Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 129 Sakit hati

Lucy Lu menutup bibrnya, terdiam.

Dean Shao melihatnya, pandangannya semakin dalam, Lucy Lu merasakan jari-jari pria itu menyusuri rambutnya, tangannya satu lagi dengan lembut menghapus air matanya di pipinya, dengan suara rendah berkata: “Ku antarkan dulu kau ke restaurant, kemudian aku akan pergi, oke?”

Lucy Lu memejamkan matanya, dengan pelan menepis tangan Dean Shou yang ada di atas kepalanya, dengan datar berkata: “tidak perlu, kau pergilah sekarang.”

Dean Shao mengkerutkan alisnya berkata, “Lucy Lu….”

Bagaimana mungkin ia membiarkan wanita ini sendirian di luar.

Lucy Lu tanpa ekspresi menatapnya, dengan datar tersenyum, wajahnya yang kecil terlihat cantik dan bersih, “Aku ingin jalan-jalan sendiri, tapi jika kau ingin menjadi anjing yang terus mengikuti aku terus, aku tidak peduli, yang penting jangan muncul di pengelihatanku.”

Setelah berbicara, ia mendorong badan Dean Shou, tidak berpaling kemudian pergi.

Alis pria tersebut langsung berkerut, tapi ia tidak langsung mengejar Lucy Lu.

Di setapak jalan, Lucy Lu seorang diri dengan pelan berjalan kearah depan, tidak peduli apakah pria itu mengikutinya atau tidak, ia seperti sedang berjalan santai, tanpa beban melihat pemandangan di sekitarnya, tapi jika di lihat dengan saksama dapat terlihat bahwa kedua bola matanya yang bergerak-gerak itu terlihat kosong, sama sekali tidak yang menarik pengelihatannya, seperti rohnya sedang memikirkan sesuatu.

Tidak tahu sudah lewat berapa lama, badannya tiba-tiba tertabrak sesuatu, tapi ia tidak mempedulikannya tetap saja berjalan kedepan, tiba-tiba terdengar suara seorang bocah berkata, “Tante kau telah menabrak ku…. kenapa tidak meminta maaf?”

Lucy Lu tertegun, seperti baru tersadar, membalikkan kepalanya, dan ia langsung melihat seorang gadis kecil yang melihatnya dengan ekspresi tidak senang.

Lucy Lu dengan cepat tersadar, dengan segera berlutut, dengan wajah penuh bersalah dan khawatir berkata, “maaf, maaf, maaf… tante tidak memperhatikanmu, apakah kau terluka?”

Gadis kecil itu mengerutkan alisnya yang cantik, wajahnya yang berwarna pink dan kecil menjadi 2 gumpalan, memajukan bibirnya, melihat Lucy Lu sebentar, mengunakan suara bocahnya yang lembut berkata: “Tante….. anda tidak boleh seperti itu, kata mama di jalan harus fokus, kalau tidak, bisa di tabrak, bahkan bisa menginjak kucing dan anjing.”

Eh….

Melihat wajah yang tidak lebih besar dari telapak tangganya, masih muda sampai seperti baru keluar dari air, matanya yang lincah menatap serius kepadanya, Lucy Lu jadi merasa malu, ia mengigit sudut bibirnya dan mengangguk kepala, dengan penuh penyesalan ia berkata: “betul, betul, betuk, Sekarang tante mengaku salah, lain kali tante harus fokus.”

Gadis kecil itu tersenyum padanya, tiba-tiba hatinya menghangat, tangan kecil itu terangkat dan menepuk ringan jidatnya, seperti sedang mengelus binatang peliharaan, dengan lembut berkata: “hmm, benar sekali, mama bilang orang yang mengaku kesalahan sendiri adalah anak yang baik… kalau begitu sampai jumpa lagi tante, aku pergi dulu…..”

Lucy Lu baru ingin mengangguk kepala, tiba-tiba tertegun, kemudian menghalangi gadis kecil itu, melihat kesekeliling, merasa tidak menjawab pertanyaan dia kemudian bertanya: “Sayang, apakah kau sendiri? Dimana mamamu?”

Ia baru menyadari anak ini sendirian, di sekitarnya tidak ada orang dewasa yang ingin menghampiri mereka.

“Mama tidak ada, adanya nenek, tuh disana.” Gadis kecil itu menunjuk kepada kursi panjang yang sedang diduduki oleh seorang nenek.

Lucy Lu melihat sebentar, sejenak ia menjadi tenang, dengan lembut mengelus rambut anak tersebut, “Baiklah, kalau begitu sana cepat pergi, jangan sembarang jalan seorang diri tahu tidak?”

“iyaa, sampai jumpa tante.”

Gadis itu melambaikan tangannya kepada Lucy Lu, kemudian mengunakkan kaki kecilnya melangkah pergi.

Lucy Lu memperhatikannya, senyuman diwajahnya perlahan-lahan muncul, pelan-pelan berdiri, menepuk debu yang menempel di bajunya, sebutir air tiba-tiba mengenai wajahnya, airnya dingin dan dan penuh dengan tekanan.

Ia tertegun, mengangkat kepalanya melihat ke langit.

Langitnya mendung, air hujan yang tidak bisa di hitung menerpa wajahnya, semakin lama semakin banyak, semakin lama semakin lebat.

Tiba-tiba ekspresi wajahnya berubah, mengelap mukanya sebentar, mengembalikkan badan dengan tergesa-gesa berjalan ke arah gadis kecil tersebut dan berteriak, “Sayang!”

Gadis kecil itu bersama neneknya juga menyadari akan hujan, berdiri dan ingin meninggalkan tempat itu, Lucy Lu tiba-tiba mengejar mereka, bernafas dan berkata: “Sayang.”

Gadis kecil itu berpaling melihat ke Lucy Lu, tertegun, “tan?tante.”

Hujan terlihat semakin besar, Lucy Lu tidak sempat menjelaskan ke mereka, dengan tergesa-gesa mengambil payung dari tasnya dan membukanya, memberikan kepada nenek tersebut, “Tante, payung ini kalian bawa saja.”

Cuaca hari ini tidak bagus, pagi tadi sebelum ia berangkat, sudah turun hujan kecil, sehingga ia membawa payung.

Nenek itu mengandeng tangan gadis kecil dengan pandang berterima kasih memandangnya, “kalau begitu… bagaimana dengan anda nona?”

Butiran hujan semakin besar mengenai wajah Lucy Lu, ia mengunakanya tangannya sebagai pehalang hujan, tersenyum dan berkata: “tidak apa, mobilku tidak jauh dari sini, jalan sebentar sudah sampai, tante, kalian cepatlah pulang, hujan akan turun deras, payung ini hampir tidak bisa menghalanginya.”

“baiklah, terima kasih nona.” Nenek itu tidak henti-hentinya berterima kasih kepadanya.

“tante, bagaimana aku mengembalikan payung ini?” gadis kecil itu menatapnya sambil mengkedip-kedipkan matanya.

Air hujan mengenai matanya, Lucy Lu menyipitkan matanya, tersenyum dan berkata, “Tidak perlu, cepat kalian pergi.”

Selesai berbicara, ia melambaikan tangan, tidak berbicara lebih banyak lagi, kakinya melangkah kembali kearah rumah sakit.

Mobilnya berada di parkiran mobil, tadi karena Dean Shao, perasaanya sedang tidak enak, ia berpikirkan untuk berjalan-jalan sebentar baru pulang. Tidak terpikirkan olehnya turun hujan, lagipula, hujannya semakin lebat, jika dia berdiri sebentar lagi bajunya pasti akan basah.

Debu berasal dari pejuru arah menerpanya, di atas kepalanya tetesan air hujan semakin lebat, menetes sampai ke sela-selah kerah bajunya, mengenai kulitnya, seketika ia merinding.

Kedua tangan berada di atas dahinya menghalangi hujan, ia menundukkan kepala menatap kakinya berjalan kearah depan, jalanan menjadi becek.

“Lucy.”

Hah?

Lucy Lu tertegun, dari suara lebatnya hujan seperti ada yang memanggilnya.

Dengan seketika menaikan matanya, ia tidak memperhatikan langkahnya, sendalnya tiba-tiba licin, badannya dengan cepat terjatuh menghadap kedepan.

“Aa!”

Otak Lucy Lu seketika blank, darahnya seperti berhenti mengalir, tidak terpikirkan bagaimana untuk meresponnya.

“Lucy!”

Terdengar suara yang seakan-akan lebih tajam dari perit yang sedang berseru di tengah hujan, disaat yang sama Lucy Lu terkejut, sebelum terjatuh ketanah, ia mengunakan kedua tanganya melindungi perutnya, tapi dahinya tertabrak batu sehingga mengeluarkan darah.

Dean Shao dengan segera berlari kearah Lucy Lu tetapi sudah telat, wajah yang tampan menampilkan ekspresi sangat khawatir, bola matanya membulat, kemudian mengangkat badan Lucy Lu, dengan nafas berderu berkata, “ Lucy, Lucy? Apakah kau baik-baik saja ?”

Lucy Lu dengan pelan membuka matanya, dengan pandangan kabur melihat ke wajah Dean Shao yang panik, membuka mulutnya, seperti baru sadar, dengan suara pelan berkata, “Aku, aku tidak tahu….”

Wajahnya terkejut sehingga sangat pucat, putih seperti kertas.

Masih turun hujan, dengan cepat darah dari dahinya mengalir keluar, seluruh tubuhnya seperti tidak berdaya.

Dean Shao ingin segera berteriak, tapi setelah melihat Lucy Lu, seketika hatinya sangat sakit, ia hampir saja kehilangan kendali tapi ia berusaha untuk tetap tenang, urat biru yang berada di dahinya bergetar hingga cepat atau lambat akan terputus.

“Apakah ada yang tidak nyaman cepat beri tahu aku, jangan takut, aku sekarang mengantarmu ke rumah sakit.” Dengan nafas yang terburu-buru, pria itu mengangkatnya sampai ke dadanya, berharap bisa menutupi Lucy Lu dari air hujan, dia berjalan dengan tergesa-gesa tanpa henti.

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu