Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 469 Rainie Song Pelanggan Besar

Ketika keluar dari pusat perbelanjaan itu, baru menyadari bahwa di luar telah turun salju lagi, berjatuhan lebat, dengan cepat lapisan salju akan menutupi daerah sekeliling.

Mereka berbelanja sangat banyak, selain barang-barang kecil, yang lainnya diserahkan ke pihak toko untuk diantar ke rumah, jadi ketika mereka berjalan keluar, hanya ada dua kantong besar yang dibawa Dean Shao.

Dean Shao mengingat-ngingat jaket merah yang dibawanya, saat ini sangat ingin pulang ke rumah memakaikannya pada Danielle, untuk membuktikan bahwa penilaiannya sebagai seorang ayah tidak salah.

Duduk di kursi depan penumpang lalu memakai sabuk pengaman, mendengar kata-kata yang jelas menghina, Lucy Lu mendengus dan berkata, “Tidak mungkin bagus, sudah pasti tidak mungkin.”

Ia memiliki kepercayaan diri sebagai seorang ibu.

“Kalau begitu foto kasih Ibu lihat, biar dia yang menilai.” Dean Shao menyalakan mesin mobil sambil berkata dengan santai, sangat percaya diri, juga membual, “Kalau ibu merasa tidak bagus, selanjutnya aku yang akan mengganti popok Danson.”

Hati seorang ayah pasti ingin membuat anak perempuannya menjadi putri kecil, tapi membuat anak lelakinya hanya sebagai alat taruhan.

Lucy Lu tiba-tiba tertawa, sambil tertawa sambil menggoyangkan kepalanya melihat ke luar jendela, “Oke.”

Dia mengulurkan tangannya, lalu menghapus kabut di jendela, dengan begitu baru dapat melihat pemandangan malam lampu-lampu di luar, “Jika ibu bilang bagus, selanjutnya pakaian Danielle semuanya kamu yang beli.”

Begitu kata-kata ini keluar, lengkungan mulut lelaki itu tidak dapat ditahan, “Kamu jangan menyesal ya.”

Mereka telah sepakat, mobil telah berada di jalan pulang, ketika masih ada satu gang lagi untuk sampai di daerah kediaman, HP Lucy Lu yang berada di dalam tas berbunyi.

Mengambilnya dari tas untuk dilihat, ada sedikit keraguan, logikanya sekarang Rainie Song sudah di dalam pesawat, bagaimana mungkin masih bisa meneleponnya.

Melihat Lucy Lu tidak mengangkatnya, Dean Shao memalingkan wajahnya untuk melihat, tampaknya ia telah meramalkan sesuatu.

….

RS Duta Harapan Kota Nan.

Begitu mobil Dean Shao tiba, Lucy Lu bergegas membuka pintu turun, kedua lengan di depan tubuhnya, sambil gemetar kedinginan ia berlari menuju teras pintu masuk.

Berdiri tegak baru dapat melihat jelas, wanita yang saat itu sedang berdiri di depan pintu masuk, yang baru saja mematikan puntung rokoknya adalah Rainie Song.

Saat itu salju dan badai sudah sangat lebat, terdengar suara angin di telinga, Lucy Lu berjalan ke depan, walaupun jaraknya tidak terlalu jauh, namun di atas kepalanya sudah tampak lapisan salju.

Sesaat berdiri di teras, salju langsung meleleh, lalu air salju turun ke dagunya, membasahi dirinya.

Raut wajah Rainie Song pucat, matanya menyipit melihat wanita di depannya, “Kamu tidak membawa payung, ngapain berlari keluar?”

Sambil berkata, dia merapatkan jaketnya, seperti hendak pergi ke arah koridor.

Baru terdengar suara sepatu hak tinggi itu dua langkah, Lucy Lu tiba-tiba menahannya, dari jaket musim dinginnya yang lebar ia mengeluarkan sebuah jaket, merentangkan kedua tangannya ke atas kepala, lalu menarik wanita di sampingnya untuk masuk, “Aku punya cara yang hebat.”

Setelah selesai berbicara, ia menundukkan lehernya, mengikuti langkah Rainie Song, dua orang itu berlari menuju mobil.

Dalam hidup Rainie Song, kejadian seperti ini sangat sulit terjadi. Dia adalah nona muda Keluarga Song, selalu cantik dan cerah, tidak pernah berpikir satu hari akan jadi seperti ini, bersama seorang wanita berlindung di bawah jaket dan berlari bersama dalam badai salju.

Ini sangat bukan seperti Rainie Song.

Tapi kejadian seperti ini malah terjadi pada umurnya yang ke-30, benar-benar terjadi, dan kejadian seperti ini jika diingat di masa depan, pasti akan membuatnya tertawa.

Lucy Lu membuka pintu mobil, membiarkan Rainie Song masuk terlebih dahulu, baru ia sendiri masuk, lalu mengibaskan salju di jaketnya, ia tidak tahan untuk tak menggigil.

“Terima kasih.” Rainie Song merapihkan rambutnya yang tertiup angin di mulutnya, saat itu wajahnya terpantul pada jendela dengan pemandangan salju di bawah lampu-lampu, jelas sangat pucat.

Dalam teleponnya, ia memberi tahu Lucy Lu, karena kram perutnya tiba-tiba kambuh, dia mau tak mau membatalkan perjalanannya ke Kyoto, dan mengapa ia menelepon, juga karena waktu sewa supir taksinya sudah habis, ia ingin kembali ke hotel tapi tak mendapatkan taksi.

Kata-kata itu setengah benar setengah bohong, yang berbicara tahu, yang mendengarnya juga tahu.

Tapi tidak ada orang yang mencari tahu yang sebenarnya.

Rainie Song ketika mencari Lucy Lu, selalu ada alasannya.

“Di dekat bandara ada hotel bintang lima, aku antar kamu kesana ya, supaya besok mudah untuk mengejar pesawat.” Lelaki yang duduk di kursi pengemudi itu mengabaikan suara terima kasih yang tak jelas dari wanita itu, lalu pelan-pelan menyalakan mesin.

Rainie Song tidak memberi jawaban, Lucy Lu malah merespon, “Kalau tidak keberatan, boleh menginap di tempat kami semalam, lagipula kamu sedang tidak enak badan, juga tidak ingin rawat inap, jadi jika ada apa-apa juga lebih mudah merawatnya.

Ketika mengatakan kata-kata itu, Lucy Lu langsung menyesal.

Dia bisa mengatakan hal seperti itu, sebagian besar karena bersimpati pada Rainie song, barusan di pusat perbelanjaan informasi yang didengarnya, masih menggema di pikirannya, sulit untuk dihilangkan.

Tapi ketika kembali memikirkannya, dia juga bersimpati pada wanita itu sebelumnya, tapi pada akhirnya ia menyadari bahwa ia sengaja dimanfaatkan.

Bagaimanapun dia dan Zayn Shang masih memiliki hubungan yang tak dapat dipisahkan.

“Tapi kalau kamu tidak terbiasa tinggal di tempat kami...”

Jadi ia berdeham berencana untuk mengalihkan ke topik pembicaraan awal, namun tanpa diduga Rainie Song malah tersenyum, menandakan ia setuju, “Baiklah, kalau begitu maaf merepotkan kalian satu malam.”

Lucy Lu menggerakkan ujung bibirnya, dan melirik kepada Dean Shao lewat kaca spion, wajahnya tampak sedikit malu.

Namun beda halnya dengan Rainie Song, setelah menyetujui hal itu, secara otomatis ia mengabaikan interaksi pasangan suami istri itu. Sekujur tubuhnya sangat lelah, ia menoleh ke luar jendela, seolah terjebak dengan pikirannya sendiri, dan tak dapat melepaskan dirinya.

Sampai melewati sebuah toko yang hendak ditutup, ia tiba-tiba tampak santai, dan berteriak: “Berhenti.”

Ketika mobil telah menepi, dia tidak memedulikan apakah masih turun salju, langsung membuka pintu melangkah keluar.

Lucy Lu berteriak memanggilnya, seluruh suaranya dengan cepat terputus dengan suara pintu mobil yang ditutup, dia hanya bisa menggigit bibirnya, melihat bayangan tubuh itu membaur dalam salju dan angin, lalu tampak tidak jelas, akhirnya mendorong pintu masuk salah satu toko pakaian anak-anak.

Pemilik toko pakaian anak-anak itu mengeluhkan bahwa malam itu tokonya terlambat tutup satu jam, ternyata ia beruntung untuk menyambut pelanggan terbesar hari itu.

Sekitar 20 menit kemudian ia mendorong pintu keluar, dia pribadi meminta orang untuk mengantarkannya dengan payung, lalu ia juga menyuruh pegawai toko untuk membawakan belasan lebih kantong di belakangnya, dan langsung mengantar pelanggan besar itu masuk mobil.

Lucy Lu menatap barang-barang yang tak berhenti dimasukkan ke dalam mobil, dengan melongo.

Setelah melihat Rainie Song masuk, ia berbicara dengan tidak terburu-buru juga tidak perlahan, “Aku ingat kedua anak kalian baru berumur satu tahun lebih ‘kan? Dengar-dengar pada tahap ini anak-anak tumbuh dengan cepat, pakaiannya selalu tidak cukup dipakai.”

Dia berbicara dengan santai, sambil berbicara sambil memakai sabuk pengaman, seolah tanpa membawa perasaan pribadi.

Kursi penumpang di sebelah Dean Shao juga penuh sesak, setelah mendengar kata-kata itu dia tak tahan untuk menoleh, ia melihat jaket tebal yang sedikit keluar dari dalam kantong itu, lalu menggigit bibirnya.

Lalu berpikir merah muda juga tidak lebih bagus dari merah terang, yang dia beli tidak akan salah.

Yang dipikirkan Lucy Lu dan Dean Shao berbeda, saat ini ia mencoba memahami Rainie Song, yang pasti akan selalu teringat pengalaman dua kali kegugurannya.

Setelah menunggu mobil melaju masuk area kediaman, Rainie Song bersandar ke jendela dengan kedua tangan di dadanya, terlihat seperti sedang tidur.

Dari arah Lucy Lu terlihat jelas wajahnya dari samping, rambut di pelipisnya masih basah, raut wajahnya tampak pucat, kedua tangan di dada, sebenarnya terlihat tidurnya sangat pulas.

Jika bukan karena dandanannya yang belum sepenuhnya hiang, Lucy Lu akan bertanya-tanya, orang ini apakah benar Rainie Song yang ia kenal.

“Sudah sampai.” Ia dengan lembut menepuk punggungnya, memanggilnya bangun.

Novel Terkait

My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu