Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 223 Kamu Yakin Tidak Akan Tertidur di Lift?

Sambil menghela nafas, dia tak menghiraukan pria itu dan terus berjalan. Di bawah cahaya neon, kaki ramping wanita itu berjalan sangat cepat.

Dean Shao karena terkejut pun terdiam. Dia tidak berpikiran bahwa Lucy Lu tiba-tiba akan memalingkan wajahnya. Tetapi setelah dipikir-pikir lagi, Ia sudah menebak penyebab wanita itu marah dan sekarang dia merasa lega.

Sudut bibirnya bengkok. Dia bergegas untuk menangkap pergelangan tangannya dan menariknya ke dalam pelukannya. Dia memeluknya dengan kuat dan berkata lembut:”Jika igin memanggil taksi harus menyeberang jalan, dari tadi kamu melihat ke arah sana, apa yang ingin kamu lakukan?”

Lucy Lu mendorongnya, mengerutkan kening dan berkata dengan wajah sanggar, "Siapa yang bilang aku akan naik taksi? Aku akan naik bus. Kamu pulang saja duluan.”

Baru selesai makan, dia tidak ingin naik bus segera, tapi dia sedang tidak ingin berjalan santai dengan pria itu. Naik bus tentu saja merupakan cara terbaik, dan pada waktu ini, tidak akan ada banyak orang di dalam bus.

“Ya, aku akan bersamamu.” Pria itu menganggukkan kepalanya dengan yakin, nadanya masih lembut. Mengikuti wanita itu dan menuju terminal.

Lucy mengerutkan kening dan menunjukkan sedikit ketidaksabaran. "Dean Shao!"

"Lucy Lu, tidak peduli bagaimana cara kamu pulang, kamu tahu aku tidak bisa meninggalkanmu." Dibandingkan dengan dia, pria itu tampaknya sangat sabar, seolah-olah tidak peduli seberapa marahnya Lucy, pria itu terlihat seperti air yang sangat tenang.

Memang, dilihat dari sisi manapun, dia tidak mungkin meninggalkan wanita itu.

Lucy Lu berhenti berbicara dan menatapnya dengan tenang sejenak, lalu meneruskan langkahnya.

Jadwal bus tercepat yang akan datang pukul delapan malam, waktunya pas, tidak terlalu larut juga tidak terlalu pagi, orang yang menunggupun tidak sedikit.

Dean Shao darri awal sampai akhir selalu merangkul wanita itu, tidak berbicara dan tidak menurunkan tangannya.

Ketika bus tiba, Lucy mengeluarkan koin dari dompetnya. Sebelum dompetnya dimasukkan, ia mendengarkan napas hangat seorang pria yang berbisik di telinganya. "Aku tidak punya koin. Kamu bisa meminjamkan satu untukku."

"..."

Lucy Lu menciutkan sudut bibirnya, tidak berbicara, dan dia mengambil beberapa koin dari tasnya.

Sebenarnya, bukan karena dia tidak membawa koin, tetapi Dean Shao takut, ketika dia menurunkan tangannya wanita itu akan melarikan diri.

Lucy tentu tidak memperhitungkan uang koin tadi, setelah dia memasukkan koin, dia tersadar ternyata semua tempat telah penuh, dan sekarang hanya tersisa mereka berdua yang tak ada tempat duduk.

Mereka merasa sedikit canggung karena harus berdiri di tengah-tengah.

Tiba-tiba, seorang gadis berdiri, dan dengan wajah memerah, dia berkata, "Kakak, kamu duduk saja di sini, beberapa terminal lagi aku akan turun.”

Lucy melirik pria itu dan sepertinya pria itu menyiratkannya untuk segera duduk. Dia ingin meraih gagang kursi, tetapi sebelum memegangnya, dia dipeluk oleh pria itu, menggenggam pinggangnya dan bergumam, "Pegang erat-erat."

Dean Shao memegang gagang dengan satu tangan dan memandang kembali pada gadis itu dan berkata, "Terima kasih, tetapi tidak perlu."

Tidak hanya gadis itu, tetapi gadis yang lain juga ingin memberikan Dean Shao tempat duduk. Tapi begitu melihat Dean Shao memeluk wanita yang ada di sampingnya, para gadis tampak kecewa.

Lucy Lu takut ditertawakan. Baru saja ingin mengangkat kepalanya. Mobil mengerem dan bergetar. Membuatnya menabrak lengan pria itu lagi. Dia tanpa sadar memeluk pinggangnya dan menekan tubuhnya dengan erat. Mulut dan hidungnya penuh dengan hembusan napas pria itu, yang membuat orang merasa nyaman.

"Peluk yang erat." Dean Shao memiliki senyum di matanya. Dia memegang pinggangnya dengan satu tangan dan sepertinya menikmati momen dipeluk oleh Lucy Lu.

Ternyata bersempit-sempit di bus bukanlah hal yang buruk.

Lucy Lu menyadari apa yang ada dalam pikiran pria itu, menjadi jengkel. Dia pun mencubit bagian pinggang pria itu.

Kali ini Lucy benar-benar mengerahkan seluruh tenaganya. Laki-laki itu menarik napas dalam-dalam, menurunkan kepalanya ke telinga wanita itu, mengangkat bibirnya dan menggigitnya dengan lembut. Dengan serak berkata, "Sepertinya kamu berpikiran untuk memasangkan aku obat.”

Saraf yang ada di telinganya pun teransang. Dia menggigil sedikit dan mengendurkan tangannya dengan cepat. Dia menggertakkan giginya dengan suara cemberut dan berkata, "Begitu banyak orang yang menonton, tidak bisakah kau mengendalikan dirimu?"

Benar-benar memalukan.

Pria itu mencium telinganya dan tertawa. "Kamu tidak bisa berdiri dengan benar jadi aku harus memegangmu. Tentu saja mereka melihat, memangnya mereka harus menutupkan matanya?”

Orang-orang yang berada di dalam bus, melihat mereka berhadapan saling berpelukan, tubuh kecil Lucy hampir semuanya dipeluk olehnya, bukan hal yang senonoh, tetapi terlalu manis, gadis-gadis yang meihat itu tampak iri dengan Lucy

Wajah Lucy Lu memerah, takut melihat mata orang lain, jadi dia membenamkan wajahnya di dada pria itu.

Siapa bilang dia tidak bisa berdiri dengan benar.

Meskipun dia puas, dia tidak bisa membiarkannya berdiri lama karena ini. Setelah dua berhenti, seseorang turun dan dua tempat tertinggal. Dean Shao membawanya ke belakang dan duduk.

Dia meraihnya di lengannya dengan mantelnya, menggosok dahinya dengan dagunya, dan dengan tenang berkata, "Apakah kamu masih marah?"

Lucy Lu sudah lelah, menutup matanya dan beristirahat. Tiba-tiba mendengarkan perkataan dan terdiam sejenak. Dengan cuek mencibir. "Kamu tidak pernah berbicara denganku tentang apa yang kamu lakukan, dan sekarang kamu peduli jika aku marah?"

Dean Shao tidak memiliki emosi untuk berbicara. "Kamu juga tahu bahwa dirimu tidak memiliki pemikiran terhadapnya, jadi sekarang mengapa kamu harus marah?”

Lucy Lu tidak berbicara sesaat, menutup matanya dan bersandar pada bahunya sejenak, suaranya yang lembut dan kabur terdengar. “Apa yang kamu katakan sebelumnya benar, senior telah membantuku banyak hal, aku tidak ingin melihatnya sedih.”

Rasa bersalahnya dalam.

Dean Shao dengan suara datarnya berkata, "Dia sudah dewasa dan juga pernah bercerai. Hal semacam ini tidak perlu dikatakan secara langsung. Jika dia memang akan bersedih, maka dia akan bersedih.”

"..."

Lucy Lu tidak mengatakan apa-apa. Apakah dia berharap mendengar dari mulut pria ini apresiasi terhadap musuhnya?

Mungkin tidak pernah bagi pria pelit ini.

Tidak beberapa lama kemudian, mobil berhenti di sebuah stasiun terdekat.

Lucy Lu menguap, turun dari mobil. Dia terlalu mengantuk.

Dean Shao memandang dengan tak tega, "Aku akan membawamu pulang lalu cepatlah tidur."

"Ini sudah sampai di area rumah. Kamu pulang saja. Aku akan berjalan sendiri ke sana."

"Apakah kamu yakin tidak akan tertidur di lift?" Dean Shao tertawa lembut dan membalut pinggangnya dengan satu tangan. Tiba-tiba, dia membungkuk dan mengendong wanita itu seperti bayi.

Lucy Lu mengalungkan tangannya ke leher Dean Shao, menyipit mata dan berkata dengan lembut, "Aku mengantuk, tapi, bagaimana bisa kau berkata begitu berlebihan?"

Pria itu memandangi penampilannya yang lemah dan tidak bisa menahan untuk mencium wajahnya. "Yah, memang, jika itu masalahnya, aku hanya akan membawamu ke sana bersamaku."

Setelah tertidur, baru sangat menurut.

Lucy Lu merasa malu dan menepuk pundaknya. "Mengapa kamu begitu banyak bicara, cepat bawa aku ke atas, aku sudah sangat mengantuk.”

"..."

Dia naik di lift dan berjalan ke pintu apartemen. Lucy Lu berteriak sebelum dia membunyikan bel pintu, "Turunkan aku."

Jika ibunya melihat pemandangan seperti itu, apakah ibunya akan langsung pingsan?

Dean Shao wajahnya tidak menunjukkan tanda apapun, dengan lembut menurunkannya dan berkata, "Pergilah ke kamar dan tidur lebih awal."

"Yah, kamu pulanglah."

Ketika lelaki itu ingin mengatakan sesuatu, dia terganggu oleh suara ponselnya. Dia mengeluarkan ponselnya dan melihatnya. Dia mengulurkan dagunya dan mencium bibir wanita itu. "Yah, kalau begitu aku kembali."

Ponselnya masih bergetar. Setelah itu, dia menekan dan memindahkan ponselnya ke telinganya dan berbalik.

Novel Terkait

Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu