Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 170 Jamuan Makan Dengan Tujuan Tersembunyi

Dean Shao menegadahkan kepalanya dan tersenyum lembut, “Kamu menghawatirkanku?”

Lucy Lu goyah karena senyum lelaki itu, lalu berkata dengan dinginnya, “Aku sendiri punya banyak masalah tapi mengkhawatirkanmu? Kurang kerjaan sekali.”

Lelaki itu mendorong ke depannya ikan yang telah selesai di kupas. Nada bicaranya datar dan mengatakan: “Aku menyuruh orang untuk menutupi informasinya. Media tidak bisa mempublikasikannya. Tyson Han tidak bisa bebas segampang itu.

Tatapan mata Lucy Lu dengan cepat menyala, lalu melihatnya dengan tatapan menyelidiki, “Apa lagi yang kamu perbuat?”

Belum ada bukti yang jelas untuk menunjukkan dia tersangka. Paling dia hanya ditahan beberapa hari. Nanti masih harus mencari hubungannya dengan kasus itu. Kemungkinan dia akan bebas tidak sampai tiga hari.

Lelaki itu menjaganya sambil makan. Tidak panik dan dengan suara rendah nan lembut, “Beberapa tahun ini dia sudah mengkorupsi uang perusahaan dengan jumlah yang tidak sedikit. Dan juga sudah terlalu banyak memanfaatkan wewenang posisinya. Menjual-belikan informasi perusahaan juga tidak sedikit. Sejak awal aku sudah menyuruh orang menyelidikinya. Karena itu aku menempatkan dia yang dulu seorang CEO menjadi seperti ini. Memang masih kurang beberapa bukti, tapi kebetulan dia mengakuinya. Kesalahannya yang banyak bisa menghukumnya puluhan tahun.

Lucy Lu melihatnya dengan tertegun.

Dean Shao melihatnya. Anehnya, dia merasa dia imut dan tatapannya menjadi hangat, “Kenapa?”

Dia tersadarkan kembali dan tersenyum sendiri, “Awalnya ingin menyimpan rasa terima kasih dalam hati. Sekarang tampaknya aku sudah dimanfaatkan olehmu, kecuali untuk masalah besar.”

Wajah tampan Dean Shao perlahan-lahan terbenamkan, lalu dengan serius melihatnya, “Tidak pernah terpikirkan olehku untuk memanfaatkan wanita, dan juga tidak merayakan masalah semalam. Kalau ada terjadi apa-apa denganmu, dia tidak akan pernah bisa membayarnya.”

“……”

Wajah cantik Lucy Lu perlahan tidak menunjukkan apa pun.

Setiap kali dia berbicara, selalu memberikan kesan serius pada orang. Walaupun sudah terbiasa, tapi terkadang masih tersiratkan kata-kata pengakuan cinta, atau ini hanya untuk membuatnya tidak tenang.

Dia sedikit teralihkan.

Tapi keheningan beberapa detik itu tiba-tiba diputuskan oleh suara telepon genggam.

Lelaki itu mengulurkan tangannya dan mengambil telepon genggam. Dia melihatnya lalu mengangkat dan mendengarnya, “Halo.”

Tidak tahu apa yang dibicarakan, tapi Lucy Lu dengan jelas melihat wajahnya yang tiba-tiba berubah suram.

“Di mana?”

“……”

“En, aku segera ke sana.”

Bulu mata Lucy Lu bergerak, matanya melihat ke bawah, menundukkan kepala dan makan.

Lelaki itu menutup teleponnya. Dia mengerutkan alis melihatnya, suaranya masih datar, “Maaf, asma ibuku tiba-tiba kambuh. Aku harus segera menjenguknya. Kamu teruskan makannya. Aku akan menyuruh Davin Yan mengantarmu pulang.”

Lucy Lu menengadahkan kepala melihatnya, dengan lembut berkata, “Tidak perlu repot-repot. Aku bisa pulang naik taksi. Cepat kamu pergi.”

Walaupun wajahnya tidak ada perubahan apa pun, tapi dia bisa merasakan kalau dia panik.

Lelaki itu mengambil jas dan berjalan ke tempatnya. Dia membungkukkan badan di samping telinganya dan menolak dengan lembut, “Aku tidak tenang. Makanlah makananmu. Dia sempat untuk kemari.”

Lucy Lu memijat alisnya dengan tidak puas. Dia memalingkan wajahnya. Saat dia baru membuka mulutnya, bibirnya sudah ditutupi, “Aku…… Em.”

Hanya ciuman ringan. Bibir lelaki itu terlepas. Seperti seekor binatang peliharaan, dia mengelus kepalanya, “Aku pergi.”

Keseluruhan proses terjadi hanya hitungan detik. Melihat Lucy Lu yang masih belum sadar, lelaki itu dengan cepat sudah melangkahkan kaki jenjangnya untuk pergi. Meninggalkan wajah termenungnya yang merah di sana.

Setelah waktu yang lama, dia melihat meja dipenuhi makanan yang tidak terlalu dimakan dan tempat duduk seberang yang kosong. Aura lelaki itu seperti belum pergi. Hati Lucy Lu dengan anehnya merasa hampa.

Sumpitnya menjepit dan memakan daging ikan yang ada di depannya lalu mengunyah dengan melamun. Dia melihat ke sekitar. Tidak ada tempat untuk menyimpan kekecewaannya untuk sesaat. Dia mengambil telepon genggam dan menelepon Janice Zhou.

……

Dean Shao mengendarai mobil dengan laju cepat menuju tempat. Bahkan dia tidak mengetuk pintu dan membuka pintu kamar.

Di kamar hotel tersebut, ada sekelompok pria dan wanita berpakaian formal.

“Dean, kamu sudah datang.”

Orang-orang di kamar itu melihatnya dengan ekspresi yang senang.

Dean Shao melihat sekitar dengan datar dan matanya terhenti di seorang wanita paruh baya di tengah dan sehat-sehat saja. Tidak ada ekspresi tak terduga di wajah tampannya.

Sebenarnya saat di jalan dia sudah merasa ada yang janggal, tapi dia tetap pergi.

Wanita paruh baya yang berbicara itu muda dan cantik. Perawatan kulitnya terlihat lebih bagus daripada Ibu Shao. Dia sepertinya tidak menyadari ekspresi lelaki itu. Dia tersenyum menyipitkan mata dan menariknya masuk.

“Dean, sudah lama tante tidak melihatmu. Benar-benar kangen.”

Lelaki itu tidak melakukan apa pun tapi menarik kembali lengannya, dan tersenyum dengan tidak senang, “Aku pikir ada siapa yang harus segera ke rumah sakit.”

Ibu Shao membenamkan wajahnya, “Kamu ingin sekali aku masuk rumah sakit?”

Wanita itu tercengang, suasana menjadi canggung seketika, “Anak bodoh. Bukan bermaksud membohongimu. Hanya saja ibumu takut kamu tidak datang.”

Selanjutnya dia memberikan isyarat kepada wanita muda di sebelahnya, “Stephanie, cepat, ajak Kak Dean duduk.”

“Oh, oh oh.” Stephanie Fu tersadarkan dari lamunannya. Dengan panik dia berjalan menarik kursi, lalu dengan malu-malu berteriak, “Kak Dean.”

Walaupun dia berharap dia datang, tapi apa yang dia lihat tidak seperti yang dia pikirkan. Cara ini sangat jelas. Bahkan dia tahu ini pura-pura tanpa berpikir. Dia tidak sebodoh itu dan menyinggungnya, tapi saat itu juga dia takut dia salah paham bahwa dia yang sudah menghasut.

“CEO Dean.”

“CEO Dean……”

Beberapa sepupu laki-laki keluarga Fu satu per satu memberikan perhatian dan menyapa dia.

Keluarga Fu adalah keluarga yang bergerak di bidang perumahan dan perusahaan itu dibangun sendiri oleh ayah Stephanie Fu. Mereka tidak terhitung sebagai keluarga kaya. Paling hanya dianggap keluarga yang kaya mendadak dalam satu malam. Beberapa sepupu laki-lakinya juga gemuk. Mereka hidup bermalas-malasan. Beberapa tahun ini hidup dengan biaya orang tua.

Keluarga Fu dan Keluarga Shao kenal karena ayah Dean Shao yang sudah meninggal. Berteman puluhan tahun membuat hubungan kedua keluarga bisa dikatakan dekat. Dan juga hati Stephanie Fu sejak awal sudah bukan rahasia bagi kedua keluarga.

Hanya saja Tuan Shao duluan menyukai Lucy Lu. Keduanya menikah. Keluarga Fu tidak rela dan hanya bisa memendamnya. Tapi akhir-akhir ini dia sudah bercerai. Hati yang jahat itu muncul kembali dengan sendirinya.

Kelurga Fu juga takut kehilangan lagi, karena itu mereka tidak sabar untuk menyiapkan jamuan makan dengan tujuan tersembunyi ini.

Dean Shao sama sekali tidak duduk di sebelah Stephanie Fu. Hanya sekalian duduk di samping Ibu Shao dengan menarik sebuah kursi dan duduk dengan sukarela. Dia seperti tidak melihat mengenai perhatian kedua saudara laki-lakinya. Dia memutar matanya dengan pelan dan melihat Ibu Shao, “Sudah makan obat?”

Ekspresi Ibu Shao masih tidak terlalu bagus dan berbicara dengan lembut: “Sudah makan obat. Aku dan tante serta pamanmu susah-susah berkumpul. Bagaimana pun juga aku harus minum segelas.”

Dean Shao, “……”

Stephanie Fu melihat ekspresi wajah lelaki itu sangat dalam. Dia tersenyum dan berjalan ke samping Ibu Shao, dengan lembut dia menenangkannya, “Tante, Anda sedang tidak sehat. Kak Dean juga sayang pada Anda. Anda jangan minum anggur lagi. Biarkan mereka laki-laki yang minum saja.”

Mulut Ibu Shao cemberut, lalu berkata dengan nada yang aneh: “Dia bisa menyayangiku? Tadi saja dia masih ingin aku masuk rumah sakit.”

Stephanie Fu tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Dia menopang punggungnya dan menenangkannya dengan suara yang lembut, “Kak Dean juga benar-benar menghawatirkan Anda. Karena itu dia marah dan berkata seperti itu. Anda jangan menyalahkannya.”

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu