Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 76 Aku Ingin Bertemu Denganmu

Hari sedikit larut, orang-orang itu pun memesan sebuah meja di restoran sekitar untuk makan malam.

"Ibu, besok aku akan pergi dinas, beberapa hari ini kau sendirian di rumah harus bisa menjaga dirimu sendiri dengan baik." sambil makan, Lucy melihat ke arah ibunya sebentar.

"Dinas?" ekspresi wajah Ibu Lu berubah, ia mengangkat kepalanya dan mengucapkan kata-kata yang tak terduga, "Tolaklah atau ajak aku pergi juga."

Dibandingkan pekerjaan, tentu saja anak perempuannya lebih penting, hamil masih saja keluyuran ke mana-mana, apa dia ingin membuatnya kaget?

Lucy, "......"

"Tidak bisa ditolak."

Ibu Lu hanya makan saja, sambil memberi Fanny sepotong daging, ia berkata dengan dinginnya, "Kalau begitu belikan tiketku juga setelah pulang."

Lucy memegangi kepalanya yang sakit itu, "Aku ini pergi kerja, bukan liburan, untuk apa kau ikut?"

"Kau pikir aku ingin ikut, kalau kau tidak sedang berbadan dua, aku sudah pergi jalan-jalan sendiri dari dulu."

"......"

Lucy memutar matanya, memangnya dia berani berlibur seorang diri, meninggalkan Kota Nan saja tidak berani.

Lucy tahu bahwa dia hanya khawatir, ia pun menjelaskan, "Aku tidak sendirian, ada dua orang asisten kok, hanya dinas beberapa hari saja, tidak melakukan hal lain juga. Tidak bolehkah aku meneleponmu setiap saat dan melaporkan semua kegiatanku?"

Ibu mengerutkan alisnya, ia berkata dengan keras kepala, "Tidak boleh, kedua asistenmu itu tidak tahu kalau kamu hamil, kalau terjadi sesuatu, bagaimana?"

Lucy mengibaskan rambutnya, lalu meletakkan sumpitnya dan minum seteguk air, "Kalau aku membawamu pergi dinas, apa yang akan dikatakan orang-orang kantor? Bagaimana caraku menjelaskannya pada mereka?"

Ibu Lu cemberut dan tidak peduli, "Bukannya itu gampang, bilang saja aku ingin bermain ke Kota Jin, oleh karena itu kau membawaku sekalian. Aku juga tidak akan selalu mengikutimu."

"......"

Lucy benar-benar tidak tahu bagaimana cara melawannya, kedua tangannya diletakkan di atas meja, melihat ke arah ibunya dengan mata yang kesal.

Harry yang duduk diam sekian lama di samping mereka tiba-tiba tertawa keras.

Hanya fokus pada perselisihannya dengan ibunya, Lucy baru saja teringat masih ada orang lain di sebelahnya, mereka saling bertatapan dan tertawa, Lucy pun pasrah menggeleng-gelengkan kepalanya.

Harry memandang ke arah Ibu Lu, dan membujuknya, "Tante, kau tidak perlu khawatir, aku bisa pergi ke Kota Jin kapanpun, tidak akan terjadi apa-apa."

Ibu Lu segera menggelengkan kepala, "Mana mungkin membuatmu repot bolak-balik, kau juga masih harus kerja kan."

"Tidak repot, pekerjaanku memang harus pergi ke berbagai tempat, bisa sekalian melihatnya di Kota Jin, dan bisa langsung kembali malam harinya."

Ibu Lu melihatinya, hatinya sedikit tergerak, "Benarkah? Apa tidak mengganggu urusanmu."

Pria itu menundukkan kepala dan mengelapi mulut anaknya, ia meliriik ke arah Lucy dan tersenyum, "Bagaimana mungkin, Lucy sekarang sedang hamil, aku juga khawatir, mana bisa aku tidak peduli."

Wajah Lucy menjadi kaku, ia mendunduk dan melanjutkan makannya, berpura-pura tidak mendengar apapun.

Dia pasti tidak akan merepotkan Harry, tapi sekarang masih harus membujuk ibunya, selain itu ia akan membicarakannya pada Harry nanti.

Ibu Lu memandangi Lucy dengan ragu-ragu, lalu menganggukkan kepalanya seperti tidak merepotkan orang lain sama sekali, "Baiklah kalau begitu, aku juga lebih tenang kalau kau juga pergi, pokoknya kalau dia tidak pusing sendirian di luar, aku sudah cukup tenang."

Lucy tetap makan, lalu mencemberutkan bibirnya setelah mendengar ibunya berbicara, ia berkata dalam hati, "Memang benar-benar anak kandungnya, omongan orang lain saja lebih didengarkan daripada omongan anak sendiri."

Harry memberinya tatapan "semua sudah beres" sambil tersenyum dan tidak berkata apa-apa lagi.

Lucy juga menatapnya dengan penuh rasa terima kasih.

Hampir selesai makan, kesunyian di meja makan pun terpecahkan oleh suara handphone Lucy.

Ia segera membuka handphonenya dan melihat nama orang yang menelepon, wajahnya membeku.

Ibu Lu meliriknya, "Siapa yang meneleponmu semalam ini? Tidak memperbolehkan orang makan apa?"

Ekspresi Lucy memudar, "Kalian makan dulu, aku keluar dulu untuk menerima telepon, mungkin ada masalah di kantor."

Tidak jelas Ibu Lu mengomel tentang apa, ia pun berdiri dan segera berjalan keluar, lalu mengangkat telepon itu.

"Halo, Ibu, eh, Tante."

Telepon itu datang dari Ibu Dean Shao, mantan mertuanya dulu, karena Ibu Shao jarang menghubunginya, ia lupa untuk mengganti nama pada teleponnya itu.

Namun, kenapa dia tiba-tiba telepon?

Apa dia salah pencet?

"Lucy?" suara seorang wanita paruh baya yang ingin meyakinkan siapa yang diteleponnya.

"Iya ini aku."

"Di mana kau sekarang?" suara Ibu Shao tidak terdengar senang atau marah, hanya terdengar kalem.

Lucy tercengang, lalu bertanya dengan tenang, "Tante, ada apa mencariku?"

"Ada yang ingin kubicarakan langsung, di mana kau sekarang?"

Tiba-tiba ingin bertemu dengannya? Setelah bercerai selama ini, kenapa tiba-tiba ingin bertemu dengannya?

Pandangan Lucy mendalam, matanya memancarkan sinar yang tajam.

Apa yang dikhawatirkannya dulu benar-benar terjadi? Apa dia tahu sesuatu?

Dean berjanji padanya tidak akan memberitahu siapapun.

Ia menggenggami teleponnya dengan erat, dan berkata dengan sedikit tersenyum, "Tante, aku tidak bisa sekarang, aku masih sedang di luar, kalau ada sesuatu yang ingin segera dibicarakan, bicarakan saja lewat telepon, kalau sepuluh menit saja tidak apa-apa."

"Di luar? Semalam ini kenapa masih di luar?" kata Ibu Shao yang sepertinya agak sedikit kaget, lalu ia melanjutkan omongannya, "Kalau begitu kau di mana sekarang, aku mencarimu sekarang juga boleh."

Lucy memotong pembicaraannya dengan lembut, "Tante, kalau bukan hal yang mendesak, aku tutup dulu ya teleponnya, kita janjian di lain hari?"

"Oh Lucy......"

Tidak memberinya kesempatan untuk membalas, Lucy langsung mematikan teleponnya, ia memandangi handphonenya, wajahnya mendingin, matanya membeku.

Kenapa tiba-tiba ingin menemuinya, kalau bukan karena mengetahui sesuatu, Ibu Shao tidak akan meneleponnya.

Mungkin ingin memastikan apa dia benar-benar hamil, kira-kira berapa bulan.

Setelah berpikir sejenak, ia langsung memasukkan serangkaian nomor telepon pada teleponnya dan melakukan panggilan, tapi setelah berbunyi beberapa detik, ia pun mematikannya dan menghapus semuanya.

Sudahlah,bagaimanapun dia besok juga akan pergi ke Kota Jin, hal seperti ini tidak jelas jika dibicarakan dalam telepon.

Ia menyimpan kembali handphonenya dan masuk kembali ke restoran.

Novel Terkait

My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu