Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 56 Tidak Brengsek Juga

Tak tahu sudah bicara berapa lama, Lucy tidak selalu memandangi mereka berdua, terkadang ia melihat keluar jendela, pandangannya agak sedikit galau, tak tahu apa yang sedang dipikirkannya.

Tak lama kemudian, pundaknya dipukul seseorang, ia pun tersadar, lalu melihat Janice sudah berdiri di sebelahnya, wajahnya terlihat lebih lega dari sebelumnya.

“Kabar baik?” tak usah ditanya, Lucy juga bisa menebak apa yang terjadi.

Janice tersipu malu dan duduk di sebelahnya, lalu memeluk lengan Lucy, “Dia bilang dia juga tidak tahu bagaimana perasaannya padaku, tapi dia harap aku tidak sedih, dia bilang dia akan bertanggungjawab, dia juga bersedia jika aku menjadi pacarnya.”

“……”

Lucy tertegun beberapa saat, tidak tahu apa yang harus ia katakan.

Mengapa rasanya seperti Dean Shao kedua.

Kalau tidak cinta ya tidak cinta, untuk apa bicara tentang tanggung jawab, apa tanggung jawab bisa dimakan atau bisa menyembuhkan luka?

Tak ingin membuatnya bertambah sedih, Lucy tetap tak bisa membuka mulutnya, ia hanya tersenyum dan berkata, “Sepertinya, Tuan Huo tidak brengsek juga.”

“Untuk apa! Bicara selama itu semuanya omong kosong.” Janice langsung mengutarakan apa yang tidak berani diucapkan Lucy, pandangannya agak sedikit meremehkan.

Lucy berkata, “Kalau begitu apa yang kau katakan? Apa kau menyetujuinya?”

Janice menegakkan punggungnya dan menjawab, “Aku bilang kita harus berpikir dengan kepala dingin dulu, jangan saling bertemu dulu untuk beberapa saat.”

“Bagaimana reaksinya.”

Janice menaikkan pundaknya, tak tahu kecewa atau senang, “Tidak ada reaksi apapun, dia diam beberapa saat lalu hanya berkata iya, sama sekali tidak tegas.”

Lucy melihatnya sesaat dan tersenyum, “Jelas-jelas kau yang belum siap harus bagaimana kan? Mungkin saja, dia juga hanya ingin tahu perasaanmu, makanya dia tidak menjelaskan apapun, menunggu siapa yang akan mengutarakannya terlebih dahulu.”

“Sial!” kata Janice kesal, “Dasar pria licik.”

Lucy mengejek, “Tapi kau masih mencintainya setengah mati.”

“……”

Melihatnya sudah baikan, Lucy menemaninya makan sedikit, lalu mengantarnya pulang.

Akhir pekan, jarang-jarang Lucy santai dan tidak perlu lembur, cuaca hari ini pun bagus, ia membantu Ibu Lu membereskan rumah.

Baru saja membuang bunga layu yang ada di vas, tiba-tiba bel pintu berbunyi.

Ibu Lu berteriak dari teras rumah, “Lucy, bukakan pintu.”

“Ya.”

Lucy menebak siapa yang datang ke rumah mereka sepagi ini, namun sebuah tubuh kecil tiba-tiba melompat ke arahnya dan memeluknya setelah membukakan pintu.

Ia tertegun, melihat wajah kecil yang manis, wajahnya pun tersenyum, “Fanny.”

Harry dengan gugup menarik anaknya ke belakang, “Lain kali tidak boleh seperti ini, kau bisa melukai tante.”

Fanny pasti tidak mengerti kalau Harry menjelaskan tentang kehamilan, makanya Harry mencoba menjelaskannya dengan cara lain.

Fanny memandangi Lucy dengan penuh rasa bersalah, lalu mengangguk-anggukkan kepalanya.

Lucy pun tersenyum, “Tidak apa-apa Kak Harry, ayo masuk.”

Pria itu mengangguk, tangannya membawa sebuah hadiah, lalu menyodorkan rangkaian bunga mawar yang ada dalam pelukannya pada Lucy, “Untukmu.”

Lucy terkejut melihat rangkaian bunga mawar merah yang cantik itu, bingung sesaat, lalu menerimanya dan tersenyum kaku, “Terima kasih, Kak, lain kali tak usah sesungkan ini.”

“Siapa…… Aaa!”

Teriakan Ibu Lu terdengar dari luar teras.

“Ibu!” Lucy pun meletakkan bunganya dan segera menuju teras.

Langkah gagah Harry membawanya menuju teras, ia pun kaget melihat Ibu Lu yang terjatuh di lantai, “Tante!”

“Ibu!”

Wajah Lucy memucat, ia pun membungkukkan badannya dan membantu ibunya berdiri, “Bagaimana? Apa ibu tidak apa-apa? Mana yang sakit!”

Wajah tua Ibu Lu juga putih pucat, ia berdiri perlahan-lahan, namun tiba-tiba merengek kesakitan, “Ah! Sakit, sakit, sakit!”

Lucy terkaget, ia jongkok dan memeriksa ibunya, “Mana yang sakit?”

“Duduklah dulu!” kata Harry dengan tenang, ia menarik sebuah kursi dan membantu Ibu Lu duduk, kemudian ia pun jongkok dan memeriksa Ibu Lu bersama dengan Lucy.

Dia menekan betis Ibu Lu dengan ringan, Ibu Lu tersentak dan menarik betisnya, “Betul, betuk, di situ.”

Harry menekan-tekan tempat lain, dan bertanya, “Apa ada tempat lain yang sakit?”

“Sepertinya tidak ada lagi, hanya betis ini, mungkin tadi kursinya tidak terinjak saat aku akan menaikinya, lalu jatuh dan terkilir.” jawab Ibu Lu dengan sedikit malu.

Lucy menyalahkan dirinya, “Semua ini salahku, seharusnya aku yang memintamu membukakan pintu.”

Harry terseyum, “Kalau begitu, semua ini salahku datang di waktu yang tidak tepat.”

Kemudian ia berdiri dan berkata. “Sepertinya betis tante terkilir, kubawa tante ke dokter untuk diperiksa ya.”

“Baik, aku akan pergi bersamamu.”

Lucy tak sempat berpikir panjang, ia pun berdiri, mengambil tas dan handphonenya, bajunya bahkan tidak diganti, mereka semua pergi ke rumah sakit dengan membawa Fanny.

Tetap saja rumah sakit pribadi yang bagus itu.

Bukannya Lucy ingin datang kemari, tapi dia sudah membuat kartu VIP di sana, sudah banyak uang yang ia keluarkan demi itu, orangnya pun tak banyak, tak usah menunggu lama untuk mengantri.

Seluruh badan Ibu Lu diperiksa, untung saja hanya betisnya yang terkilir, ia akan pulih setelah istirahat beberapa hari.

Lucy pun lega, ia tak henti-henti berjaga di samping ibunya.

Harry pun masuk ke dalam ruangan Ibu Lu sambil membawa surat dokter, “Kata dokter, jika tidak ingin menginap, besok sudah bisa pulang. Tapi aku tetap menyarankan tante untuk tinggal beberapa hari, tidak ada orang yang menjaga tante di rumah, Lucy masih harus bekerja, ia pasti akan khawatir.”

Ibu Lu segera menggelengkan kepalanya, “Tidak apa-apa, tak peduli di manapun tetap saja harus berbaring, berbaring di rumah saja, tidak usah bayar.”

Lucy mengerutkan keningnya, “Mana bisa, tidak ada orang di rumah, aku tak boleh membuatmu kaget lagi. Ibu istirahat saja, aku yang akan mengurus semuanya.”

Lucy menutupi tubuh ibunya dengan selimut, ia tidak menghiraukan perlawanan ibunya, dan menarik Harry keluar dari kamar rawat inap.

Di koridor rumah sakit, ia membalikkan kepalanya melihat pria yang sedang menggendong anaknya itu, ia tersenyum dengan penuh rasa bersalah, “Maaf, Kak, seharusnya aku mentraktirmu makan, tapi hal ini malah terjadi. Aku sungguh merepotkanmu.”

Harry menatapnya dalam, “Lucy, bisakah aku tidak sungkan kepadaku? Untung saja aku ada di sana, kalau tidak bagaimana caramu membawa tante ke rumah sakit?”

Semua pikiran Lucy bisa ditebak olehnya, “Terima kasih, Kak.” katanya sambil membuang pandangannya ke arah lain.

Mata Harry melembut, melihat ke depan dan jalan perlahan, “Aku malah berharap kau membutuhkanku dalam banyak hal, dengan begini aku punya kesempatan untuk menunjukkan diriku, jika tidak, aku benar-benar tidak tahu bagaimana caranya mendapatkan perhatianmu.”

“……”

Lucy menjadi lebih canggung, lalu mengusap-usap telinganya, ia memikirkan bagaimana cara membalas perkataan Harry, “Kak…… Mengenai hal yang kubilang akan kupikirkan waktu itu……”

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu