Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 45 Pemerkosaan

Sejenak, Lucy pun tak merasa aneh, “Oh, ternyata masih tak bisa dilupakan ya, tak disangka kau ini orang yang sangat setia.”

Theo menggeleng-gelengkan kepala, matanya bersinar terang, “Bukan, itu kejadian pada waktu aku berumur belasan tahun, aku sudah tak ingat lagi wajahnya seperti apa.”

“……”

Lucy pun menjadi sedikit canggung.

Ternyata cowok di hadapannya ini masih polos dan lugu, sepertinya ia tidak boleh sembarangan bergurau dengannya.

Kedatangan pelayan yang mengantarkan makanan memecahkan suasana canggung yang ada di meja mereka, Lucy bersorak dalam hati sambil mengambil sumpit, “Ayo makan.”

Setelah semua makanan tersaji di atas meja, Theo memandangi seisi mejanya, dan bertanya pada si pelayan, “Apa sudah tak ada lagi?”

“Tuan, semua pesanan Anda sudah disajikan semuanya.”

“Oh, baiklah.”

Setelah pelayan itu pergi, ia meluhat ke arah wanita di depannya yang makan dengan serius, sambil tertawa ia berkata, “Kak Lucy, aku sudah bilang aku yang mentraktir, kau tidak perlu membantuku berhemat seperti ini kan? Kau begini bisa membuatku malu……”

Seisi meja semuanya sayuran, makanan berdaging satu-satunya hanya cah daging cincang.

Apa dia takut Theo tidak bisa membayarnya?

Lucy terus makan dan berkata, “Bukannya aku bilang aku suka makanan yang sedikit hambar? Lagipula, siapa suruh kau bilang aku gendut, aku ini mau diet, ayo makan! Jika kau berbicara lagi, aku juga tak akan makan lagi.”

Theo tidak bisa berkata apa-apa, hanya menurut saja.

Sesudah makan, hari sudah sangat gelap, setelah Theo pulang, Lucy tidak langsung pulang, ia berjalan-jalan di sekitar restoran itu.

Di tengah kota, sinar lampu gemerlap, ramai sekali.

Lucy merasa sudah lama sekali ia tidak bersantai-santai seorang diri, dengan santainya ia berjalan menyusuri trotoar tanpa tujuan.

Sebelum cerai, ia sangat ingin dirinya dan Dean seperti ini, bahkan hanya berjalan berdampingan saja pun bisa membuatnya puas.

Tapi tiap kali bertemu, selain pasar dan supermarket, tidak pernah mereka mengunjungi tempat lain, lagipula karena waktunya hanya sedikit, ia selalu tergesa-gesa, bahkan tak sempat turun dari mobil.

Dipikir-pikir, memang agak sedikit lucu, ia tak tahu mengapa ia bisa bertahan selama itu.

Dengan sedikit kekecewaan, ia berjalan sambil melamun, dan getaran handphonenya membuyarkan lamunannya.

“Halo, Janice.”

“Lucy, kamu di mana?” terdengar suara wanita yang sangat lelah dari seberang sana.

“Aku di luar.”

“Apa kau sibuk?”

“Tidak, kenapa?” Lucy menghentikan langkahnya.

“Aku baru saja selesai kerja, kamu di mana, aku pergi mencarimu.”

Lucy melihat sekelilingnya, dan berkata, “Boleh sih, tapi sepertinya kamu lelah sekali, apa kau tidak istirahat saja?”

“Tidak usah, aku ada urusan mencarimu, kita bicara setelah bertemu.”

“Oh, baiklah.”

Janice segera menutup teleponnya.

Lucy agak sedikit khawatir, ia mengirimkan lokasinya dengan Wechat, lalu memasuki café yang ada di dekatnya.

Setengah jam kemudian, seorang wanita berparas cantik namun terlihat lelah mendorong pintu kaca café tersebut.

“Kamu sudah makan?” kata Lucy sambil berdiri.

“Belum, aku tak ada selera.” katanya sambil melepaskan jaketnya dan duduk, seperti menghempaskan seluruh kelelahannya, sekujur tubuhnya terkapar di atas kursi yang empuk itu.

“Apa ada sesuatu yang terjadi?”

Janice Zhou adalah teman sekamarnya semasa kuliah, sampai kini pun ia tetap menjadi sahabat terbaiknya. Setelah bekerja beberapa tahun, dengan kerja kerasnya ia dapat memijakkan kakinya di Kota Nan, membeli rumah untuk dirinya sendiri dan menjemput orang tuanya kemari.

Ia selalu memiliki pendapatnya sendiri, selalu berhati-hati saat mengerjakan sesuatu, selalu berpikir secara logis, sangat cerdas dan pintar.

Lucy jarang sekali meliihatnya seperti ini, sepertinya ia sedang mengalami kesulitan.

Ia diam sesaat, melambaikan tangannya untuk memanggil pelayan, “Apa ada wine?”

“……”

Ini itu café, mana ada wine.

Lucy pun menyahut, “Satu gelas jus jeruk, dan dua dessert apapun, terima kasih.”

“Baik, mohon ditunggu sebentar.”

Janice menatapnya dengan kesal dan bergumam, “Aku ingin minum wine.”

Lucy memandanginya sesaat, dan berkata dengan dingin, “Sebelum kau menceritakan semuanya, aku tak akan membiarkanmu minum wine.”

Janice menatap ke arahnya, beberapa detik kemudian menghela napas, menggaruk-garuk rambut keritingnya itu dengan kesal, “Baiklah, kemarin malam aku minum terlalu banyak, lalu aku tidur dengan pria bermarga Huo itu.”

“……”

Lucy terperangah, ekspresi wajahnya terdiam seperti patung.

Sesaat sebelum iya berteriak kaget, Janice menutupi mulutnya dengan tenang.

Mata Lucy terbelalak dan melepaskan tangan Janice, “Kalian melakukan segalanya?” tanyanya serius.

“Aku saja tidak ingat sama sekali, apa kau masih berharap saat itu aku akan mendorongnya?”

“……”

Lucy berusaha menahan emosinya, “Apa yang dia katakan hari ini.”

Pria bermarga Huo itu, dia tahu, namanya Jimmy Huo, atasan Janice. Hubungan mereka berdua sangat tidak jelas, tidak ada yang pernah mengutarakannya, mungkin karena mereka bekerja di perusahaan yang sama, hanya tinggal melubangi jendela kertas yang ada di antara mereka.

Janice agak sedikit canggung, “Aku sudah lari sebelum dia terbangun, seharian ini aku bersembunyi darinya, aku tidak melihatnya sama sekali sampai detik ini.”

“Kau ini naif sekali? Suatu saat pasti kalian akan bertemu, lalu apa yang akan kau lakukan?” kata Lucy mengerutkan keningnya.

Wajah Janice berubah masam dan berkata, “Aku belum memikirkannya. Aduh…… Sialan, sejak kapan aku sepengecut ini, bukankah hanya tidur saja? Kenapa aku bertingkah seperti gadis perawan yang polos.”

Lucy terdiam, lalu membalasnya dengan serius, “Bisa-bisanya kau bergurau di saat seperti ini? Jika dia ingin memastikan hubungannya denganmu, itu lebih baik, tapi jika dia tidak mau mengakuinya, bagaimana caramu menghadapinya kelak?”

Janice cemberut, “Dari awal memang tak ada hubungan apapun dengannya, aku sendiri yang menyukainya. Mungkin saja kemarin aku yang minum terlalu banyak, lalu tak ingin melepaskannya……”

Lucy tertegun.

Dia ingat Janice pernah memberitahunya, ia memang menyukai pria itu, tapi ia tak yakin bagaimana perasaan Jimmy kepadanya.

Tak tahu apa yang ada dalam pikirannya, tiba-tiba Janice bertanya, “Menurutmu, apa dia akan menganggapku sebagai wanita murahan? Lalu mulai memandang rendah diriku.”

“……”

Lucy pun sebal dibuatnya, ia berkata dengan nada meremehkan, “Maksudmu kemarin kau yang "memperkosanya"?”

Wanita itu mengangguk-angguk kepalanya dengan keras.

“Bagaimana mungkin seorang pria dewasa tidak bisa mendorong seorang wanita, apa tangan kakinya terikat atau dia juga mabuk berat? Biarpun dia suka padamu, tapi dalam keadaan kau mabuk seperti itu melakukannya padamu, apa dia itu pria yang baik? Kau masih mau dengan pria seperti itu?”

“Aku……” Janice tak bisa menjawab, menggigit bibirnya, lalu berkata, “Kejadian kemarin malam…… Aku tidak ingat sama sekali.”

Siapa yang meniduri siapa, dia sama sekali tidak ingat, tapi kejadian itu memang terjadi, tubuhnya pun bisa merasakan hubungan intim pada malam itu.

Lucy juga bingung, ia berpikir keras untuk mencari jalan keluarnya, namun tiba-tiba suatu hal terbesit dalam benaknya, “Apakah kau sudah minum obat?”

Novel Terkait

Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu