Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 594 Kerinduan dan Harapan

Dua hari kemudian, berita pernikahan rahasia antara Nona Besar Keluarga Song dari Kyoto dan Tuan Muda Kedua Keluarga Dan dari Shanghai pun tersebar luas di media.

Tak lama, Lucy dan Dean pun juga melihat berita itu, namun karena saat ini bisnis Monk's Corp. dan Glorious Corp. sedang dalam fase pemulihan, pasangan suami istri itu pun sibuk dengan urusan masing-masing, mereka sama sekali tidak punya waktu untuk mengurusi masalah orang lain.

Apalagi Lucy, rasa mual karena kehamilannya sudah hilang, namun nafsu makannya mulai tertambah besar, seleranya terhadap makanan juga mulai berubah perlahan-lahan, jadi selain masalah pekerjaan, ia juga harus berusaha untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahannya selama kehamilan.

Dua hari yang lalu, setelah ia pulang dari kantor, Ibu Lu membawakan semangkuk sup ayam yang hangat ke dalam ruang kerjanya, begitu dirinya sudah tidak merasa mual lagi, Lucy sungguh sangat tertarik pada makanan-makanan dengan kalori tinggi seperti ini, ia juga tidak menahannya lagi dan segera menyantapnya dengan lahap.

Ibu Lu hanya berdiri di samping mejanya dan menatapnya dengan sangat ramah, melihat tingkah putrinya itu, ia pun tersenyum dan berkata, "Akhirnya kau tampak seperti seorang ibu hamil juga, dulu kau terlalu kurus, aku dan mertuamu sangat mengkhawatirkanmu."

Mendengar perkataan ibunya itu, Lucy pun menghentikan tangannya yang sedang menyendok sup itu, dengan berlagak santai, ia melihat ke arah ibunya, "Kenapa, apa aku sekarang menggendut?"

"Lebih bulat dari kapan lalu."

Ibu Lu tersenyum, setelah Lucy menghabiskan sup ayam itu, ia pun mengambil mangkuk sup itu dan membawanya keluar dengan tersenyum riang.

Sebelum beranjak tidur, Lucy pun mengganti pakaiannya dengan baju tidur yang lebih besar, lalu berkaca di depan cermin, setelah itu barulah ia menyadari bahwa apa yang dikatakan oleh ibunya memang benar, ia terlihat jelas lebih gemuk dari sebelumnya.

Wajahnya yang sedang berkaca itu tampak tidak begitu senang, namun ia memaksa dirinya untuk tersenyum, lalu mengulurkan tangannya dan meraba-raba perutnya yang tidak rata lagi itu, seketika perasaannya terasa sedikit rumit.

Di akhir pekan, Dean pun kembali dari Kota Jin, malam harinya, Lucy sedang membereskan bagasinya di depan lemari pakaian, Dean yang baru saja selesai mandi pun berjalan keluar dari kamar mandi dengan rambut basahnya, melihat bayangan wanita di hadapannya yang sedang sibuk beres-beres itu, ia pun mengerutkan keningnya.

Ia melangkahkan kakinya ke depan lemari, lalu mengambil baju yang ada di tangan Lucy, dan menggendong Lucy ke atas ranjang, "Istirahatlah, aku saja."

Lucy pun tersenyum, namun matanya terlihat tidak begitu tenang, ia pun mengambil bantal yang berada di sampingnya dan memeluknya, tiba-tiba Dean pun mengeluarkan beberapa pakaian dari dalam lemari dan bertanya padanya, "Baju-baju ini kau bawa tidak?"

Lucy tercengang melihat ke arah gaun sutera berwarna hitam putih itu, dengan tersenyum paksa ia berkata, "Itu tidak perlu, sekarang sudah tidak cukup."

Lalu, tanpa sadar, Lucy pun mengulurkan tangannya dan mengelus-elus perutnya yang sudah tak rata lagi itu dengan wajah yang lembut namun dingin.

Mendengar jawaban Lucy itu, gerakan tangan Dean terhenti sejenak, kemudian ia pun memasukkan baju itu kembali ke dalam lemari, dan membereskan barang-barang lainnya.

Setelah ia selesai merapikan pakaian, ia merapikan peralatan-peralatan mandi, setelah setengah jam berlalu, barulah ia menutup tas koper yang sudah penuh itu dan berkata, "Istriku, sudah selesai."

"Terima kasih."

Lucy mengangkat kepalanya dan tersenyum ke arahnya.

Pria itu bisa melihat bahwa Lucy sedang menyembunyikan persaannya, ia juga mengerti apa perasaan yang ia sembunyikan itu.

Tapi ia tak berkata apa-apa.

Setelah selesai membereskan bagasi, kedua orang itu saling bersandari di ujung kepala ranjang, Lucy sedang membolak-balik sebuah buku untuk ibu hamil, sebenarnya ia tidak membaca apa isinya, ia hanya membolak-balik buku itu saja.

Sedangkan Dean yang di sampingnya itu sedang membalas beberapa pesan mengenai masalah pekerjaan, lalu setelah selesai, ia pun berkata dengan sabar, "Besok lusa kau pergi ke Bali, aku sudah mengatakannya dengan Shawn, tapi dia tidak bisa pergi kesana, jadi kau menyuruh Carol untuk menemanimu pergi, setelah pekerjaanmu selesai, kalian boleh tinggal di sana beberapa hari untuk liburan."

"Tidak usah." kata wanita itu sambil tersenyum, "Aku aja Tessa saja sudah cukup, aku pergi bekerja, kau pikir aku benar-benar pergi berlibur?"

"Kalau dia ikut, aku akan merasa lebih tenang."

Dean mengerutkan keningnya, ia tidak ingin berunding tentang masalah ini, setelah ia menyimpan handphonenya, ia pun segera menarik buku yang ada di tangan wanita itu.

Lalu ia pun mengecup kening Lucy dengan halus, dan memeluknya dalam dekapannya, "Sudah larut malam, ayo tidur."

Setelah mematikan lampu, seperti biasa, Lucy pun menggeserkan tubuhnya dan berbalik, lalu membiarkan Dean memeluk tubuhnya dari belakang, dan tanpa sadar, sepertinya tangan Dean sedang mengelus-elus perut Lucy dengan lembut.

Dari kain piyamanya yang tipis itu, ia bisa merasakan sentuhan di perutnya itu dengan sangat jelas.

Di dalam kamar yang gelap itu, mata Lucy terbuka lebar, ia bersandar ke dalam pelukan sang pria, mendengar suara hembusan nafas yang pria yang sangat tenang itu, ia bertanya dengan pelan, "Dean, aku tidak begitu mengenal Tuan Besar Keluarga Mau, setelah aku ke sana nanti, apa ada sesuatu yang perlu aku perhatikan?"

"Tidak ada." pria itu menjawabnya sambil menutup matanya dan mencium aroma dari rambut sang wanita, di belakang wanita itu, bibirnya tersenyum tipis, "Ia mengundang kita ke pesta pernikahan anaknya, itu berarti kita masih memiliki kemungkinan untuk mendapatkan bisnis itu kembali, anggap saja kali ini kau pergi khusus untuk menghadiri pesta pernikahan itu."

"Baik......"

Setelah terdiam sesaat, barulah Lucy menjawabnya, sorotan matanya juga tampak semakin dalam.

Sesaat setelah ia memejamkan matanya, ia membukanya lagi tiba-tiba, lalu bertanya, "Dean, apa aku menggendut?"

"Tidak, segendut apa pun kau, aku tetap mencintaimu."

Jawaban pria itu terdengar sangat mengantuk dan lelah, gerakan tangan di atas perutnya itu pun juga mulai berhenti.

Seketika, senyum di wajah Lucy itu pun menghilang.

Dalam hatinya ia berpikir, iya, Dean terlalu lelah, banyak sekali masalah yang dihadapi Glorious Corp. dan Monk's Corp. beberapa waktu lalu, semua masalah-masalah itu sudah sangat membuatnya pusing dan banyak pikiran, jadi kalau sampai ia lupa pada pesta pernikahan yang sudah mereka janjikan sebelumnya, sudah seharusnya ia maafkan.

Tapi meskipun ia berusaha untuk membujuk dirinya sendiri dengan alasan itu, persaan kecewa di dalam hatinya tetap saja tidak bisa menghilang, perasaan itu pula lah yang membuatnya merasa sedikit kesal.

Memang benar, secara logika, ia bisa mengerti bahwa suaminya harus sibuk dan bekerja keras belakangan ini, kalau pesta pernikahannya dibandingkan dengan masalah-masalah ini, jelas tidak ada apa-apanya.

Namun, secara psikologis, ia tetap merasa sangat rindu dan berharap bahwa ia bisa menggandeng tangan Dean sambil berjalan menyusuri karpet merah di hadapan para kerabat dan teman-teman mereka.

Ia sudah menunggu pesta resepsi ini sekian lama.

Ia terus memikirkan hal ini secara logika dan psikologis, sehingga sampai tengah malam pun ia tidak bisa tertidur.

Keesokan harinya, dengan mata pandanya, Lucy pun bangun, melihat pria yang sedang asyik bermain dengan dua anak kecil di atas sofa ruang tamu pun, perasaan di dalam hatinya itu pun langsung menghilang kembali.

Begitu mendengar suara pintu kamar terbuka di belakangnya, Dean pun segera menegakkan tubuhnya dan menurunkan anak kecil yang duduk di atas pundaknya itu dan menggendongnya dengan tangannya sambil berjalan ke arah Lucy, "Kau sudah bangun?"

"Iya." Lucy pun tersenyum dengan sedikit malu, tanpa sadar ia pun segera merapikan kerah kemeja sang pria yang berantakan itu dan bertanya, "Kenapa kau tidak membangunkanku?"

"Kau kemarin tidur terlalu larut malam."

Jawaban sang pria itu membuat jantung Lucy berdebar kencang, ia pun segera mengangkat kepalanya dan melihat ke wajah pria itu, namun wajah Dean tampak tenang seperti biasanya, Dean pun mencium kening Lucy, lalu berkata, "Ayo kita sarapan bersama."

Novel Terkait

Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu