Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 195 Dengar-Dengar Kamu Sudah Menikah

Kemejanya bewarna hitam, pakaian luarnya jaket panjang berwarna toska. Ia duduk sambil melipat kedua kakinya dan menyeruput teh. Ia menatap ke arah jauh. Penampilannya benar-benar sangat elegan.

Pelayan sempat menunggu di samping mejanya, namun kemudian ia suruh pergi. Ia kemudian membuka kacamata hitamnya, lalu tiba-tiba terdengar suara pelan, “Kakak senior.”

Mendengar suara ini, ia menengok dan melihat pria yang tengah berjalan ke arahnya. Wajahnya ramah, “Hei, kamu sudah datang.”

Pria itu menarik kursi yang ada di hadapannya, lalu duduk dan tersenyum, “Kakak senior masih sebegini menikmati hidup.”

Wanita itu tersenyum lalu menuangkan secangkir untuk pria itu. Suaranya agak pelan, “Kamu sejak kapan kembali? Aku tidak pernah melihat gerak-gerikmu.”

Pria itu menyeruput teh yang barusan dituang. Setelah meminum habis satu cangkir, ia membuang nafas panjang lalu berkata: “Sudah kembali setengah tahun lalu, tetapi tidak pernah datang ke Kyoto jadi tidak pernah mengontak Kakak. Jangan marah ya.”

Wanita itu menunduk menatap tehnya, alisnya agak terangkat, “Kamu di luar negeri juga tidak pernah mengontakku, memang kamu ada masalah di sana?”

Meski berselisih beberapa angkatan, namun keduanya masih terhitung alumni sekolah yang sama. Keduanya kenal dalam suatu perlombaan debat. Kala itu ia adalah peserta, sementara kakak seniornya adalah juri. Mereka perlahan semakin dekat, dan kakak senior itu akhirnya menjadikan pembimbing debatnya. Ia tidak pernah mengecewakan kakak kelas itu, tetapi belakangan ia tiba-tiba hilang kabar.

Meski begitu, kakak seniornya tidak pernah berinsitiatif mencari dan mengikuti seseorang. Ditambah lagi selama satu tahun ini semua pikiran dipendam sendiri oleh kakak seniornya, jadi wanita itu sudah tidak memedulikan sama sekali suara-suara dari luar lagi.

Wajah pria yang sangat tampan itu berubah datar, namun senyumnya tidak lama kemudian kembali muncul, “Kakak senior benar-benar mengetahui segalanya. Memang ada masalah sedikit, tetapi saya sudah bisa mengatasinya sendiri.”

Wanita itu menyapu wajahnya dengan pandangan dingin, “Kamu sudah menghilang setengah tahun, nampaknya masalah ini tidak kecil. Apa kamu butuh bantuanku?”

Theo Mu biasanya bersikap sembrono dan pemarah, tetapi kali ini ia terlihat seperti orang lain. Ia tidak hanya berkarisma, namun tatapannya juga dewasa dan senyumnya juga kalem.

“Tidak perlu, aku hari ini benar-benar hanya ingin melihatmu.”

Wanita itu menatapnya dengan tatapan menyelidik, “Jadi kamu sekarang kerja apa? Kamu kerja atau sedang mengurus persiapan ke luar negeri lagi?”

Theo Mu terdiam sejenak, lalu berkata jujur, “Saya sekarang kerja.”

Wanita itu menaruh cangkirnya, lalu melipat kedua tangannya di atas paha, “Kerja? Di mana?”

Ia baru kembali, masa tiba-tiba sudah dapat kerja?

Theo Mu melihat ikan emas yang ada di kolam dekat meja mereka. Pupil matanya mengecil, “Hanya di sebuah perusahaan kecil.”

Wanita itu menatapnya, lalu paham apa maksudnya, “Aku tidak bermaksud mengurusi urusan pribadimu, tapi kapan kamu bisa menyelesaikan urusan ini?”

Theo Mu terkejut, “Ada apa memang?”

Wanita itu langsung terus terang, “Setelah urusannya kelar, keluarlah dari pekerjaanmu, aku akan carikan perusahaan yang lebih baik.”

Pria itu tertawa, “Di mana? Song’s Corp? Aku akan pertimbangkan kalau tawarannya menarik.”

“Bukan!” Wajah wanita itu datar, “Di Bright Corp.”

Theo Mu adalah murid bimbingan debatnya. Ia paham betul kemampuan pria itu, jadi ia jelas percaya padanya.

Pandangan Theo Mu tiba-tiba melintasi cincin yang ada di tangannya. Pria itu kemudian tertawa, “Dengar-dengar kamu sudah menikah, tetapi aku tidak mendapat undangan apa pun. Kapan aku bisa bertemu dengan suamimu? Apa dia baik padamu?”

Wanita itu mengalihkan pandangannya ke arah kolam sambil mengelus-elus cincinnya, “Kami tidak melangsungkan acara pernikahan, jadi tidak ada undangan apa pun. Kalau kamu ingin bertemu dengannya aku takut ia belakangan ini tidak punya waktu.”

Bibir Theo Mu mengucapkan dua kata, “CEO Shang.”

“……”

Wanita itu adalah Rainie Song. Ia agak terkejut, “Kamu pernah bertemu dengannya?”

Nada suara Theo Mu terdengar seperti pria itu saling kenal dengan Zayn Shang. Ia sangat terkejut.

Theo Mu mengangguk, “Aku pernah melihatnya sekali di ruang rapat hotel, tetapi ia tampaknya tidak begitu memerhatikan kehadiranku.”

Theo Mu tidak ingin mengungkit urusan antara Zayn Shang dan Lucy Lu dan urusan yang terjadi di kota Nan. Selain karena merasa penjelasannya akan terlalu panjang, ia juga tidak ingin membuat kedua urusan itu semakin rumit.

“Oh iya, kakak senior, sebelum urusan ini kelar, aku harap kamu jangan menyebut-nyebut namaku pada CEO Shang. Kalau setelah urusan kelar aku masih berencana tinggal di dalam negeri, aku pasti akan mencarinya sendiri.”

Rainie Song berpikir sejenak, lalu mengangguk, “Baik kalau begitu. Kalau kamu butuh bantuan apa-apa silahkan katakan padaku.”

……

Di dalam kamar hotel, Lucy Lu masih duduk bermesraan dengan Dean Shao di atas sofa. Mereka tiba-tiba dikagetkan dengan bunyi dan nada getar ponsel. Wajah Lucy Lu memerah, ia dengan canggung berkata: “Nampaknya ponselku.”

Ia kemudian bangkit berdiri dan mencari ponselnya.

Ia menemukan ponselnya di atas kepala ranjang. Ia melihat layar, lalu menengok ke arah Dean Shao: “Dari Zayn Shang.”

Dean Shao mengernyitkan alis dan tatapannya berubah dingin.

Sebelum menunggu ponselnya bergetar lagi, Lucy Lu langsung mengangkat telepon, “Halo, CEO Shang.”

“Nona Lu, apakah kamu sedang di hotel?” tanya Zayn Shang ramah.

Lucy Lu mengangkat sudut bibirnya, “Iya, CEO Shang ada urusan apa?”

“Aku belum menjamu kalian di Kyoto, tadi pagi aku terlalu sibuk, maaf ya. Begini saja, aku tidak tahu kalian nanti malam punya waktu atau tidak, tetapi aku sudah menyuruh asistenku untuk memesan meja. Aku ingin mentraktir kalian sekalian membicarakan urusan kontrak perusahaan kita berdua waktu itu.”

Lucy Lu mengedip cemas.

Zayn Shang pasti takut tawaran ini ditolak bila yang meneleponnya adalah asisten pribadinya. Sekarang pria itu beralasan ingin membicarakan kontrak…… Ah…… Pria itu memang segini inginnya mengajaknya makan?

Tetapi ia tidak juga menemukan dalih yang baik. Pria itu sudah mengetahui maksud kedatangannya ke sini. Kalau ia tidak mencoba, usahanya kali ini pasti akan sia-sia.

Ia tertawa, “Nanti malam kami tidak ada rencana apa-apa. Kalau begitu sampai ketemu nanti, CEO Shang.”

“Baik, aku sebentar lagi akan menyuruh asistenku mengirimkan alamatnya ke kalian.”

“Baik, terima kasih CEO Shang.”

Lucy Lu sama sekali tidak ingin berbasa-basi lagi. Ia langsung menutup telepon itu.

Sambil tetap memegang ponsel, Lucy Lu menatap ke arah Dean Shao, “Ia mengajakku makan nanti malam, tidak termasuk kamu.”

Dean Shao tersenyum, tetapi ekspresinya sangat tidak senang, “Ia sekarang sangat sibuk sampai tidak punya waktu menjamu klien penting, tetapi ia tiba-tiba bisa mengatur waktu untuk menemanimu makan.”

Lucy Lu mengernyitkan alis, “Bukan menemaniku, tetapi menemani kita berdua!”

Meski ia tahu target Zayn Shang adalah dirinya dan pria itu sama sekali tidak memedulikan perusahaannya, tetapi pria itu setidaknya pasti sudah membaca sekilas skema penawaran kerjasama yang ia kirimkan setengah bulan lalu.

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu