Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 436 Ini Anakku

“Ini adalah berkas yang telah aku persiapkan, bantu aku untuk memberikan ini kepada direktur Lu.”

Di dalam ruangan Miyagi, dia memberikan sebuah berkas kepada Lisa setelah itu sambil membawa segelas kopi dan berjalan ke luar jendela dengan tatapan mata yang terlihat malas.

Lisa yang menerima berkas ini dengan sedikit terkejut, “Begitu cepat?”

Miyagi yang mendengarkan kalimat pertanyaan ini memutarkan tubuhnya sambil menikmati kopinya, “Cepatkah? Proyek ini begitu mudah.”

Sambil berkata dia tersenyum, ketika tersenyum alisnya terlihat melengkung, dengan sikapnya yang baru pertama kali bekerja terlihat sangat berbeda.

“Segera pergilah, aku masih harus menunggu untuk selesai bekerja.” Dia segera memintanya kemudian memutarkan wajahnya melihat ke luar jendela.

Di sisi lain setelah Lucy merapikan berkasnya, kemudian menaikkan kepalanya melihat ke arah jam dan menuju ke departemen pemasaran di bagian kantor.

“Angel.” Lucy dengan segera berjalan ke area tersebut, nada yang terlihat marah ini membuat semua orang melihat ke arahnya.

Angel yang telah merapikan berkas-berkas dimejanya itu berencana untuk menyelesaikan pekerjaannya, ketika mendengar suara Lucy berjalan ke arahnya, daging diwajahnya itu terangkat dan berkata : “Ada apa direktur mencari aku?”

Langkah kaki Lucy yang semakin mendekat ini, seketika tangannya menepuk meja, “Sudah aku katakan sebelum pulang berikan dulu laporannya kepadaku, mana laporan?”

“Aku sudah berikan kepada wakil direktur Gong.” Dengan tatapan merendahkan Angel melihatnya, “Berdasarkan aturan dari perusahaan, berkas B seperti ini harusnya di rapikan oleh wakil direktur terlebih dulu, setelah itu wakil direktur akan melaporkan berkas ini kepada direktur, karena dulu kita tidak memiliki wakil direktur maka membuat dirimu mengurusi semua ini sendiri dan sekarang semuanya pasti berbeda.”

Sambil melihat dia melihat ke arah Lucy dengan nada yang di sengaja, “Pekerjaanku ini berdasarkan peraturan dari perusahaan seharusnya semua ini tidak bermasalah bukan?”

Lucy melihat wanita di depannya ini, tatapan matanya penuh dengan amarah dengan otak jernih dia mematikan amarah ini dan meluruskan tubuhnya, “Aku mengira kamu sudah akan pergi, apakah ingin segera mengibaskan ekor?”

Karena seperti telah merobek wajahnya, Angel tidak lagi menutupi hal ini, kemudian dengan tidak bisa apa-apa dan dengan sikap yang bangganya, “Semua pekerjaanku ini berdasarkan aturan perusahaan, tidak terlambat juga tidak pulang terlebih dulu, juga tidak melanggar peraturan di kantor, direktur Lu tidak memiliki hak disini untuk bisa memecat orang yang tidak kamu sukai bukan?”

Tangan Lucy yang tadinya berada diatas meja ini mulai mengepal, setelah itu tatapan matanya melihat ke arah Angel, dikelilingi orang-orang yang melihat ini membuat dia berkata, “Bagus tatapan kalian terhadap perusahaan sangat bagus.”

Setelah berkata dia mengangkat kakinya kemudian secara bersamaan Lisa masuk ke dalam dan di tangannya memegang sebuah berkas, sambil melihat kearah Lucy dengan waspada dia menaruh berkas di belakangnya sambil memanggil : “Direktur Lu.”

“Apa itu?” Mata Lucy melihat, tanpa berperasaan apapun dia bertanya.

“Hanya beberapa coretan yang harus diurus.” Tatapan Lisa terlihat tenang, mendengar pertanyaan dari Lucy, sambil memberikan berkas itu dengan wajah tenang.

Lucy yang melihat ini tatapan matanya di simpan dan berkata : “Laporan dari direktur Gong segera di urus.”

Setelah dia ingin pergi dan melihat wajahnya Lisa terlihat bingung kemudian kakinya melangkah mundur beberapa langkah : “Sepertinya direktur Gong sudah pulang, dia berkata akan memberikan berkas itu besok pagi kepada anda, hari ini dia ada urusan dan tidak bisa bekerja lebih lama.”

Lucy yang mendengarkan ini, kakinya terhenti sejenak tetapi juga tida bertanya lagi bahkan tidak melihat wajahnya Lisa lalu berkata “Baik”, setelah itu kepalanya terus melihat ke arah kantor.

Dengan perasaan yang tertekan, dia membereskan barangnya untuk pulang bekerja tetapi telepon genggamnya berdering, melihat pengingat dari teleponnya ini membuat dirinya menjadi lebih tenang.

Ketika dia mengangkat telepon genggamnya dan bahkan belum sempat berkata telah terdengar sebuah suara yang tenang, “Makan malam bersama?”

Dengan satu tangan Lucy memegang telepon genggam dan tangan lainnya masih membereskan barang-barang sambil membawa tasnya keluar, secara bersamaan juga dia pun menolaknya, “Hari ini tidak bisa, aku harus kembali kerumah.”

Dean yang berdiri di dekat jendela kantor itu memperhatikan lampu dari kantor yang telah redup itu pun ikut keluar.

“Aku mau ikut.” Suaranya yang kokoh dan kakinya yang terlihat gigih.

Lucy menaikkan sudut bibirnya dengan mata tersenyum, “Kamu yakin?”

Dean mengira jika dia takut karena dirinya tidak bisa melewati ibu Lu, demi tidak membuat dia susah setelah itu dia merasa sedikit ragu, siapa sangka jika dia memberikan sebuah senyuman dan berkata : “Ya sudah ikut saja, aku akan mengambil mobil dibawah dan menunggu kamu.”

Hingga berada di mobilnya Lucy, selalu saja melihat dia tersenyum hal ini membuat Dean merasa tidak tenang, setelah melewati jalanan yang dia kenal mobil ini berhenti disebuah gang kecil, kemudian Lucy naik dan memperingati dia : “Kamu sendiri yang ingin ikut, jadi nanti jangan marah ya.”

“Marah?” Wajah dinginnya Dean terlihat kuat, “Aku tidak akan marah.”

Tetapi ketika Lucy mengetuk pintu, Dean melihat sebuah tangan pria sedang memeluk anak kandungnya itu, matanya seketika memerah.

“Kenapa kamu?” Dia berdiri di depan pintu dengan wajah yang terlihat mengelap.

Titanio yang melihat Lucy dan Dean yang muncul secara bersamaan, juga terkejut tetapi menghadapi hal ini dia harus tetap tenang, kemudian dirinya sedikit melangkah mundur dan menyapa para tamu ini untuk masuk, juga memeluknya anaknya.

Dean yang mengikuti Lucy dari belakang, matanya tertuju ke kepalanya wanita ini, “Ketika aku tidak berada di kota Nan, kamu dengan sembarangannya membawa seorang pria untuk di ajak makan?”

Lucy yang sedang mencari sepasang sendal untuk seorang pria ketika mendengar perkataan ini, dirinya segera menganti sendalnya dan berjalan masuk ke kamar mandi, kemudian ketika Dean naik keatas dengan pelan dan tidak nyaman dia berkata.

“Dia itu orang seperti apa, kamu direktur Dean bukankah bisa memeriksa hal ini dengan jelas? Satu perkataan pun tidak kamu tanyakan dan sekarang memberikan wajah yang penuh dengan amarah untuk bertanya kepadaku.” Setelah dia berkata, kemudian menghentikan kaki dan memutarkan tubuhnya, tetapi hasilnya lelaki ini tidak sempat menghindarinya, dan terjeduk.

Lucy yang melihat dengan jelas reaksi dari pria ini pun tidak dapat menahan tawanya, “Dan juga siapa yang berkata tidak akan marah?”

“Aku tidak marah.” Dean memberikan wajah dinginnya, ketika tubuhnya memutari badannya Lucy dia menuju ke kamar mandi untuk mencuci tangannya, setelah itu dia menuju ke ruang tamu dan ketika melihat Titanio yang sedang asik bermain dengan Danson, tetap tidak bisa mengontrol wajahnya itu.

Kemudian dia duduk disana, sambil mengambil remote dari tangannya Titanio, “Aku yang membeli ini untuk putraku.”

Titanio tercengang kemudian mengambil, “Aku yang beli.”

Setelah Lucy mencuci tangannya dan menaruh tangan di pinggang sambil melihat kedua orang ini, akhirnya dia berkata : “Dean, barang yang kamu beli ada dikamar anak-anak.”

Gerakan tangan Dean segera terhentikan dan kali ini Titanio dengan mata besarnya merebut ini kembali.

Wajahnya terlihat canggung, tetapi wajah yang berubah itu seketika berubah kembali, dan pada akhirnya dia membawa Danson ke dalam pelukannya berjalan ke arah kamar, “Ini anakku.”

Lucy yang melihat amarah dari pria ini membuat dia tidak dapat menahan tawanya.

Setelah itu ibu Lu membuatkan makanan dan meminta mereka untuk duduk, ketika dia melihat Dean wajahnya itu terlihat tidak memanggil juga tidak datar, malah dengan semangat memanggil teman dari putrinya Titanio untuk makan, Dean yang memeluk putranya itu hanya bisa duduk disisi lain.

Ibu Lu yang duduk di meja makan ini, malah menjepitkan makanan untuk Titanio, “Makanlah dengan banyak, paman Lu sedang tidur, kita tidak perlu menunggunya.”

Tidak berapa lama, makanan di depan Titanio telah tertumpuk, Dean yang memegang sumpit lalu melihat nasi di depan ini membuat tenggorokannya terasa ketar.

Suasana ini, terlihat sangat tidak asing.

Lucy menjepit sayurannya sendiri, sambil melihat kearah pria itu, tidak bisa menahan senyum di matanya.

Dia berpikir, mungkin sudah saatnya Dean merasakan kepahitan dia ini, agar semua ini adil.

Titanio sendiri memang bermulut manis, dia mengatakan hal yang membuat ibu Lu terus saja tertawa, sedangkan Lucy dan Dean hanya menundukkan kepalanya untuk makan, wanita yang berada di meja ini, belajar bagaimana gerak-geriknya, lalu menendangnya.

Setelah suasan lebih membaik, dia berkata : “Aku lihat siang ini Lisa terlihat terburu-buru ketika datang dari luar, apakah kamu mencarinya?”

Titanio menganggukkan kepalannya dan kembali menjepit sebuah daging ke dalam mangkoknya, “Tetapi dia tidak menjawabnya, aku meninggalkan nomor teleponku untuknya, berhasil atau tidak akan di lihat dalam 2 hari ini.”

Baru saja dia berkata, telepon genggamnya telah berbunyi, lalu tersenyum, “Lihat lah, baru saja berkata behasil.”

Novel Terkait

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu