

“ Aku tidak mampu melepaskan orang ini, biarkanlah dia mengguling disini, kita pulang duluan.”

Lagipula, mantan mertua ada disini, mau seberapa meremehkan pun, awalnya juga disambut dengan wajah tertawa, kali ini menyusahkan orang yang sedang kesusahan sangat kelihatan, Dean pasti akan semakin membencinya.

Setelah itu, Ibu Shao pun memakai kaca mata hitam dan meninggalkan tempat.

Stephanie mengerutkan alis, matanya penuh dengan amarah dan kebencian, kesempatan yang begitu bagus hancur begitu saja, kenapa tua bangka ini sama sekali tidak bisa mengikuti tempo aku berjalan.

Namun juga tidak bisa apa-apa, dia sekarang harus terlebih dulu berbaikan dengannya, jika ketahuan oleh dia maka kesempatan menang akan jadi lebih kecil.

Hanya saja dia tidak tahu, pikiran dia yang begitu hati-hati dari awal sudah terlihat dengan sangat jelas oleh Ibu Shao

Sambil menggigit bibir, dia tetap saja memutar badan dan meninggalkan tempat itu bersama Ibu Shao .

Setelah waktu yang sangat lama,tempat yang begitu kacau akhirnya tenang juga, 3 orang penjahat dibawa oleh polisi yang dipanggil. Dean Shao dengan galak memerintahkan membawa Janice Zhou dan Ibu Lu ke kantor polisi untuk membuat catatan, dia sendiri tinggal di rumah sakit untuk menjaga Lucy Lu yang belum sadar.

Menunggu Lucy Lu sadar, waktu juga sudah larut, dia tiba-tiba terbangun seperti mengalami mimpi buruk , kepanikan dan ketakutan menyelimuti wajahnya. Wajahnya terlihat sangat lemas dan pucat.

“Sudah sadar.” Dean Shao dengan segera melihatnya, serasa tali yang selama ini terus mengikat dan membebani otak nya sekarang sudah lepas.

Lucy Lu membesarkan pupil mata menatapnya beberapa detik, baru sadar, mengerutkan alis sambil bertanya dengan suara serak : “ Dean Shao?”

Apakah aku sedang bermimpi ?

Dia dibawah sadar menjulurkan tangannya, meraba wajah Dean, merasakan hangat wajahnya, dia pun langsung menyimpan kembali tangan nya dengan sangat cepat seakan-akan tersengat listrik, ditengah-tengah malah dipegang dengan erat oleh pria tersebut.

“Ini aku, sudah tidak apa-apa”, Dean dengan lembut mengelap keringat di dahi nya, meskipun nada bicara nya hambar, namun dimatanya ada kehangatan yang tidak mampu diucapkan.

Dalam hati Lucy sangat gugup, tiba-tiba mengarahkan matanya ke arah kamar, dengan cemas bertanya : “ Dimana ibu ku? Dimana Janice ? Ada apa dengan mereka ?

Dean shao menuangkan segelas air yang berada di meja samping ranjang, lalu menyerahkannya di depan Lucy, dengan senyum yang ringan , “ Sudah tidak apa-apa, Mereka sekarang sudah pergi ke kantor polisi untuk membuat catatan, kamu tidak sadar, untuk sementara tinggallah dulu. Sini, minum sedikit.”

Hati Lucy mulai tenang, saat itu barulah dia memfokuskan segalanya ke Dean , wajahnya mulai memerah, menerima gelas itu dan meminum dengan tegukan kecil, dengan sangan tidak alami dia pun bertanya : “ Kamu saat itu kenapa bisa begitu kebetulan datang ?

“Tidak kebetulan.” Dean mengerutkan alis, ekspresi matanya begitu dalam : “Jika aku tiba lebih awal maka kamu tidak akan mengalami hal seperti ini, Maafkan aku.”

Semua adalah salah dia, 2 hari ini Lucy terus tidak ingin berjumpa dengannya. Maka dia pun terus bersikeras tinggal di sisi Lucy, terjadi apa-apa barulah melapor padanya, jika pada saat itu dia terlambat selangkah maka......

Sungguh tidak berani membayangkannya, mungkin dia selamanya tidak mampu melupakan kejadian yang tidak bisa dihindari itu, tinggal sedikit lagi.....

“Dean Shao”. Lucy yang tahu dengan sangat jelas mana benar dan salah menatap ke mata Dean., seperti ingin langsung melihat ke bagian yang paling dasar : “Terima Kasih.”

Tidak bisa dipungkiri, kali ini Dean menolong nyawa seluruh keluarga nya. Dia tidak bisa lagi menganggap itu tidak terjadi.

Seorang wanita dengan rambut panjang tergurai, panjang rambut nya sebahu, wajahnya yang putih pucat yang seakan-akan transparan, bagian bibir tampak abu-abu, terlihat lemah karena beberapa keadaan sakitnya, berbicara juga tidak bertenaga.

Dean melihatnya, menyipitkan matanya, ekpresi matanya sedih, cara bicaranya tetap saja begitu datar : “Aku bukanlah meminta terima kasih mu”

“Aku.........”

“Sudahlah, kamu duduk dulu, aku pergi memanggil dokter.” Pria itu tiba-tiba bangkit dan memotong kata-kata yang mau Lucy ucapkan, dengan begitu saja ia mengelus-elus rambut Lucy, tersenyum dengan ringan, “ Aku bukanlah orang yang memanfaatkan penderitaan orang lain untuk kepentingan sendiri, kamu tidak perlu ada beban apapun, jika kamu sekarang berubah pikiran, ingin rujuk dengan aku, aku juga kira-kira harus mempertimbangkannya kembali.”

“.................”

Lucy terdiam, segala perasaan yang begitu ruwet dan menyulitkan pada saat itu juga langsung terlepas, dengan mimik yang marah namun malu: “ Mimpi! Kamu kira aku gadis zaman dulu yang memberikan hati untuk seseorang ?”

Pria itu menaikkan alis mata nya dan tertawa, tanpa berkata apapun, dia pun melangkah keluar.

Didalam kamar sisalah Lucy seorang, ekspresi diwajahnya pelan-pelan tersimpan, bersandar di sandaran ranjang, memejamkan mata.

Hari ini dia benar-benar mengalami satu kali kejadian hidup mati secara instan.

Malam hari, Janice membawa Ibu Lu kembali ke rumah sakit.

Lucy menatap mata yang merah menangis kedua orang itu, hati nya tersentuh dan juga takut, namun sendiri juga tidak bisa berhenti untuk menenangkan : “Ibu, sudah tidak apa-apa”

“Si brengsek itu! Sungguh berdosa! Sudah masuk tapi masih sama memberikan segumpal masalah ke ibu kita. Menurut mu setelah ini kita harus bagaimana! Ibu Lu menggigit gigi teringat dengan amarah Ayah Lu, air matanya pun menetes.

Lucy terkejut, dengan segera Lucy mengambil tisu dari meja dan mengelap airmata nya, berusaha menenangkan, “ Jangan pikir lagi , semua masalah sudah berlalu. Hal seperti ini pasti tidak akan terjadi lagi.”

“Bagaimana bisa tidak terjadi lagi ? Dia diluar sana bersalah kepada berapa banyak orang siapa yang tau, tapi pasti masih banyak lagi, cepat atau lambat pasti akan datang lagi.” Ibu Lu mengerutkan alis, sangat khawatir dan cemas, sambil menyeka air matanya sambil berkata tersendak-sendak dengan penuh emosi “ Lucy, Lucy, Kamu pindah saja, Ibu tidak bisa membiarkan mu tertimpa masalah lagi, kamu hari ini hampir saja mengejutkan ku.”

“Bu, apa yang sedang kamu katakan ? Aku pergi kamu bagaimana ? dan ayah? Ia memeluk ibunya dan menepuk : “Kamu jangan berpikir terlalu banyak bu, hari ini hanya sebuah kebetulan ditemukan oleh mereka, jika kamu takut, kita keluar sewa sebuah rumah dan tinggal disana, tidak akan ada orang yang bisa menemukannya.”

Meskipun dia berkata tidak apa-apa, tetapi didalam hati nya masih takut. Dia tau beberapa tahun ini ayah nya telah bersalah kepada banyak orang, tapi tidak terpikirkan olehnya ada orang yang nekat datang untuk menagih dendam secara terbuka, bagaimana jka alamat tempat yang nya tinggal ditemukan, pasti ibu di rumah juga akan sangat berbahaya.

Janice mengerutkan alis, dengan cemas berkata : “Jika tidak, kalian untuk sementara pindah ke tempat aku? Meskipun rumah nya tidak besar, tapi kamu bisa tidur bersama aku, Bibi tidur di kamar yang 1 lagi.

“Tidak bisa.” Lucy langsung menggeleng kepala, “ Kamu tinggal bersama ayah dan ibu mu, rumahnya juga tidak besar, aku dan ibu aku mana mungkin kesana dan merepotkan mu? Sewa rumah saja, lagian tidak susah dicari.

Setelah berbicara, wajahnya yang penuh ketidak-enakan melihat dia, “ Hari ini hampir saja mencelakakan mu, kalau tidak aku juga tidak tau bagaimana harus menjelaskannya pada ibu dan ayah mu.

Novel Terkait

Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu