Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 345 Sudah Saatnya Pulang Untuk Menyusui

“Kamu ke mana saja setelah bertahan begitu lama, tidak lihat kalau kami sedang makan?” Dirinya mengira pria di depannya sedang terprovokasi di klub malam. Mukanya berubah menjadi tidak enak dipandang, kata-katanya juga sulit didengar.

Dean Shao berusaha mendengar, ada beberapa tidak terdengar. Saat dia berusaha bangun, di bahunya seperti tidak ingin diberikan tekanan dan badannya berdiri tidak seperti biasanya.

Saat mengangkat kepala dia melihat Lucy Lu memegang bahunya dengan satu tangan. Pandangannya tertuju kepada Mandy Ai dan bibirnya tersenyum perlahan. Sepertinya dia tidak terlihat kesal sama sekali. Sebaliknya dia tertawa kecil dan tersenyum. “Jika tidak salah tebak, wanita cantik ini datang untuk berkencan dengan Tuan Gu?”

Lengannya perlahan kembali, senyuman di bawah matanya semakin lebar, “Tuan Gu kami setiap bulan harus berkencan dengan lebih dari sepuluh perempuan, tetapi tidak ada bertahan dengannya lebih dari 10 hari. Tetapi aku sudah menemaninya selama hampir 4 tahun. Jika dibandingkan, wanita cantik ini kira siapa yang lebih bertahan lama?”

Setelah berkata, ekspresi Mandy Ai berubah terus dan tanpa sadar melihat pria di seberangnya. Ia pun menyadari pria itu terlihat santai dan bahkan menatap wanita itu dengan tatapan kagum.

Tak pernah ia merasakan penghinaan seperti ini. Tidak menunggu dia berbicara, lagi-lagi wanita itu membuka tas di belakangnya dan mengeluarkan sebotol susu. Botol susu itu masih baru dan diletakkan di atas meja.

Dia melihat ke Dean Shao dengan tatapan yang tidak ramah, “Suamiku, kencan buta sudah selesai. Sudah saatnya pulang untuk menyusui.”

“Hey, menyusui?” Mandy Ai saat ini melotot, kata-kata apapun tidak dapat dikeluarkan. Matanya hanya melihat wanita itu merapikan tas dan dengan tenang pergi. Senyuman di pria itu semakin terlihat jelas, mengambil botol susu yang ada di meja. Meskipun tidak melihatnya, dia tetap mengejar wanita itu.

Setelah menjauh dari semuanya, wanita itu duduk dan tidak berkata apapun. Dia terdiam selama 10 menit sebelum melepaskan amarahnya dan mulai mengambil handphonenya dan menelepon satu nomor. Suaranya terdengar seperti penuh penyesalan dan berkata keras: “Kakek……”

Dean Shao mengikuti Lucy Lu dari belakang. Setelah mengejarnya dia menggenggam tangannya dan matanya basah kuyup dengan suasana hati yang manja. Tiba-tiba mulai teringat kejadian sebelumnya dan tidak bisa melupakannya.

Saat menunggu naik mobil, keduanya terdiam di dalam mobil. Tidak lama kemudian Janice Zhou memegan perutnya datang, membuka pintu mobil dan duduk di kursi belakang.

“Aku melihat wanita itu menangis sampai begitu menyakitkan, menangis tanpa henti……” Katanya setelah masuk mobil tanpa menengokkan kepalanya.

Dean Shao memasang senyum datar dan menengokkan kepala ke sisi Lucy Lu, “Kali ini Grey Gu tidak bisa kabur.”

Lucy Lu mendengarnya dan marah, lalu memaki: “Dia sepantasnya menerima itu!”

Dengan tidak yakin, dia memutar kepalanya dan melihat Dean Shao, “Kamu ini demi senior tidak takut melakukan apapun. Bahkan kencan seperti ini kamu membantu dia. Kami tidak lihat mata wanita itu sebentar lagi tertuju padamu?”

Di tengah ruangan itu ada rasa tidak enak, Janice Zhou yang merasakannya langsung membuka pintu lagi dan keluar, “Aku teringat aku masih harus membeli sesuatu. Kalian berdua pergi dulu…..”

Setelah mengatakan itu, dia langsung menghilang.

Lucy Lu jelas telihat marah. Dia memandang Dean Shao yang selalu memasang senyum, seperti terjadi hal yang lucu. Dia terus memandang dirinya.

Dia dilihat dari rambutnya, tidak tahu kapan amarahnya akan menghilang. Baru saja mau berbicara, telepon pria itu berbunyi.

Dia melihat keluar dan dengan tidak sengaja melihat nama Grey Gu.

Ditekan untuk mendengar Lucy Lu mengulurkan tangan, lalu menaikkan volume suara.

Detik berikutnya hanya mendengar raungan tangis pria itu sambil membawa rasa putus asa: “Dean Shao, kamu brengsek membawa orang pergi begitu saja, masih di sana berbicara sembarangan? Orang seperti apa sudah membesarkan kekasih 4 tahun, sampai sudah punya anak? Sekarang kakek memaksaku untuk membawa anak pulang. Kamu lahirkan satu untukku!”

Ekspresi wanita itu semakin kusam, gelisah dan sedikit mengerutkan kening, saat dia baru mau mendukung, pria di sebelahnya berkata: “Kamu bisa pergi ke panti asuhan untuk mengambil satu.”

Dia tertegun, lalu melihat ekspresi seriusnya. Tidak ada rasa bercanda sama sekali.

Grey Gu hampir pingsan karena amerahnya dan tidak bisa berkata apa-apa. Di telinganya terus terdengar suara yang begitu sibuk, menggenggam telepon sampai hampir rusak.

Saat itu pesan pendek masuk. Dari layar dapat dirasakan amarah dari kakek: Anak jelek, jika kamu tidak membawa anak itu kembali, percaya atau tidak aku akan mencari orang untuk mematahkan kakimu!

Dean Shao menututp telepon, detik berikutnya langsung menyalakan mobil dan menyetir mobil keluar garasi. Di jalan dia memberikan flashdisk ke tangan Lucy Lu. Meskipun tidak ada penjelasan, tetapi dia tiba-tiba menundukkan muka.

Flashdisk putih yang kecil berada di tangannya, membuatnya seperti ikut panik juga.

Di matanya terlihat cahaya yang meyakinkan, lalu menaruh barang itu kembali ke kotak penyimpanan, “Masalah ini aku berikan kepadamu. Aku tidak campur tangan.”

Pria itu mengendarai mobil, tidak terkejut dengan jawaban, lalu menjawab dengan datar.

Tunggu sampai mobil berhenti di depan rumah, membuka pintu halaman dan melihat bibi sedang mendorong kereta bayi sambil menyenandungkan lagu di bawah balkon, membawa kesan lagu daerah, membuat bayi di kereta itu terus ketawa “terkikik”.

Hati Lucy Lu yang berat merasa tersentuh dengan pemandangan itu, mukanya terpasang senyum keibu-ibuan yang hangat. Bibi melihat kedua orang itu mendekat, langsung membersihkan tangannya.

Setelah berdiri, dia melihat anak di dalam kereta, “Tuan, nyonya, aku tidak membawa anak keluar, tetapi anak tidak apa-apa dan sudah dijemur matahari. Hal ini bagus untuk anak, jadi aku membawa anak ke halaman......”

Setelah berbicara dia melihat ekspresi Lucy Lu, melihat ekspresinya yang keibu-ibuan dan hangat, dia baru menghela nafas lega.

Lucy Lu bergerak maju dan menyapa anak yang ada di dalam kereta, kedua anak tidak berjanjian tetapi ketawa bersama “yiyi yaya” sambil mengulurkan tangan.

Dalam sebulan, tiba-tiba teringat, mereka bertumbuh semakin besar daripada saat mereka baru lahir.

Dia melihat bibi dengan tatapan penuh terima kasih, “Kamu menjaga anak-anak dengan baik. Dua hari lagi mereka genap satu bulan. Aku dan Dean Shao tidak berencana untuk merayakan. Sampai waktunya kita akan makan bersama.”

“Baiklah, sampai waktunya aku bersiap.” Bibi mengangguk dan mendorong anak masuk ruangan bersama Lucy Lu.

Setelah anak-anak kembali ke kamar, Lucy Lu keluar dan duduk di sofa membaca buku sedangkan bibi masuk ke dapur. Beberapa saat kemudian dia membawa air hangat keluar, “Nyonya malam ini ingin makan apa?”

Lucy Lu menggelengkan kepapa, sambil tersenyum hangat, “Tidak ada permintaan apa-apa, kami lihat bisa buat apa.”

Begitu selesai berbicara ia teringat sesuatu. Dia menaruh buku dan mengeluarkan amplop putih. Dia menggenggamnya erat di tangan lalu menaruhnya di atas meja teh dan mendorongnya ke depan.

“Kemarin malam aku mendengar teleponmu. Uang ini kamu ambil untuk membawa anakmu ke dokter. Anggap saja ini kenaikan gajimu, berikutnya akan bisa bertambah lagi. Jika kamu bisa menjaga anak dengan baik, ke depannya akan semakin baik.”

Wanita itu berdiri cukup lama, seperti tercengan beberap saat. Tidak lama kemudian matanya berair dan dia mulai membersihkan air matanya. Matanya terus tertuju pada amplop itu, tetapi dia tidak berani mengambilnya.

Lucy Lu tersenyum kecil, “Tidak ada masalah ini aku juga sudah berencana menaikkan gajimu. Ini sudah sepantasnya.”

Wanita itu dengan cepat merespon begitu mendengar kata-katanya, dia membungkuk untuk mengambil amplop itu dan memegangnya sambil berulang-ulang berkata: “Terima kasih.”

Setelah berkata dia membersihkan air mata, lalu seperti teringat sesuatu dan membalikkan badannya untuk pergi. Tidak lama kemudian dari tangannya dia mengembalikan 1 juta kepadanya.

Uang di tangannya terlihat kusut. Dia ragu untuk sebentar dan tidak berbicara lalu Lucy Lu menyadari sesuatu. Dia menengok dengan ekspresi serius, “Bibi Zhang, ada hal apa kamu segera bicara.”

Novel Terkait

The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu