Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 69 Kenapa Dia Selalu Muncul

Keluar dari mall, Lucy Lu ingin kembali ke rumah sakit, setelah berjalan beberapa langkah, terlihat orang dibelakangnya masih mengikutinya, dengan heran mengerutkan keningnya, merasa gelisah terhadap kejadian tadi, nada bicaranya juga telah berubah menjadi sedikit kurang senang, "Kenapa kamu masih mengikutiku?"

"Aku akan mengantarmu pulang". Dean Shao melihat dia, sama sekali tidak menyadari hal aneh apapun.

"Aku tahu jalan pulang, tidak perlu kamu antar, kamu pulanglah".

Si pria dengan perlahan mengerutkan keningnya, sedikit heran kenapa sikap dia tiba-tiba berubah, tapi tidak bersuara untuk menanyakannya, hanya menurutinya dan menganggukkan kepala, "Hmm, setelah melihatmu masuk ke rumah sakit aku akan pulang".

"......"

Suasana hatinya menjadi sangat buruk, dan tidak mampu menahannya lagi, dengan amarah berkata: "Dean Shao, kamu bisa tidak jangan mengikutiku lagi? Anak ini bukan hanya anakmu, aku akan sangat memperhatikannya, juga akan berhati-hati, kamu tidak perlu mengikutiku sepanjang waktu".

Ekspresi Dean Shao menjadi murung, "Rasa berhati-hatimu seperti kejadian tadi? Kalau aku tidak disisimu, kamu tahu tidak akibatnya?"

Lucy Lu terdiam.

Tadi sungguh tidak berhati-hati, tapi mana ada begitu banyak kecelakaan.

Lagipula, ini semua juga karena Dean Shao tiba-tiba terhadap dia melakukan ...... Kalau tidak bagaimana mungkin dia tidak menyadarinya?

Dengan amarah menundukkan kepalanya, ekspresi wajahnya masih tidak senang, lalu dia masih saja memakai ekspresi yang dingin, "Suasana hatiku langsung tidak bagus setiap kali melihatmu, kalau kamu masih berharap aku berselera makan nanti malam, segera menghilang dari pandanganku sekarang juga".

"......"

Wajah sang pria yang ganteng mulai terlihat muram.

Wanita ini sudah bisa bersikap marah tanpa alasan.

Si pria merasa sedikit amarah, "Kamu begitu tidak menyukaiku?"

Lucy Lu dengan kepala miring melihatnya, tersenyum ceria, "Kamu rasa? Jadi......demi sang anak, sebaiknya kamu jangan mempengaruhi selera makanku".

"......"

Akhirnya, Dean Shao tidak bisa menang darinya, dengan wajah dingin, pergi dari hadapan dia.

Ketika melihat sang pria telah menghilang di tengah kerumunan orang, senyuman ceria di wajah Lucy Lu baru dengan perlahan memudar, menundukkan kepalanya dan melihat ke perutnya, rasa gundah di matanya tidak bisa disembunyikan lagi.

Anak, anak......kelakuan sebaik apapun yang dia lakukan, semuanya hanya sekedar demi sang anak.

Lucy Lu tetap berdiri selama kurang lebih satu menit, baru membalikkan badan dan pergi, tapi sama sekali tidak menyadari, masih ada sebuah banyangan dari seseorang yang mengikutinya dari tempat yang tidak jauh.

Lucy Lu kembali ke kamar pasien, ibu Lu dengan heran melihat dia, "Kamu pergi kemana? Kenapa sekarang baru kembali?"

"Berjalan-jalan di sekitar sini saja". Berkata dengan senyuman yang samar-samar, pikirannya masih tetap berada pada Dean Shao.

Ibu Lu menatapinya sejenak, tiba-tiba mengerutkan keningnya, "Ada apa denganmu? Kamu tidak enak badan?"

Lagipula adalah putrinya sendiri, hanya dengan melihat ekspresinya sebentar, dia bisa menyadari hal yang aneh darinya.

Lucy Lu kaget sejenak, kembali ke kesadarannya, lalu seketika tersenyum, menggelengkan kepala, "Memangnya aku bisa ada masalah apa? Kamu sudah lapar belum? Sebentar lagi aku akan keluar membelikan makanan untukmu".

"Makan apaan? Kamu baru saja kembali, jangan pergi lagi, nanti minta seorang suster membawakan makanan dari kantin rumah sakit saja, kamu istirahatlah sebentar".

Lucy Lu duduk di kursi, menundukkan kepala dan berkata, "Oh".

Dia merasa mamanya sungguh hebat, seakan-akan bisa menyadari apapun, sepertinya dia kedepannya harus lebih berhati-hati.

Telah berjalan begitu lama di luar, Lucy Lu juga sudah merasa sedikit lelah, setelah duduk dan kepalanya menyamping dia malah segera tertidur, ibu Lu melihatnya, tidak ingin mengganggunya, hanya meminta tolong terhadap seorang suster untuk menyelimuti dia sebentar.

Ini merupakan rumah sakit swasta kelas atas yang memerlukan biaya yang besar, tidak hanya ruang pasiennya yang merupakan untuk satu orang saja, dekorasinya juga sangat mewah, efek insulasi suaranya juga sangat baik, Lucy Lu tidur dengan nyaman sepanjang hari, ketika dia bangun, lampu di kamar telah menyala.

Menggosok-gosok mata yang baru terbangun, lalu menguap, dia bangun untuk duduk dan menanyakan, "Ma, sudah jam berapa?"

Karena baru bangun, suaranya masih terdengar serak.

"Sudah jam tujuh". Suara yang menjawab bukanlah suara ibu Lu, tetapi merupakan suara pria yang rendah dan merdu.

Lucy Lu terkejut, langsung mengangkat kepalanya.

Tersinari oleh lampu dari langit-langit ruangan, cahayanya sedikit menyilaukan mata, setelah melihatnya beberapa saat baru bisa melihat dengan jelas, ekspresi wajahnya berubah, "Dean Shao, kenapa kamu muncul lagi?"

Kenapa dia selalu muncul.

Sebelum tidur ada dia, dalam mimpi ada dia, sekarang setelah bangun pun ada dia.

Sang pria berdiri disana, seseorang dengan ketinggian seratus delapan puluhan hampir menutupi seluruh pancaran sinar dari lampu di atas kepalanya, tapi dengan seperti ini juga telah membuat ekspresi di wajahnya terlihat kabur, membuat orang lain hanya bisa mendengar suaranya yang lembut, "Bukannya aku sudah mengatakan padamu nanti malam aku ingin pulang ke kota Pu? Sebentar lagi akan pergi, jalannya searah, lalu sekalian pergi menjenguk tante".

"Lalu kamu sudah selesai menjenguk belum? Kalau sudah pergilah".

Lucy Lu mengatakannya dengan nada yang kurang bersahabat, meletakkan selimut dan ingin turun dari ranjang, gerakannya terhenti, tiba-tiba mengingat, bukankah dirinya awalnya duduk di kursi? Bagaimana bisa terbaring di ranjang?

Mengangkat kepalanya menerawang ke sekeliling dan menyadari, ini bukanlah kamar pasiennya ibu Lu, dan dirinya juga terbaring di ranjang, dengan sang pria berdiri di samping ranjang.

"Aku, kenapa aku bisa berada disini?" Dia melototi si pria dengan sambil menunjuk diri sendiri, perkataannya tanpa sadar menjadi terbata-bata.

Dean Shao membungkukkan badannya untuk meletakkan sepatu Lucy Lu ke dekat ranjang, berkata dengan lembut: "Tidur di kursi terlalu lama akan merasa tidak nyaman, makanya aku menggendongmu kesini".

"Jadi, Jadi mamaku?" Mamanya membiarkan Dean Shao menggendong dirinya pergi begitu saja tanpa bersuara?

Itu mama kandungnya sendiri atau bukan?

"Tante disebelah". Dean Shao tidak mengetahui kegelisahan di hatinya, melihat dia masih melamun memikirkan sesuatu, dia langsung berjongkok, memasangkan sepatu ke kakinya sang wanita.

Merasakan hawa panas di kaki, membuat lubuk hatinya bergetar, menundukkan kepala dan melihat bahu dan punggung yang lebar, telinganya terasa memanas, dengan panik mendorong dia, berkata dengan terbata-bata: "Aku, aku pakai sendiri".

Dengan cepat memakai sepatu, tidak berani menatap dia, dan segera keluar dari kamar pasien memasuki kamar pasien sebelah.

Dia masih tidak berani percaya, mamanya sama sekali tidak mempedulikan hal ini? Dia telah lupa dirinya dan Dean Shao telah bercerai?

Di kamar pasien sebelah, ibu Lu sedang menundukkan kepalanya memakan makanan, pintu kamar tiba-tiba terbuka, dia tersedak karena terkejut, seketika mulai batuk.

"Ma". Ekspresi Lucy Lu sedikit berubah, melangkah kedepan, memberikan segelas air kepadanya, dengan lembut menepuk punggungnya.

Ibu Lu kembali normal setelah meminum air, tersenyum terhadap dia, "Kamu sudah bangun? Waktu sudah agak siang, kamu pulanglah, besok pagi masih harus masuk kerja, malam ini tidak perlu menetap disini lagi".

Lucy Lu mendekatinya, pura-pura menundukkan kepala merapikan bajunya, dengan suara kecil berkata: "Ma, kamu jangan mengalihkan pembicaraan".

Ibu Lu melihat Dean Shao yang masuk, wajahnya menunjukkan senyuman dan menganggukkan kepalanya, lalu juga menjawab dengan suara kecil, "Dia khusus datang untuk melihatmu, takut kamu kelaparan dan membelikanmu makanan, aku mana bisa mendinginkannya, dia melihatmu telah tertidur di kursi makanya langsung menggendongmu pergi, tidak ada tindakan aneh sama sekali, apa yang bisa kukatakan?"

"......"

Lucy Lu marah sampai keningnya berkerut.

Memangnya kamu bisa melihat kalau dia berbuat macam-macam padaku di kamar sebelah?

Sepertinya mengerti apa yang dipikirkan dia, Ibu Lu berbisik, "Kalau dia ingin bermacam-macam denganmu, dia akan melakukannya sejak awal, untuk apa menunggu sampai kalian berdua bercerai? Dia mungkin hanya mengkhawatirkan sang anak, kamu jangan bersikap berkecil hati seperti itu lagi".

"......"

Lucy Lu sungguh ingin memuntahkan darah.

Dia berkecil hati? Dia harus merasa bahagia walaupun mendapat perhatian karena sang anak?

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu