Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 598 Anak Pembawa Bunga

Setelah memasuki pintu gereja, barulah ia menyadari ternyata semua orang telah hadir di sana.

Ibu Lu duduk di kursi paling depan sambil menggendong Danielle di pangkuannya, saat ia belihat Dean berjalan memasuki gereja sambil menggandeng Lucy, matanya pun mulai berkaca-kaca.

Ibu Shao duduk di sebelahnya, begitu melihat Ibu Lu yang menangis itu, ia pun kesal, ia memutar bola matanya dan berkata, "Kenapa, kenapa kau menangis lagi?"

Melihat neneknya tidak senang, Danson yang duduk di pangkuan Ibu Shao pun segera mengulurkan tangan kecilnya untuk menutup mulut neneknya itu, lalu berbisik di telinganya, "Cepat lihat, mommy, cantik!"

Ibu Shao pun langsung menoleh ke arah di mana Danson menunjuk, seketika perasaan kesal di dalam hatinya pun menghilang.

Ia mengelus-elus kepala Danson, lalu berkata, "Iya, mommy sangat cantik."

Danielle yang duduk di sebelahnya juga tersenyum lebar, lalu mengangkat tangannya untuk mengusap air mata di wajah Ibu lu, "Daddy juga sangat tampan lho......"

Ibu Lu juga mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu melirik ke arah Ibu Shao lagi, kedua orang tua itu pun segera menutup mulut mereka, tiba-tiba Grey Lu pun menucul di hadapan mereka, dan mengangkat Danson dengan satu tangannya dan menggendongnya, "Sudah waktunya anak pembawa bunga naik ke atas panggung."

Lalu, Danielle pun mengerahkan tangan dan kakinya untuk turun dari pangkuan Ibu Lu, lalu menggandeng tangan Grey yang satunya lagi, dan ikut bersama Grey berjalan ke arah pintu gereja.

Penampilan kedua anak kecil itu sungguh sangat memukau, Danielle mengenakan sebuah gaun putri yang sangat lucu dan cantik seperti biasanya, namun tidak dengan Danson, pria kecil berumur dua tahun itu mengenakan satu setel jas yang sangat keren, rambutnya disisir dengan sangat rapi, lalu mengenakan sebuah dasi pita merah di lehernya, ia terlihat sangat imut dan lucu.

Sepertinya ia sendiri sangat puas pada penampilannya hari ini, setelah tante perias menggantikan pakaiannya, ia terus melihat dirinya sendiri itu di depan cermin, ia merasa dirinya jauh lebih tampan dari daddy nya, dan saat ia berjalan keluar dari ruang ganti, ia juga berlagak sok dingin seperti orang dewasa, memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celananya dan mengerutkan keningnya sedikit.

Akhirnya, saat Harry Xiang keluar dari toilet, ia melihat pria kecil yang berjalan melewatinya, meskipun selama dua tahun ini ia belum pernah bertemu dengannya, tapi ia bisa langsung mengenalinya.

Istrinya bertanya, kenapa dirinya bisa mengenali anak itu, sambil menatap bayangan pria kecil yang berlagak dingin dan sombong itu, ia tersenyum dan berkata, "Sama persis seperti daddy nya."

Mata Danson tamapk semakin mirip dengan Dean, tapi daddy nya itu selalu terlihat tampan dan keren setiap saat, tapi ia tidak bisa seperti itu.

Seperti yang terjadi saat ini, ia digendong di dalam pelukan Grey, seketika Danson pun merasa sangat malu.

Ia menengok ke arah adik kecilnya yang digandeng Grey, adik kecilnya yang berdandan dengan sangat feminin itu berjalan dengan santai, wajah Danson pun memerah, dengan kesal ia berkata, "Aku, aku mau jalan sendiri......"

Namun, Grey sama sekali tidak mendengarkan keluhan Danson, ia tetap menggendong Danson sampai ke pintu gereja dan menurunkannya, Miyagi juga telah membawa dua keranjang berisi bunga dan menunggu di sana, melihat Grey dan anak-anak datang, ia pun langsung menyerahkan kedua keranjang itu pada anak-anak.

"Kemarin yang kuajarkan, sudah bisa kan?"

Danielle mengangguk-anggukkan kepalanya dengan serius, wajahnya yang bulat dan lucu itu tampak sangat serius dan hati-hati.

Namun Danson hanya sibuk merapikan pakaiannya yang berantakan, tangan kecilnya itu sedikit gemetaran, dan tanpa sengaja separuh isi keranjang itu pun terjatuh keluar.

Dengan tenang dan percaya diri ia berkata, "Aku bisa."

Lalu, alunan lagu orkestra pun berbunyi lagi, Lucy dan Dean pun bergandengan tangan dan berjalan ke depan di bawah bimbingan sang pendeta.

Yang duduk di kursi tamu, tidak hanya keluarga dan kerabat dari Keluarga Lu dan Keluarga Shao saja, ada juga turis-turis yang tadi juga ikut berakting di luar, namun pandangan mereka malah tersorot kepada dua orang anak pembawa bunga itu.

Danson dan Danielle usianya lebih kecil dari anak pembawa bunga biasanya, bahkan keranjang yang mereka bawa itu pun adalah keranjang yang khusus dibuatkan untuk mereka, Danielle membawanya dengan sangat serius, ia terus mengingat-ingat ajaran Tante Miyagi kemarin malam, selangkah demi selangkah ia berjalan di belakang daddy dan mommy nya, sikapnya yang pintar dan penurut itu sungguh membuat orang lain kagum padanya.

Namun, saat Danielle sudah selesai menebarkan bunga dalam keranjangnya dan hendak menggandeng tangan kakaknya untuk turun daru panggung, ia pun menyadari kalau kakaknya itu tidak ada di sampingnya, dengan sedikit tegang ia mengerutkan keningnya, lalu menoleh ke belakang dan melihat kalau Danson masih berada di tengah jalan, sedang melirik dan mengedipkan matanya ke arah seorang adik kecil berambut pirang yang duduk di kursi sebelah.

Adik kecil itu duduk di pangkuan orang tuanya, ia juga mengedipkan kedua mata birunya itu pada Danson, lalu berkata sesuatu yang tidak jelas dalam Bahasa Inggris, Danson juga tidak mengerti, namun wajahnya memerah.

"Kakak......"

Danielle membawa keranjangnya sambil melihat ke arah kakaknya yang playboy itu, wajahnya tampak sangat memelas.

Ia melangkah ke belakang lagi, lalu menarik tangan kakaknya itu ke samping, "Kakak, ayo kita harus pergi......"

Danson yang ditarik Danielle itu masih tersenyum lebar sambil melambai-lambaikan tangannya ke arah adik kecil itu.

Carol yang juga melihat kejadian itu pun tertawa terbahak-bahak, lalu segera menggandeng kedua anak kecil itu ke samping dan membawa mereka kembali ke kursi nenek-neneknya.

Dalam hatinya ia berpikir, tak tahu sifat playboy Danson Lu ini keturunan dari siapa, kenapa sama sekali tidak sama dengan daddy dan mommy nya.

Saat kedua anak kecil itu kembali ke pangkuan nenek-neneknya, daddy dan mommy mereka yang berada di atas panggung juga telah selesai mengucapkan janji dan saling bertukar cincin di bawah bimbingan sang pendeta.

Pernikahan mereka berjalan dengan lancar, seketika seisi ruangan itu pun penuh dengan suara tepuk tangan yang gemuruh.

Saat kedua orang itu turun untuk berfoto bersama para tamu, Lucy pun bertanya pada Dean sambil tersenyum kecut, "Siapa yang memberimu ide ini?"

Sebenarnya, dari awal ia sudah sangat curiga, namun setelah dipikir kembali, rasanya Dean tidak mungkin melakukan hal-hal seperti ini.

Dean adalah seseorang yang sangat terorganisir, tak mungkin ia melakasanakan pernikahannya dengan penuh resiko seperti ini.

Namun tiba-tiba, pria itu malah memeluk pinggang Lucy, lalu tersenyum ke arah kamera sambil tersenyum kecut pula, "Kita semua yang merundingkannya bersama, mereka semua mengatakan bahwa ini adalah ide yang sangat bagus."

Setelah selesai foto, Lucy menoleh ke belakang dan melihat orang-orang yang datang, selain orang-orang asing yang datang untuk ikut menyaksikan keramaian, semua orang yang datang adalah teman-teman yang sangat dekat dengannya, ia tersenyum, ada perasaan yang tidak bisa dijelaskan di dalam hatinya.

Emosi orang hamil memang sering naik turun seperti ini, benar-benar memusingkan.

"Cepat, lempar rangkaian bugnamu, aku ingin merebutnya."

Orang pertama yang menyadari perubahan emosi Lucy, selain Dean, ada juga Tessa yang berdiri paling dekat dengannya, ia melambai-lambaikan tangannya dan berlagak seperti sangat ingin mendapatkan rangkaian bunga itu.

Setelah mendengar perkataan Tessa, orang-orang pun segera maju dan berkumpul di belakang Lucy.

Miyagi didesak sampai ke tengah-tengah kerumunan, Grey yang berdiri di sebelahnya melihat Miyagi sepertinya berusaha untuk geser ke samping, ia segera menarik tangannya dan berkata, "Kau mau tidak? Aku akan merebutnya untukmu."

Miyagi menatapnya dengan dingin, menatapnya seperti sedang menatap seseorang yang bodoh, "Ambil saja untuk dirimu sendiri."

Setelah melepaskan genggaman tangan Grey, ia melangkahkan kakinya hendak berjalan keluar dari kerumunan itu, namun rangkaian bunga yang dilempar tinggi-tinggi itu malah jatuh tepat ke dalam pelukannya.

Ia mengedip-ngedipkan matanya, pria di hadapannya itu juga mengedip-ngedipkan matanya.

Saat ia tak tahu harus berkata apa, Grey pun segera tersenyum dan berkata, "Umurmu juga sudah tua, kau harus memikirkan masalah pernikahanmu......"

Belum saja ia selesai bicara, tiba-tiba rangkaian bunga itu pun terlempar ke wajahnya.

"Berani-beraninya kau mengatakan bahwa umurku sudah tua, kau mau kupukuli?" wajah Miyagi tampak sangat dingin, ia segera mengangkat gaunnya dan pergi dari sana.

Melihat bayangan Miyagi yang menggandeng Naomi dan semakin lama semakin menjauh, senyuman di wajah sang pria pun semakin membeku, dan entah mengapa hatinya pun merasa sedikit kesepian.

Novel Terkait

Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu