Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 79 Jangan-jangan Dia Selingkuh

Pesawat sampai ke Kota Jin saat petang mulai datang, tiga orang itu langsung menuju hotel dan menaruh barang-barang mereka, lalu mereka bersama pergi menuju restoran di seberang.

Tidak tahu Lucy hamil, Christopher dan Theo memesan makanan sesuai dengan kegemaran mereka.

Lucy yang melihat sayur-sayuran dan daging yang agak sedikit asin itu menelan air liurnya tanpa suara.

Setelah hamil, ia sudah lama menahan diri untuk tidak makan makanan yang rasanya seperti ini, bukannya dia tidak suka, tapi demi anaknya, dia mengontrol makan minumnya dengan disiplin.

Sekarang, makanan di depannya ini pasti bisa merangsangnya.

"Kak Lucy, nanti kita juga tidak menyetir, kau mau minum wine tidak?" Walaupun Theo tidak kenal lama dengannya, tapi setelah tahu sifatnya, ia menjadi lebih berani dari pegawai kantor lainnya, juga berani langsung bercanda dengannya.

Lucy menggeleng-gelengkan kepala, "Nanti setelah kembali ke hotel aku akan menyiapkan pekerjaan untuk besok, kalian saja yang minum."

Sambil bicara, ia mengambil sumpitnya, lalu makan dengan tidak sabar, walaupun air liurnya sudah mengalir, tapi ia masih tetap bisa menutupinya dengan baik.

Christopher pun tertawa, "Kalau begitu makanlah yang banyak, Kak Lucy."

Theo pun memesan sebotol wine, dan meminumnya berdua dengan Christopher.

Walaupun gerakannya sangat elegan, tapi ia terus menerus mengambil sayuran yang ada di atas meja, perilakunya itu pun tertangkap oleh mata Theo.

"Kak Lucy, makanan di sini sesuai dengan seleramu?"

Lucy makan dengan terlalu serius, ia dikagetkan oleh suara Theo yang tiba-tiba bertanya, lalu tersadar dan meletakkan sumpitnya, ia pun meminum air untuk menutupinya, "Mungkin terlalu lama di pesawat tadi, sampai lapar, tapi, rasanya memang enak."

Apanya yang enak, merangsang sekali, rasa yang asam dan pedas, ia sudah kangen sekali.

Theo tersenyum, lalu menyodorkan daging yang ada di depannya ke depan Lucy, "Kalau begitu makanlah yang banyak, kalau tidak cukup pesan lagi."

Tidak cukup pesan lagi?

Lucy yang mendengar itu, matanya langsung menyapu seisi meja, lalu ia tertawa kaku, "Tidak usah memesan lagi, aku sudah cukup, kalian berdua makanlah yang banyak, kalau tidak nanti akan tersisa."

Di waktu bersamaan, ia menghina dirinya sendiri dalam hati, mengapa ia makan sampai lupa diri? Dulu saat dia makan dengan Theo, dia sengaja memilih makanan yang hambar, dan mengatakan ingin diet, bukannya malah menjilat ludah sendiri sekarang? Anak itu begitu pintar, kalau dia meneruskannya, ia pasti merasakan sesuatu.

Takut mereka bertanya lebih jauh, ia mengambil tisu dan mengelap mulutnya, lalu berdiri, "Kalian makanlah dulu, aku pergi ke kamar mandi sebentar."

Tapi dia tidak tahu setelah dia pergi, dua orang ini membicarakannya.

Christopher tertawa, ia makan sambil berkata, "Sepertinya nafsu makan Kak Lucy belakangan ini sedang baik, dua bulan ini, rasanya dia menggendut."

Theo, "......"

Dia ingin meneruskan, tapi kata-kata yang ingin dilontarkan dari mulutnya tiba-tiba berubah, "Dia dulu kurus?"

Christopher tahu dia baru datang ke perusahaan ini, ia meminum seteguk wine dan mengangkat dagunya, lalu berkata dengan sedikit angkuh, "Kak Lucy kita ini wanita tercantik di kantor kita, badannya bagus, wajahnya cantik, kerjanya juga hebat, baik pula dengan bawahannya seperti kami."

Lalu, ia pura-pura menyayangkan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, "Sayang, kau terlambat datang ke perusahaan, dia sudah menikah."

Theo pun menepuk pundaknya, tersenyum, "Sudahlah, orang seperti kau saja mau bersama dengannya. Tapi dia hanya lebih besar dua tiga tahun dari kita, ia menikah terlalu muda, kau pernah melihat suaminya?"

Christopher tercengang, berpikir sejenak lalu menggelengkan kepala, "Belum. Aku bekerja di sini sudah dua tahun, jadi asisten pribadinya juga sudah setahun lebih, belum pernah melihat suaminya, juga belum pernah datang ke kantor untuk mencarinya, hanya terkadang mendengarnya menerima telepon pribadi, tapi sikapnya yang dingin seperti itu, sepertinya juga bukan suaminya......"

"Lagipula......" berhenti sesaat, ia melihat ke arah toilet, lalu berkata pada Theo, "Lagipula...... Belakangan ini beredar gosip di kantor kalau dia sudah cerai, aku juga tidak yakin. Wanita luar biasa seperti Kak Lucy tidak tahu suka pria yang seperti apa."

"Sudah cerai......" kata Theo sambil berbisik, tak tahu ia bicara dengan siapa.

Setelah makan, ketiga orang itu kembali ke kamar masing-masing.

Lucy pun mandi, lalu melipat kakinya di atas kasur sambil memeluk laptopnya dengan mengenakan baju tidur.

Tak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu.

Dia terkaget dan turun dari ranjang, ia berjalan ke arah pintu lalu melihat siapa yang datang dari lubang pintu, Theo yang datang, lalu ia kembali ke dalam dan mengenakan sebuah jaket baru membukakan pintu.

"Ada apa?"

"Apa kau ada waktu ? Ada beberapa pertanyaan seputar pekerjaan yang ingin kutanyakan padamu."

Lucy melihat laptop yang ada dalam pelukan Theo pun menganggukkan kepalanya dan bergeser ke sebelah, "Masuklah."

"Kau duduk dulu, aku ambilkan air minum."

Saat menyuguhkan dua gelas air, Theo yang duduk di sofa sudah membuka laptopnya.

"Pertanyaana apa." Lucy duduk di sebelahnya, matanya melihat ke arah laptopnya.

Theo mengarahkan layar laptopnya pada Lucy, sambil menunjuk, "Beberapa ini datanya tidak cocok, tidak tahu mana yang salah."

"Baiklah, kulihat dulu." Lucy menundukkan kepalanya, jarinya mengetik keyboard, membantunya memeriksa dengan serius.

Seisi ruangan menjadi hening.

Theo duduk sambil memegangi gelasnya, pandangannya terlihat seperti mengarah pada layar laptop, tapi ujung matanya sedang menatap pada wajah cantik wanita itu.

Satu setel baju tidur yang tebal, dan masih mengenakan jaket di luarnya, bentuk badannya sama sekali tidak terlihat, tapi jari-jarinya yang mungil dan raut wajahnya yang putih sudah cukup menarik perhatian.

Tanpa ekspresi, ia menarik kembali pandangannya, ia bertanya dengan nada ceroboh, "Kak Lucy, kudengar dari orang-orang kantor, kau sudah cerai."

Jari Lucy yang sedang mengetik keyboard itu tiba-tiba terhenti, namun segera kembali normal, dan membalasnya dengan tenang, "Iya."

Memang sesungguhnya dia tak peduli dengan pandangan-pandangan orang lain, namun kalau ada orang yang bertanya, dia juga tidak pernah berpikir untuk menyembunyikannya.

"Kenapa?" ia mengedipkan matanya, dengan penuh ingin tahu dan tanpa rasa bersalah ia bertanya lagi, "Wanita yang hebat dan berhati baik sepertimu, masih ada pria yang tidak suka?"

Tangan Lucy tidak berhenti mengetik, "Kau pria, kalau ada dua orang wanita di hadapanmu, satu wanita yang hebat, satunya wanita yang kau sukai, mana yang akan kau pilih?"

"Aku......" Theo tercengang.

Lucy hanya menganggapnya sebagai adik laki-laki yang tidak mengerti perasaan, ia tersenyum dan berkata, "Masalah perasaan selalu tidak dapat dinilai oleh kesadaran objektif, aku hebat atau tidak, bagi seorang pria tidak terlalu penting, oleh karena itu, cerai pun juga tidak bisa dinilai siapa yang benar dan siapa yang salah, masing-masing punya alasan, hanya diri sendiri yang bisa mengerti."

Theo mengerutkan keningnya, sepertinya sangat bingung, lalu bertanya, "Kalau begitu maksudmu, dia tak suka padamu? Jangan-jangan dia selingkuh? Kalau dia suka padamu, kau juga begitu hebat, bagaimana mungkin dia mau bercerai?"

"......"

Tangan Lucy akhirnya berhenti, ia membalikkan kepalanya ke arah Theo, lalu menjelaskan dengan pasrah, "Dia tidak selingkuh, kalau tidak cocok saat bersama pasti akan cerai juga, daripada sengsara seumur hidup, lebih baik sakit di depan saja, apa itu aneh? Ah, anak yang polos, kurasa kau harus mencari seorang gadis agar kau bisa mengerti."

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu