Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 276 Pergi ke Kyoto bersamaku

Setelah selesai berdiskusi dengan CEO Jiang sudah hampir subuh, mereka tampak lelah.

Jessy Qi melirik pria disampingnya, memberikan komputer kepada Glen Lin, mengatakan: "Mari pergi untuk sarapan terlebih dahulu."

Dean Shao melirik jam tangan, mengangguk, dan meminta Glen Lin: "Kamu pergi makan dulu bersama Nona Qi, aku masih ada urusan akan kembali ke hotel terlebih dahulu"

Jessy Qi tampak keheranan: "Kamu tidak pergi?"

Pria itu tidak menjawab, mengangguk, mengambil kunci mobil dari tangan Glen Lin kemudian langsung pergi.

Glen Lin mengalihkan matanya dan menatap Jessy Qi yang sedang menatap punggung Dean Shao, tersenyum dan berkata : “Direktur Shao pasti sedang memikirkan istrinya, ia mungkin pulang terlebih dahulu untuk memasak sarapan."

Ekspresi Jessy Qi sedikit berubah, berusaha tersenyum: "Tidak terlihat bahwa tanpa disangka CEO Shao akan memasak sendiri.

"Hanya ketika bersama dengan istrinya baru dia memasak sendiri."

Menatap ekspresi wajah Glen Lin, bibir merahnya Jessy Qi bergerak sedikit, kembali ke penampilannya yang biasa kemudian mengambil komputer miliknya sendiri dari tangan Glen Lin.

Glen Lin tidak memegang apa-apa, ia terkejut dan bertanya: "Nona Qi tidak pergi untuk sarapan?"

"Disini juga tidak ada makanan yang enak, Asisten Lin kamu pergi sendiri saja ." Kemudian mengenakan sepatu hak tinggi dan membalikkan badan pergi.

......

Ketika Lucy Lu bangun di pagi hari dan keluar dari kamar tidur, ia melihat Dean Shao, melamun selama 2 detik baru bereaksi, seolah-olah dia sama sekali tidak pernah keluar.

"Sarapan."

Susu kedelai, cakwe, salad dan sepotong kecil daging sapi kecap, sarapan chinese food kesukaanya.

Meledek dengan bibir merahnya, "Aku masih mengira bahwa CEO Shao menjadi koki pribadiku, setiap hari menyempatkan waktu untuk memasakkanku makanan, benar-benar tersanjung."

Ketika pria itu pulang ia sudah mandi, sudah ganti pakaian, jalan mendekat, aroma sabun mandi masih sangat kuat.

Karena sepanjang malam tidak tidur, matanya sedikit merah, kelelahan dimatanya itu tidak bisa disembunyikan.

Dengan tangan yang panjang memeluknya dalam pelukan, suaranya berat.

"Makanlah lebih banyak sedikit"

Lucy Lu hatinya lembut, tidak tahan untuk saling berhadapan dengan ekspresi yang dingin itu, menatapnya: "Apakah semua sudah ditangani dengan baik? Apakah masih ada masalah ?"

Tangan suaminya yang memeluknya di pinggang berhenti memeluk.

"Besok aku ingin pergi ke Kyoto, kamu ikut bersamaku, setelah selesai mengurus urusan langsung kembali ke Kota Nan."

Lucy Lu mengerutkan kening: "Untuk apa pergi kesana?"

Dia mungkin tahu bisnis suaminya hampir semuanya berada di kota Nan dan kota Pu, enam bulan terakhir sangat jarang pergi ke Kyoto.

Suaminya menariknya untuk duduk, kemudian memberikannya susu kedelai.

"Pergi untuk melelang tanah."

Melelang tanah, apakah urusan disini sudah diselesaikan?

Tetapi melihat suaminya tidak ingin lanjut berbicara, dia juga jadi tidak ingin bertanya lagi.

Dia menggigit cakwe, berpikir dalam-dalam, pergi sendiri juga rumit, lagipula sudah tidak ada urusan, lebih baik pulang ke Kota Nan terlebih dahulu.

Pemikirannya sudah dikatakan kepada suaminya dan suaminya setuju.

"Aku belikan tiket pesawat yang waktunya sama, besok pergi bersamaku."

......

Keesokan harinya pada siang hari, Glen Lin datang menjemput dua orang, Dean Shao membawa barang – barang untuknya, sembari jalan sembari mewanti-wanti.

"Begitu sampai di kota Nan, Grey Gu akan mengirim seseorang untuk menjemput mu di bandara, mungkin akan ada reporter, ada orang yang akan menggantikanmu untuk menjawab, jangan khawatir," ketika turun tangga dengan lembut membantuny turun tangga dan melindunginya dalam pelukannya, lalu berkata, "Tunggu aku kembali untuk menemanimu melakukan pengecekan kandungan selanjutnya."

Lucy Lu mendengar suaranya yang lembut dan menatap jalan dengan hati - hati.

Setelah turun tangga, masih ada Jessy Qi yang keluar dari mobil bersama dengan Glen Lin.

Dari tampaknya seperti ingin ikut bersama dengan Dean Shao pergi ke Kyoto.

Dengan anggun berdiri di sisi mobil, sebuah setelan warna putih yang beraroma menguraikan sosok yang sempurna, sama seperti Gina Qi, tinggi badan yang sangat tinggi, berdiri disamping Dean Shao tepat sekali di samping pundaknya, sangat enak dilihat.

Dengan tersenyum menunggunya kemari, mengangguk kearah Dean Shao dan kemudian mengulurkan tangan untuk memberikan sebuah handbag.

"Ketika pertama kali bertemu terlalu terburu-buru, tidak punya waktu untuk mempersiapkan hadiah, ini adalah lukisan yang aku gambar sendiri ketika aku belajar keluar negeri, lukisannya kasar, hanya sebagai tanda salam saja."

Lucy Lu melihat jari yang berkulit putih langsing yang membawa handbag, tersenyum: "Nona Qi terlalu baik, lukisan yang begitu berarti seperti ini terlalu berharga."

Lucy Lu tidak menerima pemberian dari Jessy Qi, bersikeras untuk mengambil langkah maju, tertawa: "Kalau kamu tidak menolak itu adalah hal yang baik, aku dan Dean Shao adalah teman baik sejak kecil, kamu istrinya, sangat menyesal tidak dapat hadir ketika kalian menikah, anggap saja sebagai hadiah pernikahan yang terlambat. "

Suaminya menundukan kepalanya dan berkata dengan senyum ringan : "Kalau begitu, kamu terima saja, lukisannya juga sangat bagus."

Lucy Lu mendengar ini, dengan tenang mengambilnya.

Jessy Qi melihat Dean Shao membawa tas perempuan ditangannya, bertanya kepada Lucy Lu: "Pergi bersama ke Kyoto atau?"

"Aku kembali ke kota Nan terlebih dahulu." Tidak mengatakan apa-apa lagi.

Jessy Qi mengerti, merasa sedikit lebih baik.

Dean Shao membawa Lucy Lu masuk kedalam mobil, Jessy Qi menaiki mobil dibelakang yang disetiri oleh Davin Yan.

Penampilan makeupnya yang tipis semakin membuat kecantikan alaminya terlihat, kulitnya putih, merentangkan tangan ke luar jendela dan merasakan gelombang panas musim panas, tidak tahu apa yang sedang dilakukan 2 orang yang berada didalam mobil limousine hitam yang ada di depan itu, aku dan kamu, atau berbisik sebelum berpisah.

Sambil tersenyum, Davin Yan melirik dari spion tengah, tidak dapat terlihat ekspresi wanita ini.

Wanita seperti Stephanie Fu ketika memiliki tujuan benar-benar terpapar diwajahnya, ini merupakan sesuatu yang mudah untuk dihindari, tetapi orang yang duduk di belakang ini, dalam mengerjakan sesuatu sangat tertutup, tidak terlihat kelemahannya sedikit pun.

Lucy Lu sudah melihat sendiri Jessy Qi, hatinya langsung merasa tertekan, kalau dibilang pemikiran nya sempit iya, cemburu juga iya, dia tidak memiliki perasaan yang baik pada wanita ini.

Ia bahkan tidak tertarik sama sekali dengan lukisan yang ada ditangan.

Tangan suaminya masih menahannya secara paksa, meskipun tidak berbicara, tetapi sering kali menciumnya di kening dan di pipinya, seakan-akan enggan untuk berpisah.

Tidak banyak orang dibandara, Glen lin membantu menukarkan tiket dan pengecekan keamanan, dan akhirnya ketika berpisah Lucy Lu mengambil tas suaminya yang ada ditangan suaminya, tersenyum kearahnya dan berbalik badan untuk pergi.

Karena lagi hamil sehingga badannya terasa berat, jalannya lambat dan berhati-hati, bagian belakang tubuhnya yang agak mungil itu terlihat sangat lemah.

Suaminya berdiri di tempat dan melihatnya, Jessy Qi berdiri disampingnya.

Dia tidak menyembunyikannya sama sekali, matanya penuh dengan ketidakrelaan untuk berpisah, meskipun hanya perpisahan yang begitu singkat.

Suaminya tiba-tiba melangkah besar jalan kesana, ketika Lucy Lu memberikan tiket ke petugas keamanan tiba-tiba ditarik dari belakang, melihat ke belakang dan terkejut, suaminya sangat dekat, membuka mata besar-besar dan membuka mulut : "Kamu ......"

Detik berikutnya tangannya ditarik keluar dari batas garis tunggu.

"Lebih baik ikut denganku pergi ke Kyoto dulu." Suaminya mendongakkan kepalanya dan berbicara dengan tegas, tidak dapat ditolak.

Lucy Lu mengerutkan alisnya, tidak lama kemudian ia tercengang.

Jessy Qi berdiri di tempat dua orang itu berinteraksi dan melihat dari awal sampai akhir, tanpa ada gerakan atau ekspresi yang terlewat.

Seluruh mulut terasa pahit, dan kelelahan karena tidak tidur selama dua hari berturut turut tampaknya langsung memancar sekaligus.

"Kelihatannya muka kamu sedikit pucat, tidur yang nyenyak setelah naik pesawat."

Suaminya dengan ringan mengigatkan.

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu