Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 168 Aku Juga Bisa Hidup Baik-Baik Saja Tanpamu

Dean Shao dengan tatapan matanya yang dingin memberikan sebuah senyuman, menjelaskan dengan suara datar dan tenang, “Aku sudah menayakannya berkali-kali padamu pagi ini mau turun dimana. Kamu terus-terusan tidak mengubrisku. Jadi aku hanya bisa menurunkanmu di tempat terdekat.”

“Aku, Aku……” Lucy Lu berbicara dengan gagap, merasa sangat kesal, “Itu karena aku sedang memikirkan masalah. Apa kamu tidak bisa bertanya dengan suara yang lebih keras?”

Jangan beritahu dia kalau dia tidak memikirkan itu. Kedua bangunan itu terbuat dari kaca. Apa yang tidak terlihat di bawah? Tidak perlu berpikir keras juga dia sudah tahu mengenai ini.

Lelaki itu mengangkat tangan dan dengan alaminya mengesampingkan rambut yang ada di wajahnya, lalu tertawa rendah. Hanya saja tawa ini tidak bisa menjelaskan apa-apa, “Masalah ini sudah lewat sehari. Kamu ingin meneruskannya karena tidak rela? Atau jangan-jangan, kamu memikirkan aku seharian ini?”

Telinga Lucy Lu memanas. Dia marah, “Siapa yang memikirkanmu. Cepat beritahu apa saja yang kamu ketahui. Aku masih ingin pulang ke rumah.”

Dean Shao menatapnya dengan tatapan yang dalam dan lembut, mengandeng tangannya berjalan ke depan, lalu berkata dengan pelan dan lembut: “Tidak perlu buru-buru. Makan malam dulu. Makan sambil bahas.”

“……”

Ekspresi Lucy Lu sedikit berubah. Dia berjuang dan melihat satu sama lain dengan amarah, “Sejak kapan aku mengiyakan pergi makan malam bersamamu?”

Dean Shao menggenggam erat tangannya, tidak bergerak sama sekali. Dengan wajah tanpa ekspresi dia menengadahkan kepala dan melihat sekitar, lalu mengangkat ujung bibirnya, “Kalau begitu kamu ingin ngobrol denganku disini? Tidak takut dilihat orang lain?”

Lucy Lu mengigit bibirnya, “Cepat jalan.”

Dengan terpaksa dia menaiki mobil. Suasana hati Dean Shao bagus. Lengkungan di bibirnya semakin dalam. Dia menundukkan kepala memasang sabuk pengaman dan mengatakan: “Besok Davin Yan yang akan mengantarmu kerja. Tentu saja, kalau kamu bersedia, naik mobilku juga boleh.”

Akhir-akhir ini dia tidak berkendara untuk kerja, yang berarti dia mengerti ucapan dia waktu itu. Disaat yang bersamaan, hatinya sangat lega.

Lucy Lu menolaknya tanpa perasaan, sangat langsung, “Tidak mau!”

Susah payah dia mengusirnya. Dia tidak ingin lagi mempunyai ekor lagi. Sama saja seperti memasang mesin pengintai.

Desan Shao tidak berdaya dan hanya bisa menjawabnya dengan sabar: “Lucy Lu, aku tidak bisa terus menerus berada di sisimu. Demi kebaikanmu ataupun anak kita, bisa kah kamu mendengarku untuk sekarang ini?”

Tatapan Lucy Lu berbinar. Dia memalingkan matanya dan melihatnya dengan ketidakacuhan, seperti tertawa tapi tidak tertawa, “Seakan-akan seperti aku tidak akan menghadapi bahaya jika bersamamu. Aku juga bisa hidup baik-baik saja tanpamu. Mengemudi!”

Selesai berbicara, dia menoleh melihat ke depan.

Dean Shao menatapnya dalam-dalam. Mengencangkan bibirnya, tidak lagi berbicara, dan menyalakan mobil.

Langit baru saja menggelap, keuda orang ini masuk ke sebuah restoran.

“Halo, berapa orang?” Pelayan berjalan maju dengan ramah.

“Dua orang.”

“Baik. Silahkan ikuti saya.”

Setelah mencari ruangan privasi, Lucy Lu melepas mantel longgarnya dan duduk.

Dean Shao melihat sudah ada tonjolan kecil di badannya yang kurus itu. Tatapan matanya menjadi hangat dan lembut. Dia membantunya meletakkan mantelnya. Dia berjalan ke samping mengambil sebuah bantal sandaran dan meletakkannya di belakang badannya, “Begini lebih nyaman.”

Lucy Lu melihatnya, tidak mengatakan apapun untuk menolaknya.

Pelayan membawakan menu makanan. Dia melihatnya, lalu memberikan kepadanya, dan berbicara dengan datar: “Makanan ini aku yang traktir. Kamu pesan lah.”

Karena sudah membantunya berkali-kali dan juga semalam sudah merawatnya di rumah sakit, dia juga tidak bisa berpura-pura untuk bersikap tidak manusiawi. Tidak bisa membiarkannya yang membayar makanannya.

Dean Shao menundukkan kepala dan memesan makanan, lalu melihatnya, tidak berbicara. Dia terlihat berperilaku baik dan membuka menu makanannya, memilih dengan serius.

Lucy Lu meletakkan telepon genggamnya. Dia menengadahakn kepala melihat lelaki tampan menundukkan kepalanya dan serius. Tangannya yang lentik berada di atas menu makanan dan latar belakang badannya yang gelap mebuatnya menjadi gambar yang menarik.

Sungguh seperti pria tampan yang tenang.

Lucy Lu menyeringai, memaksa dirinya sendiri untuk tidak melihatnya.

Novel Terkait

Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu